What If ... (4)

2.3K 122 45
                                    

"Lu mikir apa si ga?" Reihan mendorong dirga, hingga dia terduduk di bed.
"Ada apa ini?", bejo kaget baru bangun tidur.

Reihan geleng-geleng, dirga menunduk.
Bejo menggosok mukanya.

"Lu tau ga mas juna ngelihat kalian?", reihan mondar mandir.

Bejo berdiri menarik reihan duduk di kursi yang ada didalam kamar itu. "Tenang dulu reihan, ceritain sama mas!"

"Aku ga ngelakuin hal-hal diluar batas!", dirga membela diri.
"Lu ya?!", reihan kehabisan kata-kata.
"Ada yang bisa cerita ke mas!!!", bejo meninggikan suaranya.

Dirga dan reihan bertatapan.
"Aku ngelihat dia tidur dengan desyca berpegangan tangan", reihan tidak tenang dan menyampaikan dengan tidak tepat.
"Hah!!", bejo melotot.
"Desyca tidur di sofa, dan aku duduk dibawahnya, tidak terjadi apa-apa", dirga menjelaskan.
"Maksudmu apa reihan?", bejo menatap reihan tajam.
"Bagaimana kalian menjelaskan tangan kalian yang saling menggenggam erat!!", reihan meremas rambutnya.
Bejo kembali menatap dirga.

Dirga diam. Separuh hatinya gengsi untuk mengakui kalau sebenarnya desyca salah mengira bahwa dia adalah juna. Tapi separuhnya lagi tidak ingin sahabat-sahabatnya salah faham.

"Ga? Dirga?" Bejo menggoncangkan tubuh dirga.
"Desyca tertidur dikursi, aku cuma menyelimutinya, lalu dia mengigau dan menarik tanganku, aku membiarkannya, dan aku tertidur sampai pagi", dirga datar. Seluruh tangannya dingin, "mas juna lihat? Dia tidak membangunkanku?", dirga menatap reihan.

Reihan kasihan, "kukira dia akan mengambil pisau didapur dan membunuhmu".
Bejo kaget, "jaga mulutmu rei!"
"Tapi tidak, dia cuma berdiri, entah berapa lama, diam memandang kalian, dengan tatapannya yang....., kalian tahulah", reihan mengingat, "lalu diam saja naik kekamar, tanpa membanting pintu... bukankah itu lebih mengerikan?" Rei menambahkan.

Bejo dan dirga diam.
"Apa kita perlu mendatanginya? Dia tidak akan bunuh diri kan?", reihan ngaco.
"Dari pada bunuh diri, dia pasti lebih memilih membunuhku", dirga mengusap wajahnya.
"Mas juna bukan seperti yang kalian pikir", bejo menarik nafas. "Yang jelas dia akan mencari tahu dulu, jadi....", bejo menatap dirga, "kurasa seseorang harus menjelaskan kesalahfahaman ini".

Reihan geleng-geleng, "bukan aku". Dirga menatap bejo, "oke".

____

Juna masuk kamarnya. Cahaya masuk dari sela tirai. Juna melangkah dan menutupnya rapat. Dia mematikan lampu. Dalam kegelapan pikirannya akan lebih jernih.

'Desyca bukan orang seperti itu!'
'Tapi dirga...'
'Dia juga bukan orang seperti itu!'
'Mereka berpegangan tangan'
'Aaarghhhhh'
'Hentikan!'

Juna berdiri menuju kamar mandi dan mendinginkan kepalanya dibawah guyuran air dingin.

____

Desyca terbangun, "mas juna..." dia mengucek matanya.
'Bukannya tadi malam disini sama dedes ya'.

Desyca turun dari sofa dan berjalan ke dapur. Mejanya masih bersih, belum ada makanan diatasnya.
"Pada kemana sih", desyca naik kekamar.

Desyca membuka pintu dan mendapati ruangan yang gelap gulita. "Mas junaaaa",
Desyca melihat juna diam duduk di tepi bed. Matanya berkilat menatap desyca. "Mas junaa, serem amat gelap-gelapan"
"Kunci pintunya", perintah juna.
"Kok gelap-gelapan si mas, dedes hidupin lampunya ya", desyca berjalan menuju saklar.
"Gak!", juna datar tatapannya tajam memandang setiap gerak gerik desyca
"Sini des!", suara juna tenang, berat.
"Hm?" Desyca menangkap sorot mata juna yang tajam, 'mas juna marah?', desyca mengikuti feelingnya untuk tidak menghidupkan lampu.

"Mas juna, kok dedes ga dibangunin ketiduran di sofa?", desyca menghampiri juna.
Juna diam menatapnya dengan sorot mata yang tajam. 'Bangunin ha?!'

304's Romance Of Juna DesycaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang