TRIPLE XL OVE | 16

1.8K 159 7
                                    

Revi menatap Yoan dengan gemas, gadis gempal itu masih sibuk dengan bukunya ketimbang menjawab panggilan yang masuk ke ponselnya beberapa kali.

"Yakin nggak mau diangkat?" Yoan mendongak, Revi yang tengah menatapnya dengan tatapan seram membuatnya langsung mengambil ponselnya.

Gadis itu mendengus, menatap layar ponselnya. Sudah panggilan kelima dari seorang yang membuat Yoan enggan untuk menjawab panggilan itu.

Sudah masa lalu, dan Yoan tak ingin terlibat lagi. Rasanya tak ingin masa lalu yang sudah susah payah ia kubur itu kembali bermunculan. Yoan menghela nafas sebelum kemudian merubah settingan ponsel menjadi mode senyap, menaruh kembali ponselnya di meja dan melanjutkan aktifitasnya.

Belum ada 5 menit, panggilan itu kembali masuk, meskipun dengan mode senyap, tetap saja ponselnya itu berada disamping Yoan, bisa tau kan! Yoan menghela nafasnya kemudian melirik teman-temannya yang menatapnya malas. Yoan tersenyum tak enak, menyambar ponselnya kemudian berjalan menjauh untuk menjawab panggilan itu.

"Assalamualaikum, Yoan." Sapa seorang diseberang sana setelah panggilannya tersambung.

"Waalaikumsalam," jawan Yoan dengan sedikit enggan.

Ditempatnya, Revi sedang mengamati Yoan. Tak selang berapa lama Yoan kembali ke tempatnya. Gadis gempal itu membuang nafasnya setelah duduk didepan gadis berkacamata itu.

Sebenarnya Revi tak ingin jadi sahabat yang kepo, tapi melihat ekspresi Yoan membuatnya giginya gatal untuk bertanya.

"Itu Kamal kan?" keponya, Yoan menganggukkan kepalanya."Kenapa?"

"Dia ngajak ketemu."jawabnya pelan sedikit ragu.

"Kaapan?" Yoan mengedikkan bahunya. Entahlah, ia masih belum tau apa ia akan datang ke tempat yang sudah Kamal janjikan. Yoan menghela nafasnya.

Sedikit banyak, Kamal yang buat Yoan jadi seperti ini. Berkat ucapannya dulu, rasa percaya diri Yoan hilang entah kemana. Pria itu mematikan kepercayaan dirinya, dengan bumbu-bumbu menyedihkan membuatnya menjadi minder dengan segala yang ia punya.

"Kenapa?" Yoan hanya menghela nafasnya, "Diajakin mantan loh?" Goda Revi, "Kali aja diajakin balikan!" Gadis itu terkekeh.

"Kenapa ini?" tanya Nika sambil menepuk bahu Yoan, gadis itu baru datang bersama Afrin.

"Diajakin ketemu sama mantan!"

"Ciyee, Yoaan." goda Nika dan Afrin bersamaan. Yoan menatap kedua temannya itu, kemudian tersenyum masam.

"Ketemu dimana? Aku kok jadi penasaran gimana rupa si Kamal itu. Sampai berani memperlakukan Yoan seenaknya gitu." Kesal Nika.

"Dia cakep, kamu pasti naksir kalo lihat dia!" Afrin mendengus.

"Gimana kalo kita rame-rame datangnya, kita keroyok dia biar tua rasa!" ujar Afrin.

Yoan terkekeh, "Apa sih!"

Yoan hanya diam mendengar para sahabatnya ini bercanda. Entahlah, memang apa yang ingin bicarakan, kenapa sampai ingin mengajaknya bertemu segala. Yoan jadi galau kan, keingetan yang udah-udah. Sesak rasanya.

"Kalo nggak bisa bilang aja, Yo. Nggak usah dipaksain daripada ujung-ujungnya nyesek." Sela Afrina seolah mengerti apa yang tengah Yoan fikirkan.

" Lagian ni ya, Yoan nggak bisa sekarang, apa bisa jamin si Kamal nggak ngajakin dia buat ketemu setelahnya, he?" sela Nika,"Kali aja memang ada yang pengen dia jelasin gitu, sebab dia jadiin kamu taruhan pada saat itu. Atau nggak menuntaskan apa yang belum kelar dulu," benar ucapan Nika.

Triple XL OveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang