TRIPLE XL OVE | 03

3.3K 284 4
                                    

Duduk bersila didepan televisi, dengan sepiring penuh snack ringan dimeja depannya, membuat gadis itu terlalu nyaman menonton acara yang ditayangkan salah satu televisi swasta itu.

"Cita-cita kurus, tapi kerjaannya ngemil mulu!" Sindir Rikas. Pria itu mendengus melihat adiknya yang kelewat santai itu.

Yoan tak peduli, ia hanya menatap tajam abangnya itu kemudian melanjutkan acara ngemilnya. Tak terima adiknya itu hanya menatapnya saja, tanpa merespon godaannya, Rikas kemudian duduk disampingnya dan ikut mencomot cemilan didepan Yoan.

Yoan memutar bola matanya, lantas mendesah. "Bilang aja sih kalo minta, nggak lega kayaknya nggak pake julid itu mulutnya." ucap Yoan sebal.

Rikas hanya terkekeh kemudian menghela nafasnya dengan berat. Mendengar helaan nafas itu, Yoan langsung menoleh kearah Rikas. Raut wajah abangnya terlihat sangat lelah.

"Kenapa sih? Capek banget kayaknya!"

Rikas melirik adiknya yang masih mengunyah makanan ringan itu. "Capek revisi mulu, udah gitu sering ditinggal keluar kota sama dospem nya." Rikas menarik nafas dalam, "Mau lulus aja, begini amat perjuangannya."

"Sama kayak mau beli permen ke warung depan gitu ya bang, harus jalan dan belok beberapa tikungan dulu gitu." Dahi Rikas berkerut, perasaan warung depan cuma lurus aja jalannya, nggak sampe beberapa tikungan gitu. Pria itu menatap adiknya, sedang Yoan hanya nyengir. Hubungannya sama skripsi apa deh. "Cuma menganalogikan bang!" Ujarnya seperti tau apa yang tengah abangnya itu fikirkan.

"Banyak begadang, tiap bimbingan selalu balik bawa revisian. Iya kalo bimbingan ketemu langsung sama dosen, kalo ditinggal dosen keluar kota begini. Berasa sia-sia gitu begadangnya." Yoan yang sekarang masih berada di semester 6 begidik ngeri melihat kakaknya, apa sesusah itu?

"Kenapa gitu amat ngelihat abang, abang terlihat menyedihkan ya, hiks iya sih emang menyedihkan!" Lah, tanya sendiri jawab sendiri, terserah aja deh bang.

Yoan jadi ingat, ada kakak tingkat yang masuk dikelasnya, katanya mengulang untuk memperbaiki nilainya, karena sedang mengerjakan skripsi, harus bagus semua nilainya. Kakak tingkatnya itu, sudah ditahun ke 5 sekarang.

Kok Yoan jadi takut ya. "Sesusah itu apa ya? Yang bikin nggak cepet lulus apa sih? Perasaan yang tingkat akhir kayaknya banyak yang ngeluh susah gitu sama skripsinya? Ada yang sampe mau 5 tahun belum lulus juga!"

"Males kali! Abang yang rajin aja, begini amat nasibnya."

"Berarti lebih ke keberuntungan kali ya? Yang cepet lulus itu," Rikas mengedikkan bahunya.

"Karena kegiatan pak Dosen bukan hanya ngurusin mahasiswa tingkat akhir doang sih, beliau juga masih ada kegiatan lain. Sampai ada juga Dospem yang kasih jadwal buat bimbingan saking sibuknya, gitu pun mesti ada yang nggak dilayanin."

"Capek juga ya jadi dosen!"

"Menurutmu?" Yoan hanya terkekeh.

"Bisa bikin kamu kurus nanti kalo ngerjain skripsi."

"Apa sih! Abang dulu juga bilang kaya gitu pas aku Ujian SMA."

"Masa sih? Abang lupa tuh!" Yoan hanya mendengus kesal. Karena dirinya masih belum kurus setelah ujian itu.

"Sebenernya nggak ada yang sulit kalau kamu tau dan ikutin prosesnya, kalo masalah dosen yang killer atau semacamnya tinggal gimana kamu ngadepinnya aja. Tuh dosen emang pengen buat mahasiswanya paham dan bener-bener ngerti sama apa yang mahasiswanya tulis di skripsi. Bukan cuma asal comot punya orang lain dan nggak paham maksudnya."

"Lagi, jangan sampe kamu nggak ngerti apa yang kamu tulis, jelas dosen akan bilang kalau skripsi itu bukan bikinan kamu sendiri."

"Emang ada yang nggak bikin sendiri?"

Triple XL OveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang