*lanjutan monster*
_____________________________________"Mas juna kalau ngamuk serem kayak monster", bejo menepuk bahu juna.
"Monster?, gue dah sabar kali jo. Elu juga kalau ngamuk lebih serem dari gue", juna mendelik.
Bejo nyengir tidak menyangkal, karena memang benar, tapi juna sama saja punya sisi gelap seperti dirinya.Mereka duduk di pinggir taman dikegelapan, baju mereka kotor dan beberapa memar pada kedua wajah mereka.
"Warga kampung ga mengejar kita kan mas?" Bejo khawatir.
"Kagak... cuma kalau dua anak smp menang melawan segerombolan preman emang kesannya kita yang brutal jo"Mereka terdiam.
"Lu sih jo. ngajak makan sambal pete jauh banget dikampung sebelah, udahlah tampang elu bule gitu. Di palak kan kita!!" Juna kesal.
"Tapi uangnya kan masih ada mas. Ga jadi diambil" bejo meluruskan.
"Tetep aja jo, juna meringis memegang pipinya yang merah, kalau ketemu lagi sama yang ngatain gue anak SD tadi, gue gak bakal kasih ampun!", juna dendam.
"Sudah mas... maafin bejo!"
"Ngapa lu yang minta maaf!!!" Juna makin kesal.
"Ampun mas", bejo meringis.Juna melihat sahabatnya sejak sd ini. Juna tahu, bejo kalau sudah ngamuk jauh lebih berbahaya dari dirinya. Kali ini bejo belum mengeluarkan seluruh sisi gelapnya.
"Jo, jangan jauh-jauh dari gue ya..", juna menepuk pundak sahabatnya.
"Kok bilang seperti itu mas?", bejo heran.
"Lu harus dikawal baik-baik biar ga melenceng dari jalan yang benar!", juna menggurui.
Bejo sedikit bingung, "iya mas..","Gue bakal dihajar bokap ni!", juna berdiri dan membersihkan pakaiannya. "Bukannya di obatin, malah tambah dihajar!", juna bicara santai.
Bejo kaget. "Tapi kita kan membela diri?"
"Pssst!!, ga usah banyak alasan, kagak bakal didenger, makin dihajar!", juna masih mengatakannya dengan santai.
"Mas jun.... bejo bantu jelaskan ya", bejo sangat khawatir.
"Kagak usah, dihajar doang juga nanti berhenti kalau monster sialannya udah puas! Bokap gue rada jo, kalau gue ngegambar komik, pasti mulai kesetanan monsternya!", juna menceritakan sambil mereka berjalan menuju sekolah binusvi mereka.Bejo sedikit kaget, dan menelaah, apakah sifat lain sahabatnya yang satu ini sudah warisan generasi ke generasi.
"Mas juna... pernah lihat film ga?"
"Bokep?", juna menjawab cepat hal pertama dalam fikirannya.
"Haisss, bukan mas! Bejo lupa judulnya, inti kalimatnya kurang lebih begini, 'beberapa orang menjadi monster karena orang-orang melihatnya dan menyebutnya demikian, sehingga dia menjadi monster, dan ada yang memang monster sejak lahir', gitu mas"Juna berhenti melangkah, menatap bejo, "gue tipe terakhir", juna menyeringai.
______________________________________
Juna selesai mengisi data alexa pada bagian administrasi rs. Dan kembali masuk ke ruangan ugd.
"Permisi. dimana teman saya ya?" Juna bertanya sopan ke salah satu nurse.
"Oh, kaka kamu ya? Dibilik itu!"
'Kaka?! Emang muka gue kek adik-adik!' Juna kesal.Juna berjalan, unit emergency rumah sakit itu besar dan memanjang dengan peralatan yang lengkap.
Juna jalan sambil melihat-lihat,
"Alexa?", juna menyapa.
"Hai juna..", alex tersenyum manis. Pakaiannya telah diganti dengan pakaian rs.
"Kau tak apa-apa?" Juna bertanya.
"Tidak, dan kau?", alexa duduk.
Juna mengangkat bahunya, 'sedikit pusing dan lapar', batinnya.Kemudian terdengar teriakan kesal seorang nurse.
"Ini darah siapa yang menetes di mana-mana?", suara itu mengikuti jejak tetesan darah dan ....Juna dan si nurse senior itu saling bertatapan saat nurse berhasil melacak jejak darah.
"Apa?" Juna datar cenderung acuh.
"Apa?? " nurse itu tak percaya dan melihat juna dari ujung kepala hingga ujung kaki dan lantai tempat juna berdiri, ada tetesan darah.
"Apa kau baik-baik saja?" Dia menyelidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
304's Romance Of Juna Desyca
FanfictionSeason 1 COMPLETED :) Cerita ini adalah FANFICTION sekedar memuaskan diri sendiri dan mengobati rasa kangen sama 304th Study Room - Felicia Huang, dan Terinspirasi dari spoilernya @chiralraikono (siapapun dikau, makasih) di comment webtoon. Mencoba...