TRIPLE XL OVE | 37

1K 97 13
                                    

Perempuan itu duduk, mulutnya tak berhenti menggigiti kuku jemarinya, kakinya ia gerak-gerakkan. Wajahnya terlihat gugup, cemas dan gelisah.

Wajahnya memerah, matanya panas menahan air mata. Sadar apa yang ia lakukan bahkan tak mengurangi rasa gugupnya, kini perempuan itu berdiri dan berjalan mondar-mandir dikamarnya, perasaannya semakin gelisah.

Saat itu ia tengah ngobrol asyik dengan sang Mama, ditengah obrolan itu Myesa tiba-tiba berdiri dengan tangan yang memegang perut, dan tangan yang lainnya menutup mulutnya. Perempuan itu langsung berdiri, tanpa menjawab pertanyaan mamanya tentang keadaannya.

Karena khawatir, Mama mengikuti Myesa ke kamar mandi. Dahi beliau berkerut mendengar Myesa muntah-muntah didalam sana. Mama mengetuk-ngetukkan pintu, dan memanggil nama Myesa. "Kamu, kenapa nak?" Tanya Mama masih dengan tangan yang mengetuk pintu kamar mandi.

Myesa keluar dengan wajah yang pucat, badannya terasa lemas, karena ia memuntahkan semua yang dimakannya tadi.

Mama membawa Myesa untuk duduk, perempuan baya itu menyeduh madu dengan air hangat agar perut Myesa terasa enakan.

"Kamu sakit?" Myesa menggelangkan kepalanya lemas. "Mau periksa ke dokter?" Dengan cepat perempuan itu menggelengkan kepalanya.

Mata sang mama menelisik kearah tubuh putrinya, mengamati tubuh Myesa dari atas hingga bawah. Lalu pandangannya berhenti pada perutnya.

Beliau memejamkan matanya, kemudian menatap Myesa yang tengah menunduk lemas. "Sudah berapa bulan?" Pertanyaan itu langsung membuat Myesa mendongak. Alih-alih menjawab Myesa malah terisak sambil memegangi tangan mamanya.

"Maafin Myesa, Ma." Rengek perempuan itu.

"Kamu, tega sekali sama Mama, nak? Apa semua yang udah mama kasih ke kamu nggak ada artinya, apa semuanya nggak bisa nyenengin kamu?" Sang mama terisak,

"Maafin Myesa, Mama. Maafin Myesaaa," Ujarnya berulang-ulang.

"Sekarang kasih tau mama, siapa yang buat kamu kayak gini, siapa?" Myesa tidak menjawab, gadis itu hanya diam sambil terisak. "Jawab Nak, siapa laki-laki itu?"

"Ada apa Ma?" Keduanya menoleh mendengar suara itu, mama langsung panik dan tubuh Myesa langsung menegang.

"Papa, sudah pulang?" Ujar sang Mama berusaha menetralkan suaranya. Pria baya itu menaruh barangnya sembarang, lantas menuju kearah istri dan putrinya.

"Laki-laki? Maksud Mama?" Papa menatap istrinya yang bingung, lantas mengalihkan tatapannya kearah Myesa yang menunduk.

"Itu, laki-laki temannya Myesa, Pa."

"Iya kenapa sama teman laki-lakinya, Myesa, Ma? Ada apa dengan Myesa?"

"Myesa, ngghh Myesaa. Myesa hamil," Gerakan pria baya itu berhenti, lantas menatap tajam kearah Myesa,

"Siapa laki-laki itu? Ini hasil perbuatanmu diluar sana? Papa ngasih kamu semuanya bukan berarti kamu bisa seenaknya, Myesa. Bagaimana kalau semua kolega Papa tau kalau anaknya hamil diluar nikah? Begini balasan kamu untuk orangtuamu?"

"Sekarang kamu bilang, siapa laki-laki itu?" Myesa bingung, jika ia menjawab Andi, ia akan kerepotan sendiri, pria itu bahkan sudah memberi peringatan untuk tidak melibatkannya lagi. Dasar laki-laki bajingan, cuma mau enaknya saja, kalau sudah begini apa yang harus ia lakukan.

Beberapa hari ini ponsel Andi, sudah tak bisa lagi dihubungi. Mencari kekantor pun tidak pernah ditemui oleh pria itu.

"Jangan diam saja, jawab pertanyaan Papa, Myesa." Suara itu sudah syarat akan amarah, papanya memang orang yang sabar, menghadapinya. Tapi untuk kali ini, sabar sang papa sudah habis untuknya.

Triple XL OveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang