TRIPLE XL OVE | 24

1.1K 136 10
                                    

“Lah, Rikas. Kamu ngapain buka-buka baju adikmu begitu?" Rikas menatap mamanya, pertanyaan dan tatapan itu seolah Rikas akan melakukan hal yang tidak-tidak pada Yoan. Tatapan tajam sang mama membuat Rikas menurunkan tangannya. Pria itu memilih untuk tidak menjawab, karena Yoan memberi isyarat padanya untuk tidak bilang sama mama. Rikas menggaruk tengkuknya.

Yoan buru-buru menutup bahunya, gadis itu bergerak menyamping menyembunyikan bahunya yang sakit. Mama mengerutkan dahinya menatap Yoan. "Kamu kenapa, Yo?" Yoan melirik abangnya, pria itu menyuruh Yoan untuk bilang aja sama mama, dengan isyarat, Yoan masih menggelengkan kepalanya.

Mama menatap Yoan dan Rikas bergantian, "Kalian ini kenapa sih? Apa yang kalian sembunyikan dari mama?" Nadanya sedikit naik, Yoan dan Rikas menatap mamanya dengan panik.

"Itu," Rikas menunjuk bahu Yoan. Yoan menatap sendu Rikas, berharap abangnya itu tidak bicara pada mama, tapi melihat raut mamanya, Yoan pasrah saja. "Mama mikir apa sih? Dek, coba tunjukim bahu kamu, ke Mama." Yoan lalu menaikkan lengan kaos yang dipakainya keatas, melihat ruam merah dibahu Yoan, Mama langsung panik.

"Ini kenapa?" tanya mama dengan panik. Mama langsung memegang bahu itu dan membuat Yoan meringis. Melihat anaknya meringis begitu, Mama langsung melepas tangannya dan menatap Yoan meminta penjelasan.

“Aku, aku ketumpahan kopi panas tadi,“

“Ketumpahan kopi panas?” dahi Mama berkerut kemudian menatap Rikas. Merasa bersalah pria itu berjalan kearah Mama dan mengusap pelan punggung Mama.

"Maafin abang ya Ma!" Yoan menatap abangnya, "Tadi, nggak tau gimana kopinya orang udah tumpah aja ke bahunya Yoan." Mama menatap khawatir kearah Yoan. "Tapi Mama, nggak usah khawatir ya. Tadi udah abang bawa ke rumah sakit, sebelum kesana juga udah dikasih pertolongan pertama sama temen abang yang calon dokter."

"Tapi, itu sampe merah gitu loh, Bang. Ya Allah, Yoan, pasti sakit banget ya Nak!" suara mama bergetar,

"Udah nggak apa-apa kok, Ma." Ujarnya tak ingin mamanya khawatir seperti itu.

"Yoan minta maaf, Ya. Udah buat Mama khawatir begini."

***
Yoan terbangun dengan rasa sakit dibahunya, gadis itu meringis kemudian memegang bahu kirinya. Menghela nafas berat kemudian dengan hati-hati ia bangun dari tempat tidurnya.

Rasa nyeri yang sudah lebih berkurang dari kemarin saja Yoan sudah bersyukur. Gadis itu ingin berangkat kekampus, meski dengan keadaan yang masih sakit seperti itu.

"Loh, Yoan. Mau kemana? Biar nanti mama antar sarapannya ke kamar aja." mama memegangi punggung Yoan dan membawa gadis itu untuk duduk. Yoan meringis,

Gadis itu tersenyum, "Yoan masih bisa kok. Nih, "Yoan menggerakkan bahunya, menunjukkan kearah sang mama, bahwa ia tidak semanja itu dengan sakitnya.

"Emang udah nggak sakit?"

Yoan terkekeh,"Ya masih sakit Mama, tapi nggak sampe yang harus dibawakan kekamar juga makannya!"

"Yaudah, mama ambilin ya." gadis itu menghela nafas, memilih untuk menuruti ucapan sang mama.

Gadis itu hendak mengganti bajunya,  ketika ia melihat ponselnya. Yoan urung mengganti bajunya, dan duduk di tepian tempat tidurnya. Ada beberapa pesan dan panggilan. Kemarin setelah sholat isya ia langsung tidur, sama sekali tak menyentuh ponselnya.

Biann.
Sayang,
Gimana keadaan kamu?
Sayang,
Yoan.
Nduut,
Kemana sih?
😔😔😔
Aku otw kerumah kamu nih!

Triple XL OveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang