TRIPLE XL OVE | 42

1K 125 24
                                    

YOAN, senang punya abang seperti Rikas. Yang perhatian, sayang, selalu menghibur, selalu melindungi, membelanya, segala hal terbaik Rikas lakukan untuknya. Namun, ada saat gadis itu merasa kesal dengan sikap yang terlalu posesif Rikas. Yoan tau, abangnya khawatir dengan dirinya, tapi terkadang Yoan merasa Rikas masih selalu menganggapnya anak kecil, yang tak bisa menyelesaikan semua masalahnya sendiri.

Memang, sedari kecil Yoan selalu bergantung kepada abangnya itu, siapa lagi? Hanya Rikas yang Yoan punya. Lebih memilih abangnya itu, untuk mencurahkan semua isi hati daripada orangtuanya. Dekat, tapi Yoan masih malu untuk cerita dan takut akan reaksi orangtuanya jika ia bercerita segala hal kepada mereka.

Yoan senang abangnya, selalu jadi yang pertama orang yang membelanya. Selalu berada didepannya untuk melindunginya. Tapi kali ini, Yoan ingin menyelesaikan semuanya sendiri.

Bukan, bukannya Yoan sudah tidak butuh Rikas. Justru saat seperti ini Rikas lah orang yang selalu ada disampingnya. Gadis itu hnlanya benar-benar ingin menyelesaikan masalah dengan Bian sendiri, setidaknya untuk kali ini.

"Lo apa nggak inget ucapan gue kemarin?" Rikas bertanya dingin, pria itu menatap Bian tak suka lantas menarik lengan Yoan, dan membawa adik gempalnya kebelakang tubuh Rikas. "Ada perlu apa lagi sama Yoan?"

"Gue tau, Kas. Gue salah. Tapi, ijinin gue ngobrol sama Yoan!"

"Maksud lo apa pengen ngobrol sama adek gue? Yoan udah dengerin sendiri kemarin, ngobrol apalagi? Tolong jangan egois, tolong fikirin perasaan adek gue."

"Gue pengen ngomongin banyak hal sama dia Kas. Ada banyak sekali yang pengen gue jelasin ke dia. Kali ini aja, ijinin gue. Ngertiin gue, fikir kalo lo yang ada diposisi gue." Bian terlihat lelah, Rikas tau itu. Tapi, Rikas masih kesal karena Bian yang sahabatnya itu udah bikin Yoan terluka.

"Pengen ngomongin apalagi si? Mau bikin adek gue terbang lagi trus lo jatuhin seenak lo gitu! " Rikas menyeringai.

"Rikas!" Bian benar-benar lelah, pria itu menatap Rikas dengan tatapan lelah.

"Gue nggak mau ngapai-ngapain, gue cuma minta waktu, buat ngomong dan ngejelasin segala kesalah fahaman ini, Kas! Setelah ini, gue bakal pergi! Ini yang terakhir, dan nggak bakal muncul lagi dihadapan lo." Rikas menyipitkan kedua matanya, kenapa ia merasa ada yang salah dengan Bian. Hanya begini? Hanya segini Bian memperjuangkan Yoan.

"Gue tau lo abangnya, lo emang berhak atas dia, tapi untuk satu hal ini gue juga punya hak buat kasih penjelasan ke dia. Serius Kas, ini hubungan gue sama Yoan. Apapun itu, cuma gue sama Yoan yang bisa memutuskan." Rikas merasa tak suka dengan ucapan Bian.

Yoan, yang berada dibalik punggung Rikas, menatap Bian dengan mata sendu. Kenapa rasanya sakit sekali mendengar Bian mengucapkan 'ini yang terakhir'. Rasa sesak kembali menyeruak didadanya, apa memang ini akhirnya,. Kenapa Bian dengan mudah bilang ini yang terakhir, mengambil keputusan ini dengan mudah. Orang-orang ini tidak tau saja apa yang sudah Bian lakukan.

Yoan menarik kaos bagian belakang Rikas. "Bang." Rikas langsung menoleh kearah Yoan, tatapan yang Yoan tujukan kepadanya seperti tatapan Bian barusan. Tatapan yang syarat dengan permohonan. Rikas mendengus, tak bisa menolak. "Sebentar aja." lirihnya lagi.

Apa yang sedang Bian lakukan, untuk seorang yang akan menikah, kenapa penampilan Bian tidak seperti biasanya. Rikas penasaran, tapi ingin bertanya, terlalu malas karena masih kesal dengan Bian. Akhirnya, Rikas menghela nafas berat, lantas mengacak-acak rambutnya dengan kesal dan mengijinkan adiknya untuk berbicara dengan Bian.

Pria itu memang tengah sedih. Untuk seorang yang akan menikah, seharusnya bukan raut wajah seperti itu yang terlihat.

Bian membawa Yoan pergi setelah mendapat ijin dari Rikas, Rikas menatap punggung adiknya hingga Yoan masuk kedalam kendaraan Bian. Lagi-lagi Rikas menghela nafasnya dengan berat.

Triple XL OveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang