Hari sudah petang saat juna dan desyca sampai dirumah.
Desyca menatap juna yang mengacungkan kertas putih itu.
Dia menghela nafasnya."Maaf mas jun.. desyca mungkin ga bisa ikut tim ekspedisi ke mars lagi", desyca menunduk.
Juna menarik nafas dalam.
"Kamu kalau sakit kenapa ga bilang sama mas. Mas bisa antar kamu dari pada kamu sendiri ke dokter", juna meletakkan kertas putih berisi kuitansi pembayaran di rs.Juna membaca ulang, "kamu sampai di cek macam-macam, laboratory, sonography", juna merasa kesal karena desyca tidak memberitahunya.
Juna menghampiri desyca, pandangannya masih tampak kesal. Kemudian dipeluknya desyca.
"Kamu jangan ngomong yang engga-engga, kamu pasti sembuh, kamu pasti bisa ikut tim ekspedisi lagi"."Aaah, itu...", desyca berfikir, lalu tersenyum.
"Mas juna..., maaf sudah bikin khawatir, dedes sudah dikasih obat sama dokter tadi, katanya sakit desyca wajar kok. Ga parah...", desyca melepaskan pelukan juna.Mata juna memerah, desyca terkejut, "mas jun?",
Ctak! Juna menjitak kening desyca, lalu memeluknya erat. "Jangan bikin khawatir lagi. Mas rasanya mau mati saking cemasnya".Puk puk, desyca menenangkan juna, di tepuk lembut kepalanya.
"Mending mas juna bantuin bongkar belanjaan".Juna melepas pelukannya lalu mencium bibir desyca kasar. Desyca membiarkannya. Nafas juna memburu.
"Mmm... masss!", desyca menyentuh bibir juna.
Pandangan juna tajam, menatap kedalam mata desyca, dia menelan ludahnya."Desyca beneran gakpapa!".
"Kamu bohong!", juna datar.
"Ah?" Desyca bingung.Juna mendengus, tatapannya tajam.
"Kenapa bilang ga bisa ikut ekspedisi lagi?""Ah, itu... ", desyca bingung bagaimana menjelaskannya.
Hening.
Desyca menunduk.
Juna berpaling, "ok! Bicara kalau kamu sudah siap", juna pergi.Desyca menarik nafas dalam. Dia sendiri juga bingung harus gimana apakah senang atau..., desyca melanjutkan pekerjaannya, di masukkan barang-barangnya.
Walaupun dingin, Juna jarang sekali marah.
'Mas juna pasti sangat khawatir' desyca kembali menarik nafasnya.____________________
Matahari sudah tenggelam. Juna selesai mandi. Dia hanya mengenakan celana boxernya.
Juna duduk di tepi tempat tidur.
Lampu kamar gelap. Juna tidak ingin menghidupkannya. Cahaya bulan masuk dari jendela. Rambutnya tampak basah dan berantakan.Tampak kilat mata juna tidak biasanya.
'Kita berjanji untuk melindunginya'
'Kau bahkan membiarkannya ke dokter sendirian'
'Kau tahu apa yang terjadi pada kita bila dia... tidak ada'
'Hentikan, dia tidak akan kemana-mana'Juna berbaring, menutup matanya. Pikirannya kacau membayangkan ketakutannya.
_________________________
Desyca duduk di meja dapurnya. Ditangannya terdapat beberapa pil, pink dan putih. Desyca diam, tangannya memainkan pil-pil itu lalu diletakkan nya lagi diatas meja.
'Apa yang harus kulakukan'Desyca melihat tasnya, kemudian dia merogoh kedalamnya.
Sebuah amplop, dibukanya lembar hasil pemeriksaan lab dan usg.
Dipandanginya hasil usg itu lama. Tatapannya lembut.
'Apa yang harus kulakukan pada ayah kalian yang bodoh itu'.Desyca tersenyum, dimasukkan nya lagi kedalam amplop dan disimpan didalam tasnya. Di ambilnya pil-pil itu lalu diminumnya.
_________________________
"Mas jun.. kok gelap-gelapan?" Desyca masuk kekamar dan melihat juna berbaring diam. Dibiarkannya lampu kamar mati, sinar bulan cukup menerangi kamar mereka yang memiliki dinding jendela kaca besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
304's Romance Of Juna Desyca
FanfictionSeason 1 COMPLETED :) Cerita ini adalah FANFICTION sekedar memuaskan diri sendiri dan mengobati rasa kangen sama 304th Study Room - Felicia Huang, dan Terinspirasi dari spoilernya @chiralraikono (siapapun dikau, makasih) di comment webtoon. Mencoba...