Sinar matahari menyinar terik diatas kepala, langit biru cerah dihiasi dengan awan seputih kapas menggantung disana. Terlihat seorang pria jakung berkulit putih dengan setelah kaos biru tua dan celana jeans senada serta kacamata hitam menggantung dihidung mancungnya sedang menatap ponsel iphone keluaran terbaru tahun ini.
Aldi berjalan santai menyusuri bandara sambil menggeret travel bag nya. Sesekali cowok itu menatap jam lorex hitam dipergelangan tangannya.
"Ck, Fakry mana sih? Katanya mau jemput gue di bandara." Kata Aldi sambil celingukan menatap orang yang sedang lalu-lalang di Bandara. Mereka terlihat sibuk dengan aktivitas masing-masing.
Kembali ke Jakarta sedikit membuat Aldi mengingat seseorang yang selama ini dia rindukan. Tujuh tahun dia tinggal di Bali, memulai segalanya dengan sangat sulit. Dari berkuliah sampai memiliki usaha Kafe dan studio Aldi lakukan. Bahkan kini, dia memiliki ruko bersama sahabatnya Idam di Jakarta. Lantai satu untuk Kafe dan Lantai dua untuk studio foto.
Aldi membuka galeri di kamera lamanya, menampilkan foto kenangan masa-masa SMA nya. Menatap banyak foto hasil jepretannya membuat Aldi tersenyum. Hanya melihat foto kenangan dapat membantunya mengobati rasa rindu kepada seseorang. Aldi sibuk menatap kamera nya dan tak sadar jika sahabatnya sudah datang.
"Oy Aldi, dicariin dari tadi njir" Suara Bass milik Fakry memekik telinga Aldi.
"Lah kenapa nyalahin gue? Yang ada lo tuh yang darimana? Daritadi gue tungguin sampe lumutan gue bego" Sahut Aldi emosi."Hehehe, sorry deh sorry. Istri gue lagi ngidam minta asinan mangga yang di jual di Kota Tua. Rada macet juga tadi." Ujar Fakry sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Lah si Cindy udah hamil? Waaaahhh selamat ya bro akhirnya jadi bapak juga lo, hahaha" Ledek Aldi sambil menarik travel bag nya menuju mobil milik Idam.
🍁🍁🍁
Seorang wanita dengan kemeja kerja dibalut dengan rok hitam selutut serta high heels berukuran 7 cm memasuki sebuah kafe tempat dimana dia dan para sahabatnya sering berkumpul. Dhila memperhatikan sekitarnya, beberapa pengunjung terlihat asik menikmati minuman yang menemani mereka mengobrol dengan rekan atau keluarga. Dhila merapihkan rok hitamnya kemudian membuka iPhone nya memberitahu para sahabatnya jika dia sudah datang.
"Hei La, tumben sendirian yang lain mana?" Suara lembut seorang gadis, istri pemilik Kafe menyapa Dhila.
" Oh, hai Cin. Tau nih mereka belum pada nongol, lagi dijalan maybe. By the way tumben banget gue disuruh gabung sama genk Aphrodite Squad, emang ada apa sih? Mua reuni akbar?" Tanya Dhila beruntun.
"Engga, gue cuma mau bagi undangan nikahannya Muchfi sama Sam. Gue sebagai ketua genk dikasih amanat sama dia buat nyebar undangan mereka." Jawab Cindy sambil mengeluarkan sebuah undangan bermotif batik berwarna soft pink.
Dhila menerima undangan tersebut dengan wajah bingung sekaligus heran hingga keningnya berkerut membuat Cindy yang melihatnya tertawa dan menebak apa yang ada dipikiran Dhila.
"Gue tau lo bingung kan. Pasti lo heran kenapa bisa nikah, padahal dulu mereka putus didepan lo" Tanya Cindy yang hanya dibalas anggukan oleh Dhila.
"jadi gini, setelah Sam nyelesain study nya di jurusan hukum dan jadi jaksa dan Muchfi sebagai guru Sosiologi, mereka dipertemukan disebuah acara keluarga. Dan ternyata dijodohin lah mereka sama ortunya. Karena mereka masih sama-sama cinta yaudah, nikah deh sekarang. Lucu yah kayak drama yang sering gue tonton di TV" Jelas Cindy panjang lebar.
Dhila hanya manggut-manggut menanggapi sambil membuka undangan pernikahan yang baru saja diberikan kepadanya. Bunyi suara bel tanda pintu terbuka membuat Dhila memfokuskan pandangannya kearah pintu. Dan seketika, dunianya serasa berhenti, jantungnya berdegup kencang dan matanya tak bisa berkedip. Bagaimana tidak, dia melihat seseorang yang selama tujuh tahun ini dia tunggu, tanpa kabar atau apapun. Hanya sebuah surat yang dititipkan oleh orang itu untuk tanda perpisahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Al & La [Completed]
Novela Juvenil#1 wattpadindo [21-06-2018] Cinta adalah tentang menerima dan membebaskan bukan menuntut dan mengekang Cinta bukan seberapa sering kamu bilang "aku cinta kamu" ke aku,, tapi seberapa banyak kamu bilang "aku cinta dia(aku)" ke orang lain-Dhila Membuk...