Goddess, and the Monster (2)

4.2K 197 12
                                    

Juna mengeluarkan korek dari sakunya dan menyalakan apinya, "semua ini cuma sampah ayah, jadi aku membakarnya!"
Juna menjatuhkan korek itu kedalam box.

Blam, api menyala, juna menyeringai.
Sang ayah terpaku, terdiam, sang ibu masih menangis menahan tangan ayah.

Tiba-tiba, desyca melompat ke atas panggung, tidak diperdulikannya dia memakai gaun. Desyca melepas cardigannya, kemudian meletakkannya diatas box memukul-mukul box berapi itu dengan tanganny.
"Stop mas jun stop!", desyca masih berusaha mematikan api.

Dirga dengan sigap menumpahkan minuman mereka di taplak dan membawa taplak basah itu keatas panggung .

Pak zam, menarik lengan juna, kemudian menamparnya. Pakk! juna tidak bergeming.

Reihan membawa air minumnya, dia juga langsung loncat keatas panggung.

Desyca yang masih panik menutupi box tersebut dengan cardigannya, tangannya berusaha memukul agar api itu mati. Dirga yang menyusul menarik tangan desyca dan menutupi box itu dengan taplak basah sambil memukul2nya. Reihan cepat menyusul menuangkan air minum keatas taplak.

Kejadian berlangsung dengan cepat.
Tangan desyca bergetar. Dia duduk di atas panggung, cardigannya terbakar. Tangannya tampak Merah.

Juna terdiam, memproses kejadian itu, wajahnya tampak kaku, dia melihat apa yang desyca lakukan, melihat dengkul desyca lecet berdarah saat dia berusaha melompat ke panggung, air mata tampak mengalir dari wajah desyca.

Reihan mengambil beberapa botol air minum mineral yang ada di meja terdekat yang menuangnya ke tangan desyca, desyca nyengir kesakitan.

Dirga, menatap juna penuh kemarahan. Api berhasil dimatikan.

Bejo yang juga shok akhirnya naik keatas panggung, dia segera menghampiri desyca. Kejadian itu terjadi dengan sangat cepat. Seluruh siswa binusvi kaget dan salut dengan kekompakan tim fisika.

"Ayo cepat, tanganmu harus segera dialiri air dek", bejo tanpa ragu menggendong desyca kemudian berlari menuruni panggung. Reihan menyusul, di lepasnya jasnya, dan ditutupinya tubuh desyca yang di gendong bejo.

Bejo ke berlari ke taman di depan aula dan mencari kran, dibuka lebar kran itu, desyca menghela nafas saat air dingin itu mengalir ke kedua tangannya.

"Mas, gue nyiapin mobil kesini, kita bawa desyca ke rs terdekat, basahin aja jas reihan mas, buat tempelin ke tangan desyca", reihan menepuk bahu bejo lalu dia pergi.
Bejo mengangguk.

"KAMU MIKIR APASIH DEK!", bejo membentak, dia tampak sedih.
Desyca nyengir. Matanya masih tampak basah, tapi dia berhenti menangis.
"Kenapa kamu nekat gitu!", bejo tampak sedih.
"Jangan sedih mas bejo, desyca pikir, mas juna udah terlalu lama menyimpan dendam, dia bahkan tidak memperdulikan sakit fisiknya, tapi sebenarnya mas juna sangat terluka", jawab desyca lirih.
Bejo menitikkan airmata, perempuan dihadapannya memang benar-benar spesial, dibalik senyuman cerianya, desyca benar-benar memikirkan orang lain. Pantas aja juna yang dingin itu tergerak membantunya selama osn.

Sementara itu dipanggung, dirga mengangkat box basah yang beberapa bagian isinya sudah terlahap api. Dia menghampiri juna.
"Semoga mas juna puas, tangan desyca hampir terbakar!", dirga berkata sinis menjatuhkan box itu didepan juna, "cukup pak zam yang menampar elu!", dirga turun ke panggung menyusul bejo.

Pak zam menarik juna turun ke panggung. Juna hanya diam. Emosinya tak terbaca.

Ayah juna berlutut, dia masih tak percaya, anaknya membakar semua piagam penghargaan yang sangat dibanggakannya didepannya, anaknya mempermalukannya didepan seluruh siswa binusvi, dan mengatakan semua kekerasan yang dia lakukan.

304's Romance Of Juna DesycaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang