TRIPLE XL OVE | 15

1.9K 173 3
                                    

Sudah berkali-kali Yoan menguap ditengah sang dosen menjelaskan materi  didepan sana. Matanya terasa panas dan berat. Semalam, gadis itu hanya mengedip-ngedipkan matanya dan terjaga tanpa bisa terpejam hingga larut malam. Ucapan Bian tengah berputar berulang diotaknya.

Yoan tidak menyangka kalau dirinya akan banyak bicara seperti itu dengan Bian kemarin. Mengabaikan dosen didepan gadis itu asyik dengan fikirannya sendiri. Semua ucapan Bian terngiang dan berputar-putar bak kaset rusak di kepala Yoan. Akhirnya Yoan memejamkan mata.

Matanya terpejam, ia berusaha fokus agar bisa mengambil poin dari semua ucapan pemuda tampan itu.

"Kadang, hanya karena kita berbeda terus kita mendeklarasikan diri kita sebagai orang paling tidak beruntung dan menyedihkan didunia ini, bukankah terlihat seperti orang yang tidak bersyukur."

"Bukan orang lain tapi kamu sendiri yang nggak kasih kesempatan untuk diri kamu sendiri bahagia."

"Kamu sempurna Yoan, coba sedikit saja kamu mensyukuri itu."

Apa benar seperti itu, saat kita tengah dirundung masalah, kita yang menjadikan diri kita menjadi orang paling tak beruntung dan menyedihkan didunia ini. Dan itu yang menjadikan kita seperti orang yang tidak bersyukur.

Bukannya tidak bersyukur. Yoan hanya lelah, lelah dengan pandangan orang terhadapnya, percayalah Yoan berusaha untuk selalu bersyukur, diantara sekian banyak orang yang memandangnya buruk masih ada beberapa yang setia disisinya, mendukungnya. Dibagian mana yang tidak disyukuri olehnya.

Atau memang gambaran tentang 'bersyukur' tiap orang itu berbeda. Kalau selama ini Yoan hanya kurang bersyukur, lantas bagaimana dengan pandangan orang terhadapnya? Yoan sudah berusaha untuk tidak peduli dan mendengarkan mereka, tapi kenyataannya Yoan selalu saja dihadapkan dan berada pada situasi diamana dirinya merasa sangat buruk. Apa Yoan terlalu memikirkan ucapan mereka, atau memang semuanya adalah nyata, bahwa orang seperti Yoan tidak akan diterima.

Kalau disuruh untuk melakukan diet, sudah pernah Yoan coba. Turun memang, tapi tidak benar-benar mempengaruhi fisiknya. Butuh waktu lama untuk menurunkan BB yang hanya beberapa saja, dan butuh tidak sampai satu jam untuk membuat BB nya kembali naik. Andai saja Yoan bisa menjadi Revi yang walau porsi makan sahabatnya itu melebihi porsinya, tidak ada perubahan sedikitpun pada tubuhnya.

"Kamu sudah sempurna buat aku."  jantung Yoan berdetak saat kalimat itu tiba-tiba saja muncul dikepalanya. Itu kalimat terakhir yang diucapkan oleh Bian sebelum para sahabatnya datang.

Yoan menghela nafasnya, Yoan juga tak tau kenapa Bian mengucapkan kalimat itu. Kalimat asing yang bahkan belum pernah ia dengar dari pria manapun. Tuluskah? Benarkah? Atau hanya cara Bian untuk menangkannya saja. Takut hanya untuk sekedar berkhayal dan membuatnya terbang, karena ia tau rasanya jatuh dari ketinggian dan terjerembab ke tanah itu sakit.

"Aaahh." Gadis itu memekik lirih, membuat Yoan tersentak dari lamunanya, tubuhnya ikut bergerak saat ia membayangkan dirinya jatuh dari ketinggian.

Gadis itu melirik sekitar, dan mendapati ia tengah menjadi pusat perhatian oleh teman-temanya. Yoan hanya tersenyum malu kemudian kembali fokus dengan buku bindernya.

Triple XL OveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang