TRIPLE XL OVE | 46

1.2K 115 12
                                    

Hari masih terlalu pagi ketika Yoan sudah bersiap-siap untuk pergi kekantornya. Ia berdiri di depan pintu rumahnya lalu menghembuskan nafasnya dengan pelan. Ia mendongak keatas melihat langit yang masih gelap karena terselimuti awan hitam, juga rintik hujan yang masih turun meskipun tidak sederas tadi malam.

"Anterin aku dulu ya bang." ujarnya setelah menutup pintu kendaraan Rikas yang masih berada di garasi.

"Kenapa nggak bawa kendaraan sendiri?"

"Lagi gerimis, abang nggak lihat?" Rikas mengedikkan bahunya, "Lagian aku males bawa kendaraan sendiri, ada yang ditebengin soalnya." cengiran lebar terlihat di bibir Yoan, sedang Rikas hanya mendengus dan tak menolak meskipun kantornya berlawanan arah dengan tempat Yoan bekerja.

Tak butuh waktu lama hingga Yoan sampai di lobi kantornya. Ia sempat berteriak kearah abangnya untuk dijemput sebelum kendaraan sang abang berlalu pergi. Yoan masuk kedalam dengan langkah yang tidak begitu semangat, setiap hari dengan aktifitas yang sama membuatnya kadang merasa jengah dan butuh sesuatu untuk merefresh kembali otaknya.

Duduk di mejanya, senyum tipis ia kembangkan saat ia tidak melihat satu berkas pun hari ini, berarti hari ini ia bisa lebih sedikit santai.

Yoan mulai menyalakan komputernya, mengutak-atik siapa tau masih ada pekerjaan yang harus ia selesaikan. Ia lalu berdiri dan berjalan kearah jendela yang berada tak jauh dari tempat duduknya.

Langit masih saja menurunkan hujannya, meskipun tidak deras tetap saja membuat hawa sedikit dingin, dari lantai 2 ruangannya ia bisa melihat aktfitas di bawah sana, ada beberapa karyawan yang sedikit berlarian turun dari kendaraan menuju kantor, ada pula yang berbincang dan berjalan santai karena membawa payung.

Yoan menghela nafasnya berat, ia merasa sesuatu di hatinya. Ada perasaan gundah dan gelisah, apa hujan membawa efek seperti ini untuk Yoan? 5 tahun berlalu, dan setiap hujan selalu membuat Yoan mengingat satu hal yang menimpanya dulu, selalu berdiri dibalik jendela dan menikmati rinai hujan menjadi aktifitasnya semenjak itu, hanya ketika hujan. Karena hujan selalu mengingatkannya kepada Pria itu.

"Apa kabarnya sekarang?" gumamnya dengan pandangan lurus melihat bulir-bulir hujan yang turun. "Ah dia pasti baik-baik saja, bahagia dengan anak dan istrinya." 5 tahun berlalu kan, mugkin saja anak pria itu sudah 3, atau lebih.

Yoan menepuk kepalanya. "Kenapa juga harus mikirin orang itu, ini yang bikin kamu nggak bisa move on Yoan, ayolah. Jangan bersikap seolah didunia Cuma ada pria itu doang." gerutunya sendiri. Lantas beranjak menuju tempatnya duduk dan mempersiapkan berkas yang barusan saja diminta oleh atasannya untuk rapat nanti.

Rapat tengah dimulai, rapat itu hanya dihadiri oleh beberapa atasannya termasuk Kamal dan salah satu pemilik proyek yang memakai jasa perusahaan tempat Yoan bekerja, ia juga tak tau siapa pemilik proyek itu, biasanya Yoan akan membaca sekilas profil perusahan ataupun nama pribadi yang akan bekerja sama dengan perusahaan tempatnya bekerja. Tapi, kali ini Yoan hanya menyerahkan saja langsung kepada atasannya.

Ditemani Risa, teman satu ruangan dengannya. Yoan duduk di kursi panjang didepan ruang rapat itu, ia melirik jam tangannya, waktu istirahat sudah lewat 30 menit namun rapat tak kunjung selesai. Ingin sekali Yoan pergi kekantin sekedar mengisi perutnya namun takut jika rapat selesai dan Yoan tidak ada, bosnya itu akan marah -marah. Yoan perlu membereskan berkas yang dipakai itu dan menyimpan dokument penting seperti MOU dan lain sebagainya.

"Berapa jam lagi si rapatnya elaahh, lama bener!" gerutu Risa. Yoan yang mendengar itu hanya terkekeh karena merasakan hal yang sama.

"Bentar bu ya, aku ke toilet dulu," pamit Yoan kepada Risa yang disambut cebikan kesal rekannya itu.

Triple XL OveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang