15.b

154 8 0
                                    

"Atau, malah sangat baik?"

Dalam diam Seilla gugup setengah mati. Kakinya bergetar hebat dan keringat dingin mulai mengembun di telapak tangan. Seilla meremas-remas jemarinya yang basah untuk mencari kekuatan.

Drttttt ...

Ponsel Seilla yang berada di saku rok span tiba-tiba bergetar. Seilla yakin itu SMS dari nomor yang selalu menerornya. Rasa takut dan gelisah seketika menyerang sekujur tubuh Seilla.

Gadis berkepang susun itu hampir saja melangkah pergi saat suara Arland mengintrupsinya.

"Lo mau menjauhi gue lagi setelah gue mendekat?"

Ingin rasanya Seilla menangis saat ini juga!

"Jawab dan tatap gue, Seilla."

Seilla hanya bergeming yang membuat Arland tersenyum miris.

"Apa wajah gue terlalu menjijikan sampe lo gak mau natap gue?"

Nggak! Nggak, Kak Arland! batin Seilla menjerit tertahan sesak.

Tangan kanan Arland perlahan meraih dagu manis Seilla agar gadis itu mau menatapnya.

"Tatap mata gue, Seilla ...."

Suara Arland kali ini lebih terdengar seperti memohon. Seilla tidak sanggup mendengarnya. Kelopak mata Seilla yang sempat terpejam saat Arland menyentuh dagunya, perlahan mulai terbuka. Kini Seilla dapat melihat kilatan putus asa dari mata cowok itu.

"Berhenti jauhi gue, Seill ...." Arland melirih parau. Ia membingkai kedua pipi gadis di depannya.

Seilla pengin nangis sekarang!

Tapi enggak! Seilla harus kuat!

Seilla gak boleh nangis! Seilla gak boleh nangis di depan Kak Arland!

Seilla ... Seilla jangan sampe nangis ....

Di tengah perang batinnya, Seilla mencoba untuk tetap berdiri tegar dan tidak meneteskan air mata.

"Berhenti jauhi gue, gue mohon."

"Berhenti menghindar dengan alasan yang sama sekali gak gue ngerti."

"Berhenti bikin gue bingung sama sikap dingin dan super cuek lo akhir-akhir ini."

"Berhenti bikin gue pusing mikirin ini semua, Seill."

"Berhenti bikin gue kayak orang bego kek, gini."

Dada Seilla seperti dihantam beban berat berton-ton. Seilla merasakan matanya memanas. Dia memandang Arland dengan mata beningnya yang berkaca-kaca. Bibir Seilla bergetar.

Apa seterluka itu Kak Arland karena dirinya?

Lalu apa Kak Arland tidak sadar kalau sebenarnya Seilla juga terluka bahkan tersiksa?

Jika waktu itu Seilla yang menurunkan tangan Arland dari pipinya, sekarang cowok itu sendiri yang menurunkan tangannya dari pipi Seilla. Arland menghela napas. Ia lelah.

Kepala Seilla tertunduk lagi. Semenit berlalu, bibir Seilla masih terkatup dengan membendung air mata sekuat tenaga, tapi sekarang ia tidak bisa. Tangan Seilla yang mengepal kuat perlahan terlepas. Ia benar-benar lemas sekarang.

"Gue bakal di sini terus sampe lo mau cerita," putus Arland final.

"Hiks."

Satu isakan Seilla terdengar setelah gadis itu terus diam. Arland mematung. Tidak bergerak sedikit pun.

"Kak Netta ..." sesak Seilla. Matanya yang berair kini meneteskan bulir air mata. Seilla memberanikan diri untuk menatap Arland yang ekspresinya sulit diartikan.

Netta?

"Kak Netta dan Kak Gea ngelabrak Seilla pas di toilet."

"Mereka nyuruh Seilla untuk jauhi Kak Arland."

"Mereka ngancem Seilla, mereka ngata-ngatain Seilla, bahkan mereka nyakitin Seilla."

"Dan salah satu di antara mereka nerror Seilla terus."

Telinga Arland mendengarkan baik-baik.

"Seilla takut, Kak. Seilla takut ... tiap hari Seilla diterror sampe Seilla gak bisa tidur."

"Pas ketemu, mereka tatap Seilla sinis dan tajem banget. Seilla bener-bener takut."

Tangis Seilla pecah meski tanpa suara, bahunya naik-turun menahan isakan, namun Arland masih tetap bergeming dan hanya memandangi Seilla saja.

"Seumur hidup Seilla selama 16 tahun di dunia, Seilla gak pernah diperlakukan kasar. Seilla gak pernah di-bully. Seilla gak pernah dihina. Seilla gak pernah dikata-katain."

"Tapi mereka ... mereka ngelakuin itu semua ke Seilla."

"Seilla ngerasa gak aman. Seilla selalu was-was. Seilla gak betah. Seilla takut ...."

Arland menatap Seilla dalam. Ia selangkah lebih dekat. Kedua ibu jari Arland lalu menghapus lembut air mata kesedihan Seilla yang mengalir deras.

Ya Tuhan, gadis yang disukainya saat ini terlihat kacau!

Lalu, cowok yang juga kacau itu menjatuhkan keningnya pada bahu sebelah kanan Seilla yang bergetar. Arland dapat merasakan kalau tubuh Seilla menegang seketika. Detik berikutnya, kedua tangan Arland memegang sisi pinggang Seilla, meremas roknya sebagai luapan emosi.

"Seilla ..." bisik Arland pelan, sedikit mendongak untuk menatap mata gadis yang tersisa jejak bekas menangis.

"Jangan takutkan apapun, gue selalu ada saat kapanpun lo butuhkan."

Be Myself (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang