What If ... (5)

2.3K 140 20
                                    

Dirga tersipu, "dirga... beres-beres aja deh!" menyusul bejo.

Bejo mengangguk merinding, "Kalau ganggu sekarang, bisa-bisa patah tulang kita".

Reihan sibuk memasak di dapur, setelah selesai dia mandi.
Bejo yang sudah mandi sibuk berkutat di laptopnya. Dirga sudah selesai membereskan ruang tengah dan mandi.

Mereka berkumpul didapur.
"Um.... perlu kita bangunin buat sarapan ga ya?", reihan melirik bejo dan dirga.
"Perlu dijawab rei?", bejo mengunyah omelet. Reihan memasak omelet, sup tahu, dan tumis daging yang baunya sedap, roti panggang spesial ala reihan dengan berbagai toping. Reihan juga membuat espreso spesial buat juna. Bejo juga membantu membuat jus jeruk dan apel.

"Banyak amat masak dan porsinya?", dirga sumringah.
"Umm, mungkin nanti ada dua orang yang kelaparan yang akhirnya turun", ceplos reihan.
"Kenyangin perutnya, biar jinak dikit", bejo menambahkan.

Mereka diam dan menikmati sarapan mereka.

Reihan melirik jam, "udah hampir 3 jam..., ga lapar apa ya!".
Bejo terkekeh, "akumulasi dari kemarin mungkin"
Mereka tertawa.
Dirga tersenyum kecut.
"Ikhlas dek.. bukan rejeki kamu", bejo mengingatkan.
"Sebenarnya aku juga ga maksud mas, si slebor tau-tau aja megang tanganku", dirga pelan tersipu.
"Dia ngingau kali, dikira kamu mas juna", ceplos reihan.
Jleb! Dirga diam. 'Aku, seorang idol terkenal, jadi gini gara-gara si slebor.

Triing! Triiing! Hp dirga berbunyi.
"Duh, manajer, ada apa ya..", dirga mengangkat teleponnya lalu mendengarkan.

*in korean language pura-puranya*
"Sekarang???! Kok mendadak?"
"Grup rookie menyebalkan!!"
"Haiiishhhhh, aku sedang ada urusan hidup dan mati disini!"
"Apaaa!!, baiklah.. iya.. iya...".
Dirga menutup teleponnya. Bejo menaikkan alisnya tidak mengerti dirga ngomong apa.

"Guys, maaf aku harus syuting iklan, mendadak karena kali ini aku kolaborasi dengan beberapa orang dari grup lain, mereka hanya bisa hari ini", dirga menaruh keningnya di meja.

"Yasudah dek...", bejo merasa kasihan karena Dirga baru pulang larut malam kemarin.
"Mas junanya gimana dong", dirga galau.
"Hm.. kayaknya, sementara aman", reihan berkedip.
Dirga mengangguk. "Aku ambil barang-barang dulu, supir sebentar lagi menjemputku, mobil kutinggal, pakai saja, mas bejo bisa bawa kan?".
"Bisa dek", bejo mengangguk.

_____

Kleek! Pintu kamar juna terbuka. Dirga sudah pergi, reihan dan bejo saling melirik.
Juna memasuki dapur, wajahnya biasa saja. Dia memakai tshirt dan celana pendek. Rambutnya basah.
"Dah pada makan?", juna berbicara.
Reihan hampir tersedak, "udah.. udah mas", "ini aku buatkan espreso, kali ini lebih spesial, cobain deh mas", reihan menuangkan kopi di cangkir.

"Ini aku buatkan jus apel", bejo ikutan.
"Makan mas... aku masak banyak!", reihan menarik kursi agar juna duduk.
Juna sedikit heran dengan kelakuan juniornya, tapi perutnya terlalu lapar.
"Wah, baunya enak...", juna tersenyum.

Reihan melirik bejo, lalu mengedipkan matanya. Bejo memberi jempol.

"Desyca mana mas?, ga makan sekalian?", reihan menuangkan nasi ke piring juna.
"Lagi sibuk cari baju", juna cuek.
"Ooh" reihan melirik bejo lega, 'Desyca masih hidup, mas jo!'

*yaiyalah!*

'Cari baju? Bukannya koper dan tas desyca banyak', bejo sedikit heran.

Juna makan dengan sangat lahap, sesekali menepuk pundak reihan memujinya. "Lu aja besok yang masak ya!"
"Siap mas, siap!", 'yang penting mas ga ngamuk'.

Desyca turun dari tangga, memakai sweater besar dengan kerah sampai leher warna moca milik juna. Pipinya bersemu merah. Rambutnya tergerai halus seperti habis di keringkan dengan hairdryer.
Juna cuek tidak perduli kehadiran desyca.

304's Romance Of Juna DesycaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang