TRIPLE XL OVE | 47

1.3K 113 6
                                    

Yoan bergerak kikuk, gadis itu hanya menunduk menatap kertas yang akan dipresentasikan dirapat bersama pak Bima. Bukan dirinya yang akan melakukan presentasi, ia hanya diminta membuat hardcopy dan mengantar ke ruangan pak Bima.

Setelah sampai, Yoan diminta untuk duduk. Dan tepat didepannya, sudah ada Bian yang sedari tadi menatapnya.

"Yoan, kamu dengar kan?"

"Eh, iya pak. Saya bisa kok pak." Dahi pak Bima berkerut, sedang Bian tengah mengalihkan tatapannya menahan tawa. Sadar kalau tengah gugup, Yoan menghela nafasnya.

"Kamu temani pak Bian untuk datang ke lokasi pembangunan gedung barunya beliau. Sekarang sedang ada pembersihan lahan disana,"

"Kok saya pak? Bukannya itu tugasnya pak Kamal?"

"Yoan," Ujar pak Bima, terdengar tak ingin dibantah.

Yoan menghela nafas, "Iya deh pak," Jawabnya pasrah.

Jadilah, ia berada didalam kendaraan Bian sekarang. Gadis itu menghela nafasnya berat, beberapa kali pria disampingnya ini meminta Yoan bertemu, untuk sekedar ngobrol, tapi beribu alasan Yoan katakan untuk menolak ajakan pria itu.

Bukan apa-apa, bertemu lagi dengan Bian saja sudah membuatnya senang. Sudah cukup, tapi untuk mengobrol, Yoan masih berfikir panjang dan juga, ia masih mengasihani hati dan jantungnya.  Bian, suami orang.

Jadilah selama perjalanan, Yoan hanya diam. Gadis itu hanya sibuk mengamati lalu lalang kendaraan diluar sana, tidak peduli Bian yang tengah sibuk dengan setirnya.

"Kok diem aja," Akhirnya.

"Nggak, apa-apa." Jawabnya singkat. Setelahnya, Yoan melirik sebentar pria disampingnya. Mengamati pria yang tengah sibuk dengan kemudinya itu.

5 tahun berlalu, Bian tampak semakin dewasa. Dengan kemeja warna abu tua, rambut disisir sebegitu rupa membuatnya semakin tampan. Pipinya tampak berisi, terlihat sekali kalau hidupnya cukup bahagia.

Selalu terbesit dalam benaknya, setidaknya sekali saja ia bisa bertemu dengan Bian. Tapi, setelah bertemu bahkan satu kendaraan seperti ini, apa yang akan Yoan lakukan? Bahkan sedari kemarin pria itu ingin bertemu saja, Yoan hanya mengacuhkannya. Pria ini sudah beristri, Yoan tidak mau terlalu banyak bicara.

"Aku emang tampan, begitu banget ngelihatinnya."

Kalimat itu membuat Yoan langsung mengalihkan tatapannya, kemudian menghela nafasnya. Alih-alih bersikap gugup, gadis itu hanya mengedikkan kedua bahunya, lantas bernafas dalam.

Tak ada lagi obrolan, hingga keduanya sampai di lokasi. Sekitar 1 jam kedua orang itu berada disana, mencatat seperlunya, bertanya pada para pekerja, kemudian mengambil tiap gambar pekerjaan untuk dokumentasi pelaporan, setelah dirasa cukup, mereka kemudian meninggalkan lokasi.

"Kita makan dulu ya," Ujar Bian, saat mereka berdua tengah berjalan kearah tempat parkir kendaraan.

"Nggak langsung balik aja?"

"Masih ada waktu, kan?" Bian melihat arlojinya, kemudian menatap Yoan, keduanya berdiri berhadapan. "Beneran Yo, aku pengen banget ngobrol sama kamu, segitu nggak maunya ya ngobrol sama aku?"

Yoan menghela nafasnya, "Bukan gitu. Ini kan masih jam kantor. Kerjaanku juga lagi banyak banget, kalo nggak segera dikerjain, bisa-bisa aku lembur lagi."

Tampak Bian, menghela nafas dan mengusap wajahnya, pria itu lantas menatap Yoan sedih. Kenapa sih, susah baget cuma mau ngobrol doang.

"Kamu pulang jam berapa?"

Triple XL OveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang