TRIPLE XL OVE | 35

1.1K 109 3
                                    

BIAN berjalan dengan gelisah. Entahlah, apa yang dilakukan Myesa setelah Bian meninggalkannya. Bian, pergi setelah kakaknya Myesa datang.

Pria itu teringat dengan Yoan, sudah lebih dari 1 minggu, Bian mendiamkan gadis gempalnya itu. Bian menghela nafas sedih, betapa Bian sangat merindukan Yoan. Dengan Yoan menyampaikan apa yang ada dibenaknya, bukan berarti ia bisa menyamakan Yoan dengan Myesa begitu saja kan? Pria itu menyesal sudah bertindak dan mengucapkan kata seperti itu pada Yoan.

Bian benar-benar tidak menduga ia akan menghadapi masalah yang seperti ini. Sekarang, Bian tau yang sebenarnya, tau alasan kenapa Yoan sampai memintanya untuk memberikan kesempatan kepada Myesa. Ia tau bagaimana Yoan, pasti gadisnya itu akan sangat memikirkan ucapan Myesa. Bian saja bingung menghadapi perempuan itu.

Kalau saja ini tak ada sangkut pautnya dengan Yoan, bisa saja Bian tak peduli dengan Myesa. Pria itu merutuki dirinya sendiri, kenapa ia terkesan menjadi pria yang tidak tegas.

Benar-benar Bian tak bisa mengabaikan Myesa, Bian dibuat bingung dengan apa yang harus ia lakukan.

Bian melihat ponselnya, melihat beberapa pesan yang dikirimkan oleh Yoan kepadanya.

Yoan Arvy

Maaf, aku salah. Seharusnya aku emang nggak usah peduliin ucapan Myesa. Maaf kalau aku masih aja singgung tentang Myesa. Maaf udah buat kamu kecewa dan buat kamu ngerasa nggak dihargai.

❤❤❤

Pesan itu terkirim siang tadi. Ah, tadi Bian sangat sibuk hingga tak sempat melihat ponselnya. Bian mengulas senyum membaca pesan itu. Setidaknya itu membuat perasaannya sedikit tenang.

----

Yoan menatap ponselnya dengan sedih, hari sudah menjelang sore namun pesannya belum juga dibalas oleh Bian. Segitu marahnya kah pria itu, hingga enggan membalas pesannya. Muka Yoan tertekuk sedih.

Yoan bukan tipe orang yang begitu agresif, alih-alih mengirimi Bian dengan banyak pesan atau panggilan, gadis itu memilih untuk menunggu, dengan perasaan yang begitu gelisah. Fikirnya, saat Ia sudah meminta maaf, mengirim pesan pada Bian, pria itu akan membalasnya, dan hubungannya kembali baik, tapi Yoan semakin sedih dan risau ketika tau pesan itu hanya dibaca oleh Bian.

Gadis itu sedang berada dirumah sakit, menemani sang mama. Mama mengeluh sakit dikepalanya sejak kemarin, karena khawatir, Yoan memaksa mama untuk periksa ke rumah sakit. Gadis itu duduk diruang tunggu, saat sang mama sedang diperiksa oleh dokter.

Asyik memainkan ponselnya, Yoan tiba-tiba merasa ingin pergi ke toilet. Gadis itu menghela nafasnya, ketika tau toilet yang tak jauh didepannya terlihat penuh. Yoan harus pergi ketoilet belakang yang dekat dengan kantin rumah sakit disamping musholla.

Untuk sampai disana, Yoan harus melewati beberapa ruangan spesialis, termasuk ruangan yang berpintu kaca didepannya ini, Yoan bisa dengan mudah melihat kedalam ruangan besar itu.

Gadis itu berdiri, mematung. Lupa dengan tujuannya untuk pergi ke toilet. Awalnya, ia hanya penasaran ingin bertanya, kenapa Bian berada disana. Pria itu tampak serius mendengarkan penjelasan dari dokter. Yoan jelas tak mendengar karena pintunya tertutup.

Tangannya bergerak, memutar kenop pintu didepannya. Ia hanya berjalan beberapa langkah saja, dan sudah bisa mendengar dengan jelas apa yang dokter itu jelaskan kepada Bian, ia maju lagi satu langkah, posisi Bian yang sedang membelakanginya juga ada tirai yang menghalanginya, membuat pria itu tidak tau keberadaan Yoan.

Triple XL OveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang