14. Masih Sama

230 39 0
                                    

Lebih sakit mana? Menjauhi orang yang kamu sayang, atau dijauhi oleh orang yang kamu sayang? Bagi Seilla, tentu lebih sakit opsi yang pertama.

Seilla menyayangi Arland, entah sejak kapan rasa itu muncul. Lalu saat rasa sayang Seilla terhadap Arland tumbuh mengakar di hati dan membuatnya kewalahan untuk mengendalikan perasaannya sendiri, orang-orang memintanya untuk menjauhi Arland: cowok yang ia sayang, cowok yang ia suka, dan mungkin cowok yang ia cinta.

Sudah seminggu ini Seilla menjauhi Arland pasca kejadian di toilet. Seilla selalu berjalan cepat saat melewati kelas Arland. Dengan gesit menatap ke arah lain saat Arland memandangnya dari dekat ataupun dari kejauhan.

Seilla juga pasti menghindar saat Arland mendekatinya. Parahnya lagi, Seilla malah pura-pura tidak melihat Arland saat cowok itu ada di depan mata. Ia benar-benar menjaga jarak.

Alasannya simpel, Seilla takut terhadap Netta dan Gea. Bagaimana tidak? Salah satu dari mereka meneror Seilla terus lewat pesan pendek ataupun pesan suara yang aneh dan menakutkan.

Nomornya sama dengan nomor yang mengirim pesan untuk mengajak Seilla ketemuan tempo lalu. Pesan itu dikirim hampir setiap jam pas Seilla ada di sekolah, bahkan saat malam juga. Bikin Seilla terus kepikiran dan tidak bisa tidur dihantui rasa takut dan tidak aman.

"Lo Seilla Wahyuningrum ya?!"

Seilla tersentak kaget saat seseorang yang entah datang dari mana tiba-tiba bertanya padanya. Seilla yang sedang duduk di ruang perpustakaan lantas mengangguk dan tersenyum ragu pada gadis yang sudah duduk di depannya. Dia kakak kelas Seilla, kelas sebelas, Seilla tahu dari bet di samping bahunya.

"Lo pacarnya Arland?"

"Bu ... bukan, Kak!"

"Belum mungkiiin," goda dia usil sembari duduk di depan Seilla.

Seilla jadi menahan senyumnya.

"Kenalin, gue Putri, teman sekelas Arland." Cewek bernama Putri itu mengulurkan tangannya pada Seilla.

"Salam kenal, Kak Putri." Seilla pun membalas jabat tangannya.

"Oke. Omong-omong, lo lagi ada masalah ya sama Arland?"

Iya, Kak.

Mana mungkin Seilla mengucapkan dua kata itu pada Kak Putri. Seilla bukan tipe orang yang suka mengumbar masalah pada sembarang orang. Seilla hanya akan cerita tentang masalahnya pada orang yang ia percaya.

"Bukannya gue mau ikut campur atau gimana sih. Tapi kasihan aja liat tuh, cowok murung mulu selam beberapa hari ini. Padahal kemarin-kemarin gue liat dia happy terus."

"Kak Arland?" tanya Seilla memastikan.

"Iya, Seill. Lo tahu gak?"

Kepala Seilla menggeleng. "Gak, Kak."

Melihat kepolosan Seilla, Putri kini tersenyum lebar dan jadi ingin mencubit pipinya.

"Tadi tuh, Arland sampe ditegur sama Bu Dugi karena gak perhatiin pelajaran dan malah ngelamun. Parahnya, pas dipanggil sama Bu Dugi, Arland justru teriak nama lo: Seilla!"

Seilla sangat terkejut mendengarnya. Apa Kak Arland sampai sebegitunya gara-gara memikirkan perubahan tingkahnya? Apa cowok itu putus asa karena terus dijauhi Seilla? Apa ia frustasi sebab panggilan dan pesannya selalu Seilla abaikan? Seilla mendadak gusar memikirkan itu semua.

"Dan lo 'kan yang namanya Seilla? Soalnya gak ada lagi yang namanya Seilla di kelas sebelas ataupun dua belas. Dan gue yakin lo Seilla yang Arland maksud, cewek yang lagi deket sama Arland."

"Iya, ini Seilla, Kak. Deket? Gk sih, Kak. Biasa aja."

"Biasa aja apa biasa ajaaa?" ledek Putri dengan nada yang dibuat-buat. "Gue dan semua orang juga tahu lho, Seill. Kalau Arland itu ada rasa sama lo, meski Arland gak ngungkapinnya secara terang-terangan."

"Kenapa Kakak bisa mikir gitu?" tanya Seilla malu.

"Lo gak sadar, Seill? Arland tuh, ngedeketin lo mulu. Padahal jarang banget seorang Arland Nuraga ngedeketin cewek, bahkan setahu gue gak pernah. Terus bayangin aja, Arland teriak nama lo saat dia terciduk ngelamun. Dia pasti lagi ngelamunin lo tuh!" Putri terkekeh geli saat melihat Seilla yang sekarang jadi salah tingkah.

Jantung Seilla berdebar-debar. Ia mengulum senyumnya. Benarkah apa yang dikatakan Kak Putri tentang Kak Arland barusan?

"Beneran, Seill. Gue gak bohong," kata Putri seolah tahu apa yang sedang Seilla pikirkan.

"Apa Seilla bisa percaya?" ragu Seilla.

"Terserah sih, yang pasti gue gak bohong. Cuman gue mohon sama lo, kalau ada masalah diselesaikan baik-baik ya, Seill. Gue kasihan sama Arland, wajahnya suntuk banget. Gak pagi, gak pulang sekolah, dia pasti gak semangat. Beda kayak hari-hari sebelumnya pas masih deket sama lo. Cenghar banget. Sekarang gue gak lihat lo sama Arland bareng lagi, kalian sedang jauhan ya?"

Seilla terdiam.

Putri menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Bukan urusan gue juga sih. Ini urusan lo sama Arland, dan yang nyelesain juga harus kalian. Gue gak berhak ikut campur, dan cuma bisa kasih saran."

Putri berdiri lalu menepuk bahu Seilla pelan. "Goodluck, Seilla!"

Be Myself (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang