TRIPLE XL OVE | 08

2.1K 185 12
                                    

Yoan mengernyitkan dahinya melihat seseorang tengah berdiri tak jauh dari pintu kelasnya. Kelas baru saja berakhir, dan Yoan memilih untuk membiarkan teman-temannya keluar lebih dulu. Begitu juga dengan ketiga temannya.

"Kamu nyasar ya Bi? Perasaan fakultas Ilmu Sosial ada di gedung itu deh!" Tunjuk Revi ke gedung sebelah. Bian hanya tertawa.

"Udah berapa lama kamu berdiri disitu?" Sela Nika.

"Lumayan, 15 menitan kayaknya."

"Oke!" Saat ketiga temannya sedang menggoda Bian, Yoan hanya diam dan tersenyum saja, membiarkan teman-temannya itu menggoda Bian.

"Ini mau ketemu siapa nih? Dibelain jauh-jauh kesini kan! Soalnyadari gedung situ kesini, jaraknya lumayan. Belum lagi ini dilantai 4 loh!" Lanjut Afrin.

"Yah Afrin nih, masih pake nanya. Siapa lagi emang?"

"Iya emang siapa? Nyari aku kah Bian?" Habis kamu Bian, digodain begitu sama wanita-wanita itu.

"Aku boleh ajak Yoan nggak?"

"Oh Yoan!" Afrin menepuk pelan bahu Bian, "Ngobrol dong!" Para perempuan itu terkekeh sedang Bian tersenyum sambil mengusap tengkuknya.

Nika kemudian mendorong Yoan, yang ada disampingnya. "Ini, bawa aja!"

"Wah Nika, kamu kuat juga ya ngedorong Yoan begitu." Timpal Revi, semua tertawa.

"Yasudah, titip Yoan ya Bi. Jaga baik-baik, kalo laper ajak makan! Dia ini suka nggak jelas solanya, kalo lagi laper!" Peringat Nika. Revi dan Afrin tertawa, Bian memerkan cengirannya, dan Yoan hanya menghela nafasnya.

Bian mengacungkan jempolnya, "Oke!"

"Baibai!" Ujar Afrin, ketiga perempuan itu kemudian meninggalkan Yoan bersama Bian.

Keduanya hanya berdiri, belum ada yang ingin memulai obrolan. Bian masih diam mengamati Yoan, sedang Yoan bingung dan tak berani menatap Bian.

"Jadi ada a-?" Yoan mendongak, hendak menanyakan tujuan Bian menemuinya. Namun belum selesai pertanyaannya, gadis itu terdiam karena Bian menatapnya dengan lamat sambil tersenyum. Langsung saja Yoan merasa ada yang aneh dengan hatinya, buru-buru Yoan langsung mengalihkan tatapannya, Yoan bergerak salah tingkah.

Bian terkekeh, "Kamu mau nanya apa Kenapa nggak diterusin?" Gimana bisa nerusin kalo kamu ngelihatin Yoan begitu Bi.

"Ada perlu apa? Sampe repot-repot nungguin didepan kelasku?" Antara tidak peka sama polos, ya bukannya sama aja.

"Nggak apa-apa sih, cuma pengen ketemu aja sama kamu." Loh ya toh, pipi Yoan bersemu merah begitu.

Yoan tersipu, lalu menghela nafas. Udah-udah, cuma gitu aja kok.

“Ikut aku aja yuk!“

“Kemana?” Tanya Yoan dengan mengernyitkan dahi.

“Cari angin segar, tadi kelas terakhir kamu kan?" 

"Eh, tau darimana?" Bian hanya terkekeh tak menjawab pertanyaan Yoan.

Setelah banyak perdebatan akhirnya Yoan menyetujui ajakan Bian, mereka lalu berjalan menuju kearah parkiran.

“Bi, motor kamu aman nggak nih aku naikin?" Ini motor yakin aman?” tanya Yoan menunjuk motor matic yang dipakai Bian. Membuat Bian mengurungkan niatnya untuk memasang helm ke kepalanya. Bian terkekeh seakan mengerti apa yang Yoan maksudkan.

Bian tertawa.“Tenang aja. 100% aman kok!“ jawab Bian sambil menepuk jok belakang motornya.

“Baiklaahhh!“ ujar Yoan sambil senyam-senyum sendiri menyadari kekonyolannya. Setelah menaiki motor Bian, gadis itu menoleh kebelakang, bermaksud melihat ban motor Bian, apakah baik-baik saja. Yoan tidak bisa melihat karena kehalang knalpot motornya. "Bannya baik-baik aja kan? Nggak kempes kan?"

Triple XL OveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang