TRIPLE XL OVE | 27

1.3K 102 8
                                    

Yoan, termasuk dalam tipe orang-orang pemikir, gadis itu akan berfikir semalaman, hanya untuk sesuatu hal yang tak ia mengerti. Sedikit ucapan yang dia tak paham saja akan bisa membuat ia semalaman berfikir, bergerak gusar, dan memikirkan hal-hal yang buruk, yang belum, bahkan mungkin tak akan pernah terjadi. Yoan menghela nafasnya, tidak baik memang terus berfikir seperti itu, tapi entah!!!, ia merasa gelisah tanpa tau apa penyebabnya.

"Gimana lukanya?" Yoan menoleh kearah sumber suara. Betapa terkejutnya ia melihat siapa yang telah duduk begitu saja disampingnya.

"Eehhh," saking tidak menyangkanya, Yoan hanya menatap orang itu. Alih-alih, menjawab pertanyaannya.

"Kok, malah bengong si? Aku tanyain loh,"

"Eh, iya. Tadi nanya apaan?" Yoan merutuk sendiri, kenapa selalu begini kalau dekat Bian.

Orang itu terkekeh, "Luka kamu gimana? Apa udah baikan?"

"Oh, udah kok,"

"Sorry ya, aku nggak sengaja,"

"Iya nggak apa-apa," Yoan teesenyum canggung. Tak menyangka kalau perempuan ini akan menyapanya  seperti ini.

Sudah 3 kali orang ini mengejutkannya seperti ini. Saat itu ia sedang menunggu Bian, tiba-tiba perempuan disampingnya ini menanyakan apakah ia yang bernama Yoan. Lalu Kemarin saat ia menumpahkan kopi kearahnya dan sekarang !!!.

Yoan duduk dengan gusar, pasalnya perempuan disampingnya ini tak juga bersuara. Yoan melirik hati-hati perempuan cantik disampingya, ia hanya bisa mendengus ketika membandingkan dirinya sendiri dengan perempuan ini.

Kenapa juga harus membandingkan dirinya sendiri dengan perempuan ini. Rutuknya sendiri dalam hati.

"Kamu udah berapa lama jalan sama Bian?" Yoan menolehkan kepalanya, waaaah pertanyaan ini sangat berbahaya. Emang harus ya mantan menanyakan hal yang seperti ini kepada Yoan.

"Lumayan," jawabnya. Yoan memang tak begitu ingat sudah sejak kapan ia mulai dekat dengan Bian jika dihitung dengan waktu, berapa hari berapa minggu berapa bulan. Yoan tak ingat.

Baru-baru ini, ia menyadari satu hal. Hubungannya masih baru dengan Bian, ada banyak hal yang mereka lewati sebelum sampai pada tahap sekarang ini. Perasaan-perasaan tak enak tiba-tiba saja muncul dihatinya, pertanda apakah ini? Ia tidak tau maksud Myesa menanyakan ini kepadanya. Hendak memberi selamat kah, atau ada maksud lain? Seolah Yoan bisa merasakan aura-aura tidak baik dari Myesa.

Lagipula untuk apa juga memberi Yoan selamat.

"Emang kenapa?" Lanjut Yoan, gadis itu melirik kearah Myesa sebentar, menunggu jawaban yang dari perempuan itu.

Myesa tersenyum, "Aku nyesel banget udah nyakitin Bian dulu, setelah putus aku nggak bisa lupain dia, aku bisa nggak minta tolong sama kamu?" Nah kan, perasaan nggak enaknya tadi terbukti, Yoan melirik Myesa, "Kamu bisa nggak bujuk dia agar ngasih aku kesempatan lagi, " Deg. Yoan langsung menoleh kearah Myesa, kalimat itu berhasil membuat jantungnya merosot kebawah. Sedangkan Myesa menatap lurus kedepan, masih dengan senyum tanpa memperdulikan perasaan Yoan.

"Bujuk gimana?" Kedua alisnya tertekuk kebawah. "Mending kamu sendiri yang bilang sama Bian," Yoan mendesah pelan.

"Akhir-akhir ini aku liat Bian deketnya sama kamu, kayaknya kalau minta tolong sama kamu, siapa tau, Bian bisa ngasih aku kesempatan!"

Yoan menghela nafasnya berat, "Yang benar saja minta aku ngebujuk Bian buat ngasih kesempatan lagi, terus aku yang patah hati begitu, enak aja!" racaunya dalam hati.

Triple XL OveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang