Power

3.5K 164 11
                                    

Desyca membuka matanya, kepala nya terasa sakit. Entah sudah berapa lama dia pingsan. Desyca melayang-layang. Lampu pesawat mati, hanya lampu emergency merah yang berkedip-kedip. Hal terakhir yang diingatnya adalah pesawat antariksa yang mereka naiki berbenturan dengan suatu objek asing.

Desyca menarik nafasnya, dimana-mana teman-temannya. Desyca mencoba melayang bergerak kepintu, terkunci!

Sial umpat desyca. Dia kemudian mendekati panel-panel yang ada didekat pintu. 'System error!', ck. Desyca tak habis pikir. Dia melayang ke sisi lain. Dan membuka pintu itu secara manual.

Desyca bergerak ke ruang lain.
Tampak george mengambang tak sadarkan diri. Desyca menepuk teman 1 timnya. Dirabanya nadi di leher george. Masih ada, cukup kuat. Desyca mengikat temannya ke kursi.
Kemana grace, takio, dan amir. Desyca menelusuri sisi lain kamar.

"Grace.... Takio... Amir... kalian dimana?", desyca masih merasa pusing.
"Desyca!", grace melayang menghampiri. "Oh my god, syukurlah kamu tidak apa!"
"Kemana takio dan amir?, aku mengikat george di kursi", desyca memperhatikan grace, tidak ada cedera pada temannya itu.
"Mereka diluar, sedang memperbaiki sistem udara, meteor itu datang tiba-tiba dan...", grace terisak, "maafkan aku, aku tak berniat meninggalkan ruang kendali",

Desyca memeluk temannya, "well, kita berlima tidak apa-apa, apalagi yang kau khawatirkan".
Grace memeluk desyca, "desyca, kepalamu berdarah, biar aq lihat!",
Desyca tidak menyadarinya.
"Shit, luka robek, ya tuhan, maafkan aku desyca, seharusnya aku bisa menghindari meteor itu", grace panik.
"Grace, stop, sudahlah, bukan hal besar, ayo ke ruang george, mungkin kita harus mengecek dia juga", desyca menarik grace yang masih terisak.

Mereka menghampiri george, memeriksa tubuhnya. Desyca menyubit dada geoge dengan keras, "aaaargggggghhh!", george teriak panik.
"Ssstt....ssst.... calm down george, calm down, all is welll.. all is well", desyca memegang kedua pipi george.
"Aku pikir kita semua akan mati, lampu tiba-tiba mati, guncangan itu, dan kadar udara menurun, sial, aku kira aku pasti mati", george mengingat hal terakhir sebelum ia pingsan.

Desyca merasa pusing. Dia memegang kepalanya.
Grace melayang ke lemari medis. "Desyca, kemari.. biar aku lihat, kita punya benang dan jarum jahit medis, dan obat bius spray", desyca nyengir ngeri mendengar kata-kata grace.
"Apa kau terluka?", george panik
"Robek sedikit", desyca nyengir, "tenanglah george"
"Shit, apa kita akan mati. Dimana takio dan amir?", George.
"Mereka diluar sedang memperbaiki sistem udara", kata grace sembari membersihkan luka desyca.
"Apakah sistemnya sudah diperbaiki, ya tuhan aq tidak mau kehilangan kesadaran lagi karena kekurangan udara!", wajah george memerah.
"Desyca, aku akan mulai menjahitnya, mungkin butuh 3 atau 4", grace menyemprotkan obat bius.

Desyca mengambil handuk yang ada disitu dan mengigitnya. 'Ayolah desyca taniadi, ini cuma luka kecil, kau tidak perlu menangis, kau kuat!' Desyca berusaha menguatkan dirinya.
Jarum itu masuk menembus kulit kepala desyca. Masih terasa sakit, desyca menggigit handuk dengan kuat.
'Desyca Taniadi, kau bisa! Kau bisa!'. 1 jahitan.
'Oke, ini tidak akan lebih buruk dari sebelumnya'. jahitan ke 2.
'Sial, kenapa sakit sekali' desyca memberi tanda agar grace berhenti. Grace kemudian menyemprotkan bius lagi.
'Oke, kamu kuat dedes kamu kuat!', mata desyca memerah. 'Satu lagi, satu lagi!'
Desyca memejamkan matanya.
Dia melihat flash back Arjuna tersenyum didepannya dan berkata, 'Desyca, kamu pasti kuat! Mas percaya sama kamu!'.
Dan 4 jahitan itu selesai.
"Done!", tangan grace bergetar.

George tampak memandang ngeri.
"Tenanglah george, kau lihat kan sudah selesai",
Grace membersihkan darah kering dirambut desyca, "maafkan aku desyca, aku benar-benar tak memperhitungkan kedatangan meteor itu"
"So it's YOU!", george berteriak. "Ini semua karena kamu, wanita sialan!"

Tangis grace pecah lagi, desyca masih merasa pusing, dan kini teman-temannya sedang kacau.
"Hentikan george!", desyca berkata lemah.
"Sial! Kalau sampai ada apa-apa, kau mau berkorban!", george marah.
Desyca sudah tidak bisa mendengar lagi umpatan george, pandangannya terasa gelap. 'Sial, seberapa banyak darah yang keluar!' Umpatnya sebelum akhirnya menutup matanya, dan dia tidak mendengar apa-apa lagi.

304's Romance Of Juna DesycaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang