#Part 6

680 95 2
                                    

Wonwoo masih belum berhenti mengerutkan keningnya, memikirkan apa yang sebenarnya diinginkan gadis yang kini sedang duduk di sampingnya ini.

Mengapa Yeonra mendadak ingin menikah dengannya, apakah Yeonra masih mencintainya?

Wonwoo buru-buru menggelengkan kepalanya, itu tidak mungkin.

Lantas, kenapa?

"Apa yang ingin kau tanyakan padaku?" tanya Yeonra begitu nenek sudah berpamitan pada Yeonra dan Wonwoo, menyisakan mereka berdua disana.

"Kau sehat?"

Mendengar pertanyaan Wonwoo, Yeonra tertawa kecil. Fisiknya kini memang sedang tertawa, tapi hatinya sedang menangis rasanya.

"Bagaimana hasil pertemuan antara ayahmu dengan kalian berdua?"

Yeonra menggaruk pelan rambutnya.

Haruskah ia mengatakan yang sebenarnya pada Wonwoo?

Mengatakan jika Mingyu menggantungkan nasib mereka pada sebuah penemuan yang tidak jelas?

Mengatakan bahwa Mingyu bahkan tidak memiliki keberanian untuk memenuhi ayahnya?

Oh, tidak.

Mau ditaruh dimana muka Yeonra, jika ia mengatakan semua itu pada Wonwoo?

Tentu ia akan merasa malu, malu karena kehidupannya bersama kekasih barunya nampak tidak begitu baik.

Yeonra ingin sekali menyembunyikan semua ini. Namun, situasi sekarang diikuti Wonwoo yang tak henti menatap Yeonra dengan tajam, akhirnya membuat Yeonra mengatakan semuanya, tanpa terkecuali.

Yeonra pasrah bagaimana reaksi Wonwoo setelah mendengar semua ini.

Jika Wonwoo akan mengejeknya, menertawainya, atau yang terburuk mungkin, menghinanya? Yeonra sudah mempersiapkan diri untuk menahannya.

"Kalau begitu, kita butuh waktu lebih untuk menunggu penemuan kekasihmu diterima,"

"Apa?"

"Iya, kita perlu mengulur waktu pernikahan kita agar kekasihmu sempat menyelesaikan penemuannya dan kau bisa membujuk ayahmu bersamanya."

"Be-benarkah?"

Wonwoo mengangguk, sementara Yeonra masih terus memandang Wonwoo dengan tatapan heran.

Situasi apa ini?

Wonwoo tidak menertawakannya?

Wonwoo tidak menghinanya?

Wonwoo sedang membantunya?

Baiklah, jika ada buku yang berisikan daftar mantan yang baik di dunia ini, sepertinya Yeonra harus menyantumkan nama Wonwoo disana.

"Aku punya ide, kita bertemu besok?"

"Apa? Ah, baiklah."

-00-

Yeonra menatap pantulan dirinya lewat cermin kecil yang ia bawa, sepertinya terlihat baik jika Yeonra berdandan sederhana saja untuk bertemu dengan nenek Wonwoo hari ini.

Hari ini Wonwoo mengajaknya untuk bertemu dengan nenek, menjalankan ide Wonwoo katanya.

Entah apa itu, Yeonra hanya menurut saja karena iapun juga tidak tahu harus bagaimana lagi.

Setelah melihat sebuah mobil berhenti dihadapannya, Yeonra tersenyum menatap sang pengemudi yang kini menurunkan kaca jendelanya.

Wonwoo tersenyum kecil menatap Yeonra yang kini juga sedang tersenyum padanya, sudah lama sekali Yeonra tidak tersenyum padanya, dan kali ini ia tersenyum padanya, walaupun dengan situasi yang berbeda.

"Sebenarnya, apa rencanamu?" tanya Yeonra pada Wonwoo yang masih sibuk menatap jalanan di hadapannya, lelaki itu seolah tidak ada niatan untuk menjawab pertanyaan Yeonra karena ia masih terdiam dan sibuk menyetir.

"Kau lihat saja nanti."

Sesampainya di kediaman Jeon, Yeonra dan Wonwoo segera turun dari mobil. Yeonra menatap kediaman Jeon sesaat, ternyata masih sama seperti dulu.

"Ayo,"

"O-oh, baiklah."

Wonwoo dan Yeonra berjalan bersama memasuki kediaman Jeon untuk menuju ruang santai yang biasa ditempati neneknya. Begitu melihat kedatangan mereka, nenek yang sedang dudukpun tersenyum lebar,

"Yeonra! Kemarilah, sudah lama kau tidak kemari, kan?"

Yeonra mengangguk dan berlari kecil menghampiri nenek lantas memeluknya dengan erat, "Aku rindu tempat ini, nek." Yeonra semakin mengeratkan pelukannya.

Walaupun sudah berpisah dengan Wonwoo, jujur saja Yeonra merasa rindu dengan masa-masa saat ia bersama dengan neneknya Wonwoo, mereka sangat dekat saat itu, jadi rasa rindu itupun terkadang muncul.

Kalau rasa rindu dengan Wonwoo? Ah, sepertinya jangan ditanya.

"Wonwoo bilang, ada yang ingin kalian bicarakan mengenai pernikahan kalian, ada apa nak?" tanya nenek begitu Yeonra melepaskan pelukannya. Wonwoopun beralih untuk duduk di hadapan nenek, diikuti Yeonra disampingnya.

"Nek, sepertinya kita harus menunda pernikahanku dengan Yeonra."

"Oh? Ada apa?"

"Begini, aku mendadak memiliki perjalanan bisnis yang akan diadakan dalam waktu dekat ini, dan aku mungkin akan kembali dalam waktu yang lama, jadi..."

"Sampai berapa lama?"

Wonwoo terdiam sejenak, menatap Yeonra disampingnya seolah bertanya, bagaimana? Dan Yeonra reflek menggerak-gerakan jarinya dengan cepat menunjukan angka dua.

"Ah, dua bulan mungkin? Atau tiga? Aku tidak bisa memperkirakannya nek, karena perjalanan bisnis ini sangat penting."

"Lama sekali nak,"

"Begitulah nek, sepertinya kami harus menunda pernikahan kami sampai perjalananan bisnisku beres," ujar Wonwoo melirik Yeonra disampingnya, mereka saling memandang dengan seolah berkata 'sepertinya akan berhasil'.

"Kapan kau akan berangkat?"

"Emm, seminggu ah dua minggu lagi?"

"Dua minggu? Kalau begitu kita adakan pernikahan kalian minggu depan saja."

"Apa?" tanya Wonwoo dan Yeonra bersamaan, rasanya jantung mereka seperti berhenti mendadak begitu mendengar ucapan nenek.

"Benar, lebih cepat lebih baik."

"Ta-tapi nek, kalau begitu setelah itu aku akan meninggalkan Yeonra sendirian? Aku tidak tega meninggalkan dia sendirian setelah kunikahi." Jelas Wonwoo, Yeonrapun mengangguk setuju.

"Kalau begitu ajak saja dia bersamamu, sekalian bulan madu, bagaimana?"

"Tapi nek, selama perjalanan bisnis aku akan sibuk-"

"Justru itu, perjalananmu akan lama, kau pasti akan merasa bosan dan kesepian, bukankah lebih baik kalau ada istri bersamamu? Ide bagus, kalian akan menikah minggu depan."

"Tapi nek, persiapannya,"

"Tenang saja, biar nenek dan yang lain mengurusnya, tidak baik menunda-nunda pernikahan." Ucap nenek yang lalu pergi meninggalkan Wonwoo dan Yeonra yang masih sama-sama terdiam.

Sejak kepergian nenek, tidak ada satupun dari mereka yang bicara.

"Jeon Wonwoo," akhirnya Yeonra membuka suara, Wonwoopun beralih menatap Yeonra disampingnya.

"Kenapa aku merasa keadaan semakin buruk? Apa hanya perasaanku?" tanya Yeonra yang masih menatap ke arah depan, tanpa menatap Wonwoo sedikitpun.

"Sepertinya bukan hanya perasaanmu, sepertinya."

Yeonra menatap Wonwoo dengan kesal. Lupakan soal menulis nama Wonwoo di daftar nama mantan terbaik, lupakan saja.

-00-

Jangan lupa tinggalkan jejak ya say :)

Love Scenario [Jeon Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang