TRIPLE XL OVE | 31

1.3K 128 2
                                    

Yoan terpekur, kedua tangannya ia silangkan diatas kusen jendela, matanya fokus menatap bunga yang berada ditaman samping rumahnya. Dari sana, Yoan bisa mengamati dengan puas, bunga-bunga kesukaan Mama.

Lalu, dari sekian banyak tanaman, matanya fokus menatap 1 pohon yang bunganya sedang bermekaran. Warnanya pink, dikelilingi banyak lebah dan membuat Yoan betah melihatnya berlama-lama. Indah sekali.

Melihat itu, Yoan teringat dengan Bian dan mengibaratkan pria itu sebagai bunga. Laki-laki berparas tampan yang telah mengisi seluruh hatinya.

Parasnya yang tampan, membuat semua menatap Bian dengan kagum. Pria itu, begitu indah dimata orang lain, banyak orang yang menyukainya pada pandangan pertama. Jika disandingkan dengan Yoan, rasanya itu tak pantas. Bagai langit dan bumi.

Kenyataan kalau sekarang ia sedang menjalani hubungan dengan Bian, terkadang masih terbesit rasa tidak percaya. Benarkah? Apa ini nyata?

Yoan tersenyum, ia bersyukur betapa baiknya Tuhan memberikan sesuatu, yang bahkan lebih dari apa yang ia minta. Tidak peduli seberapa banyak orang yang ingin memiliki lelaki—nya itu.

Yoan patut bersyukur dari sekian banyak gadis diluar sana, berparas cantik—berfisik indah dari dirinya, ia menjadi satu—satunya perempuan yang dipilih oleh Bian. Apa iya satu-satunya?

Yoan pernah tidak memperdulikan perasaannya, karena merasa belum yakin dengan dirinya sendiri. Tapi Bian, laki—laki itu memberikan pengertian terhadapanya, berusaha membuat Yoan untuk selalu jadi diri dan percaya pada dirinya sendiri, berusaha membuat Yoan mengerti. Disitu, Yoan merasa bahagia karena merasa diperjuangkan. Oleh laki—laki seperti Bian.

Yoan melebarkan senyumannya, kemudian menghela nafasnya, setelah sampai di tahap ini, ternyata semua tidak mudah. Kepercayaan dirinya mulai diuji, saat satu persatu masalah mulai muncul. Dimulai dengan kehadiran Myesa, gadis itu bahkan secara halus meminta agar ia menjauhi Bian.

Ia tau apapun itu pasti selalu dengan cobaannya, tapi menurut Yoan, apa yang ia rasakan saat ini terlalu berat. Laluia sadar akan fisiknya, yang tidak bisa dibandingkan dengan Myesa yang berparas cantik itu. Laki—laki seperti Bian memang pantasnya dengan gadis seperti Myesa. Apapun nanti, Yoan sudah berusaha untuk memperjuangkan hatinya.

Yoan sudah tau bagaimana wujud asli seorang Myesa. Sebisa mungkin, Yoan bersikap biasa saja ketika berpapasan dengan Myesa. Atau ketika bayangan gadis itu terlihat, Yoan harus segera mundur dan lari sejauh mungkin agar perempuan itu tidak kembali memporak-porandakan hatinya. Membuat hatinya menjadi risau.

Tapi, tidak untuk hari ini. Yah, meskipun ia mencoba untuk menghindar, tetap saja, Myesa seolah rubah ekor sembilan yang tiba-tiba saja muncul dihadapannya kapanpun. "Wadduuh." spontan ucapan itu keluar dari mulut Yoan. Jantungnya sudah berdebar tak karuan seperti bertemu dengan mantan.

Ia sedang berjalan sendirian sekarang, dari pos satpam menuju ke gedung kuliahnya. Yoan menarik nafas berat, meyakinkan dirinya agar apapun nanti yang Myesa ucapkan ia bisa mengacuhkannya begitu saja.

Yoan sudah was-was saat jaraknya dengan Myesa mulai dekat. Setelah berpapasan. Anehnya, tak ada apa-apa, perempuan itu hanya menatapnya sinis, dan melewatinya begitu saja. Sampai tubuh Yoan ikut berputar kearah Myesa berjalan. Yoan menghela nafasnya lega. Gadis itu bersyukur, ketika Myesa mengacuhkannya.

Begini lebih baik, karena tak ada yang lebih menyakitkan dari ucapan seseorang. Lidah yang tak bertulang itu, dan kadang ucapan yang keluar justru bisa sangat menyakitkan, tajamnya melebihi pisau.

Melihat Myesa yang seperti itu, membuatnya bertanya-tanya. Dimana sih, yang salah dari hubungannya dengan Bian? Hubungannya dimulai dari rasa nyaman yang tumbuh di hati masing-masing. Yoan juga tidak merebut Bian dari siapapun, apa semua mantan masih sibuk ngurusin masalah mantannya? Kalau masih suka kenapa dijadiin mantan? Mantan kan seharusnya tau tempat.

Triple XL OveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang