Gloomy Bloomy Monday

2.8K 134 44
                                    

*karena ku libur hari ini, nih ku kasih bonus dari short story jadi panjang (halah!). Sebenarnya bikin pas senin, tapi keburu brgkt kerja, hee*

Langit siang ini gelap, masih tampak mendung menyelimuti, Desyca menatap kosong keluar jendela kamarnya.
Dingin. Desyca malas mandi. Hanya muka nya yang terbasuh subuh tadi.

Suara dirga mengalun dalam lagu-lagu melow ciptaannya. Menambah tanda tanya dalam hati desyca.

Pikirannya melayang 4 tahun silam, dimana osn yang tampak sebagai momok, kini menjadi kenangan yang sangat ingin dia rengkuh kembali.

Dirga, Reihan, Bejo, Juna, Laoshi, dan pak Zam, kebersamaan dengan mereka memahat suatu emosi yang tak pernah dirasakannya. Meninggalkan suatu bentuk yang sangat terpatri dalam hatinya.

Rindu. Sepi. Dan Mendung. Musuh untuk kesendirian.
Desyca telah menyelesaikan kuliahnya. Entah apa lagi yang dicarinya. Pengajuan beasiswa, yang asal diajukannya, cuma bakal berhenti di ijin orang tuannya.

"Apa yang kupikirkan... amerika terlalu jauh", desyca membenturkan kepalanya pelan di kaca jendela.
"Kenapa Amerika?", desyca mengulang pertanyaan maminya.

"Mas juna mau kerja dimana? Sudah selesai s2 kan?"
"Hm.. Iseng coba OASIS ah, kamu bukannya mau jadi astronot? Ke NASA aja sana..."

Amerika. Jauh ya.
Desyca murung memikirkan teman-temannya. Bejo sibuk dengan penelitiannya tentang minyak dan bakteri, sampingan dari kerjaannya sebagai calon ceo petropacific, super sibuk. Reihan sibuk dengan cafenya, dan juga beberapa kuliah sambilannya, tata boga dan bisnis. Arjuna, senior jenius itu telah merampungkan S2 nya, dan bersiap pergi jauh. Lagi.

"Mungkin aku harus mengajukan beasiswa S2 didalam negeri saja", desyca menatap nanar keluar jendela.
Tampak sisa tetesan air hujan dari dedaunan.

Ting!
Desyca melirik hp nya diatas meja, notifikasi hp nya.

"Ah, paling juga junior-junior minta bantuin tugas", desyca malas.

"Sepi.... kapan bisa ngumpul bareng tim osn lagi", desyca murung.

Ting!
Ck! Berisik. Umpatnya.

"Mana tuh katanya yang janji mau njagain dedes! Nyatanya pergi terus", desyca mencari pelampiasan.

Mata desyca mulai memanas, jalanan depan rumahnya tampak sepi, aspal masih basah, tapi mendung tak juga kunjung pergi.

"Mas juna mungkin udah lupa, pasti waktu itu cuma iseng bilang mau jagain dedes", dan matanya mulai berair.

Ting! Ting! Ting!

"Apa sih berisik banget", desyca mengambil hp nya.

"Des... lagi apa?"
"Desyca..."
"Masak masih molor jam segini!"
"Woi slebor!"
"Woi!!!"
"Woi junior kampret"
"Astagaaaa.. susah amat sih mnghubungin elu!"
"Des..."
"Kuliah?"
"Katanya udah selesai?!"
"Haloooo!!!"
"Emang dasar ya lu!"
"WOOOOIIIII SLEBOOOR"

Mata desyca terbuka lebar.
"Mas juna!!!!!" Dia histeris.

"Mas junaaaaaa"
"Mas junaaa jeleeeek"
"Maaf mas, dedes lagi ga pegang hp"

*yaiyalah, cuma diliatin doang hpnya bunyi*

3 menit tidak ada balasan.

"Mas juna, lagi apa? Masih di jerman?"
"Kapan pulang?"

6 menit kemudian, masih tidak ada balasan.

304's Romance Of Juna DesycaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang