Dhila perlahan membuka matanya yang terasa berat, dia merasa sedang berbaring dikasur UKS, ketika berhasil membuka matanya dia melihat Aurum, Erlin, dan Fariz sedang duduk.
"Aaaw" Dhila memekik mencoba bangun namun kepalanya sangat sakit
"Jangan bangun dulu La" kata Aurum
"Iya, minum obat ini dulu" Erlin memberi panadol dan air putih pada Dhila.
Dhila mengedarkan pandangannya dan menangkap Fariz yang sedang melihatnya dengan pandangan khawatir.
"Gue keluar dulu ya La, gue ditunggu Auzan, mau bantu dia buat bikin proposal MPK" kata Erlin
Dhila hanya mengangguk yang sedetik kemudian Erlin sudah meninggalkan UKS, serta hanya menyisakan Aurum, Dhila, dan Fariz.
"Gimana? Masih ada yang sakit?" tanya Fariz khawatir
"Engga kok, udah mendingan" kata Dhila berbohong
"Daritadi aku mikirin ini, dan sekarang aku mau nanya ke kamu. Kenapa kamu mutusin aku La? Apa salah aku? Alesan yang kamu kasih ngga masuk akal tau ngga" kata Fariz menahan emosinya
"Aku udah bilang Riz, aku pengen temenan aja sama kamu sekarang"
"Kamu tau kan, aku sayang sama kamu,, banget malah. Kenapa tiba-tiba sih? Apa kamu udah ngga sayang sama aku? Salah aku dimana La?"
"Kamu ngga salah, aku masih sayang kamu, dan aku tau kamu juga sayang aku. Dan itu alesannya Riz, aku takut semakin kamu sayang aku, atau semakin aku sayang kamu, kita berdua bakal lebih sakit kalo putus Riz. Dan justru itu aku juga takut kalo kita putus nantinya kita bakal musuhan, aku ngga bisa bayangin Riz" kata Dhila sambil menangis
"Kalo gini caranya, kenapa waktu itu kamu nerima aku La?"
"Aku udah bilang, aku sayang kamu Riz, waktu itu sampe sekarang tetep sama"
Fariz diam, dia tidak pernah menyangka akan putus seperti ini. Tapi memang yang dikatakan Dhila benar, dia juga tidak bisa membayangkan jika dia harus bermusuhan dengan Dhila. Fariz menghembuskan nafas dengan kasar dan hendak beranjak pergi dari UKS.
"Oke, gue hormatin keputusan lo, kita temenan sekarang. Gue bakal jadi temen lo tapi mungkin ngga akan seakrab dulu" kata Fariz langsung meninggalkan UKS
Dhila menangis, sakit dikepalanya dia biarkan, menangis sejadi-jadinya.
"Puas lo? Gue udah bilang kalo gue ngga akan terima lo nyakitiin Fariz, dan sekarang lo juga sakit kan? Denger Fariz ngomong 'lo-gue' ke lo? Ngga pake 'aku-kamu' lagi? Itu yang lo mau La? Dimana sih otak lo hah? Heran gue sama jalan pikiran lo" tanya Aurum bertubi-tubi dengan emosi dan langsung menyusul Fariz keluar UKS.
Dhila masih menangis, dan mencoba untuk keluar UKS, dia ingin kesuatu tempat dan ingin sendiri. Ingin segera menangis sepuasnya ditempat itu. Dhila melakukan ini untuk Alma, jika Dhila membiarkan Fariz bersamanya, mungkin dia akan sangat sulit melepaskan Fariz. Sakit, itu yang dirasakan Alma saat ini. Dia berjalan sekuat tenaga menuju parkiran sepeda motor.
🍁🍁🍁
Aldi sedang menyalakan mesin motornya saat melihat seseorang berjalan dengan wajah pucat sambil menangis.
'Itu Dhila bukan sih? Cewe yang tadi?' tanya Aldi dalam hati.
Benar itu Dhila, berjalan sambil sesenggukan menuju motornya. Aldi melihatnya menyalakan motor dan pergi. Entah bagaimana Aldi mengikuti Dhila yang entah mau kemana. Dhila berhenti disuatu tempat, ditepi danau dan duduk disebuah kursi kayu panjang sambil memeluk lututnya. Aldi mendengar Dhila menangis sambil menundukkan kepalanya. Aldi berjalan mendekat. Dhila mendongakkan kepalanya dan melihat Aldi duduk disebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Al & La [Completed]
Teen Fiction#1 wattpadindo [21-06-2018] Cinta adalah tentang menerima dan membebaskan bukan menuntut dan mengekang Cinta bukan seberapa sering kamu bilang "aku cinta kamu" ke aku,, tapi seberapa banyak kamu bilang "aku cinta dia(aku)" ke orang lain-Dhila Membuk...