Girl like You

3.1K 135 35
                                    

*belum sempet nonton konsernya, taun depan udah ada yg wamil mungkin, sedih akuh. Akoh syedihh*
*klo ada yang mo nntn elyxion di seoul ajakin akoh dong, eh, tiketnya udah abis, hiks*

______________________________________

Tut tut tut, juna mematikan telponnya.

Dipandanginya langit kamarnya dalam kegelapan.
Juna bukanlah orang yang tidak peka terhadap dirinya sendiri. Dia hanya masih belum bisa menerimanya.

"Kenapa harus elu sih des! Gue harus gimana ke dirga", juna mengumpat.

Tok tok! "Mas jun!"
"Apa bim?", juna melirik kearah pintu.
"Bima, boleh masuk?", suara bima ragu-ragu.
"Ngapain?", juna sedang malas menghadapi adiknya.
"Hm.. do you wanna build a snowmaaaan?", bima nyanyi.
"Pffttt", juna menahan tawa, "go away anabelle!"

Ckrek! Ckrek!, bima memainkan gagang pintu... "mas juuun!"

"Huffff", juna menghembuskan nafas panjang, adiknya bima kalau sudah punya keinginan susah dihentikan, seperti kakaknya.

"Berisik onyeeet!", juna menutup matanya.

Ckrek! Ckrek! Bima memainkan gagang pintunya. "Mas juuuuuun!! Bukain! Bima mau tanya pelajaraaan"

Juna akan sedikit melonggar pada adiknya bila terkait pelajaran. Juna melangkah ke pintu lalu membuka pintunya.

Bima nyengir, langsung segera masuk ke kamar juna, "mas juna kenapa seneng banget gelap-gelapan sih!", dia lalu menghidupkan lampu kamar.
Bima lebih tinggi dari juna, masih smp saja tingginya 170, juna 165 cm. Mungkin karena orang tuanya kebalik memberi nama urutan adik dan kakak, bima dan arjuna.

Juna memicingkan matanya, "silau onyet bongsor!", lalu menutup pintu kamarnya.
"Gimana bima bisa belajar kalau gelap", bima langsung menuju meja belajar juna.

"Btw, mas jun.. selamat wisudanya hari ini yaaa", bima tersenyum manis.
"Onyet bongsor! Lu dah ga pantes sok imut gitu", juna mengacak-acak rambut bima. "Mana yang ga bisa?"
"Ini mas, matematika", bima menunjuk soal nomor 4.
"Apa nya yang ga bisa? Kan udah jrlas tuh rumusnya!", juna ketus.
"Aelah mas juntet, kalau bisa juga dah bima kerjain!",
"Diem lu uvuvvwevwevwe onyetenyevwe ugwem mubwem osas!", juna mengambil pensil dan mulai menjelaskan.

*ga perlu dijabarin disini ya soalnya, pengarang taunya 1+1=2, beli 1 gratis 1 dapetnya 2*

Bina mengangguk.
"Lu kerjain sisanya, mas tiduran ya", juna menguap.
"Oke mas, bima disini aja ya".

Bima dan juna sedikit bertolak belakang.
Juna pintar dominan dalam sains dan beladiri tertentu, sedang bima dominan dalam bidang fisik, tidak terlalu menonjol dalam bidang sains.
Juna pertumbuhannya masih misteri, sedang bima seperti kecambah kurang sinar matahari (ada yang tau maksudnya?).
Bima lebih banyak mewarisi wajah ayahnya yang keras, macho, dan juna... somehow mirip mamanya, imut, squishy, tapi juga bisa macho kalau lagi serius.
Bima ceria lebih terbuka, karena tekanan ayahnya lebih berat ke juna.

"Mas jun...", bima ingin bertanya lagi. Juna tidak menjawab. "Yah, udah tidur..", bima bengong, ada soal yang tidak dia fahami. Mata bima menatap sekeliling kamar juna.

Terdapat gitar tua, dan poster-poster loli tsundere dikamar juna. Mata bima menatap buku sketsa milik juna yang terselip di antara buku-buku pelajarannya. bima tahu juna menyembunyikan buku sketsa itu karena akan berbahaya jika ditemukan ayah mereka yang keras. Bima mengambil dan membuka buku tersebut.
Banyak gambar kartun yang sangat bagus. Gambar hewan seperti serigala yang sangat presisi. Bima mengamai setiap goresan yang tegas dan indah dan terkejut saat melihat gambar sesosok perempuan, manis. Sketsa juna sangat detil hingga ke pencahayaan dan ekspresi. Perempuan yang sama dalam berbagai ekspresi. Bima sedikit heran, pada tiap lembarnya terdapat kata-kata seperti slebor, aneh, tukang ribut, berisik, tukang ikut campur.

304's Romance Of Juna DesycaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang