TRIPLE XL OVE | 14

1.9K 168 1
                                    

Kelas Yoan berakhir cepat hari ini. Ditengah pak dosen menerangkan materi kuliahnya, ia mendapat telpon dari seseorang. Entah siapa dan ada keperluan apa, hingga ia meminta maaf kepada para mahasiswanya dan mengakhiri kelasnya. Tak lupa, sebelum berpamitan, pak dosen meninggalkan tugas yang membuat para mahasiwanya bersorak kecewa. "Yaaahh pak!" ujar beberapa mahasiswa. Pak dosen hanya tersenyum kemudian keluar dengan sedikit terburu.

Kelas selanjutnya masih dua jam lagi, Yoan dan beberapa teman sekelasnya yang lain duduk-duduk di depan laboratorium sembari menunggu kelas selanjutnya.

Obrolan dan candaan mengalir begitu saja,  sampai kemudian Yoan menghela nafasnya karena topic panjang itu berubah menjadi bahasan yang begitu sensitive untuk Yoan.

Para pria itu, mereka membicarakan bagaimana tipe ideal serta kriteria pasangan mereka, cantik, tubuh tinggi, putih, kulit mulus, bohay, semampai dan definisi ideal lain versi mereka.

Yoan menghela nafasnya mendengar celetukan salah satu temannya yang secara tidak langsung bilang tidak suka dengan perempuan yang berbadan gempal, hhhhhhh tidak ada salahnya tapi karena Yoan berfisik seperti itu membuatnya sedikit tertawa miris. Ia kemudian mengamati dirinya sendiri, apa salahnya memiliki tubuh gempal?.

Heeii tidakkah ada yang melirik kearah Yoan, dia ada diantara mereka, tidakkah mereka sedikit saja menghargai perasaan Yoan. Membicarakan tentang definisi ideal sedangkan hanya ada satu kata yang mewakili dirinya 'gempal'. Sedari tadi Yoan diam tak menanggapi obrolan mereka, tak ada yang salah dengan apa yang mereka obrolkan, hal itu sangat wajar, hanya saja, aah yasudahlah mereka bahkan tak peduli.

Yoan tahu diri, daripada membuatnya menjadi lebih nelangsa ia memutuskan untuk berdiri.

"Mau kemana, Yo?" tanya salah satu teman laki-lakinya.

"Mau cari makan." jawab Yoan sekenanya.

"Jangan makan mulu tambah gendut loh, nanti!" Laki-laki itu terkekeh dan disambut dari teman-teman yang ada disekitarnya.

Yoan hanya menghela nafasnya dan mengulas senyum kearah teman-temannya. Ia tidak marah, tidak juga tersinggung dengan apa yang mereka tertawakan, toh kadang salah satu dari mereka masih ada yang membela Yoan, dan masih menganggap Yoan teman dan tak mempermasalahkan fisiknya. Toh juga nggak sedang menyindir Yoan juga.

Ketiga sahabatnya hanya saling pandang dan mengedikkan bahunya, mereka tau kalau Yoan sengaja pergi untuk menghindari topik itu. Yoan tau itu hanya bercanda dan bahasan yang sangat wajar, berhubung Yoan tak memiliki itu semua ada baiknya jika ia lebih memilih untuk pergi.

Yoan hanya berjalan tanpa tujuan jelas, dalam perjalannya ia berfikir kenapa? dan sampai kapan fisik akan menjadi nomor satu dimata mereka. Kalau sudah suka apa perasaan akan diabaikan begitu saja, bukankah perasaan suka adalah anugerah?

Untuknya, selalu terbesit dalam fikirannya. Apakah ada yang tidak akan mempermasalahkan fisiknya? Menerimanya dengan apa adanya. Yoan menghela nafas, menggelengkan kepalanya, membuyarkan pemikiran konyolnya itu lantas melanjutkan langkah kakinya menuju kantin tak jauh dari lab tempat mereka kumpul tadi.

Yoan tidak benar-benar lapar, tapi bau gorengan begitu menusuk hidungnya dan menggodanya untuk segera dibeli, dengan cepat Yoan menggelengkan kepalanya, sebelum bau gorengan itu lebih menusuk-nusuk hidungnya, gadis itu terkekeh sendiri. Dengan cepat Yoan berjalan kearah lemari pendingin, mengambil satu botol air mineral lantas bergegas pergi setelah membayarnya.

Yoan hanya duduk disamping kolam, memandangi hijau air yang menggenang dan tenang itu. Sesekali ikan memmunculkan dirinya dengan mulut yang mengatup-ngatup membuat Yoan terkekeh kecil.

Triple XL OveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang