30

1.2K 65 26
                                    

  Dhila meraut pensilnya dan mulai mencoret-coret kertas yang dia jadikan untuk lembar coret-coretan. Gadis itu tengah berpikir keras mengingat-ingat rumus desil dan persenetil. Setelah menemukan jawabannya gadis itu mengklik jawaban soal ujian nasional yang tertera dilayar computer sekolahnya.

  Benar, hari ini Dhila sedang melaksanakan UNBK atau Ujian Nasional Berbasis Komputer. Sudah lewat satu tahun setelah kejadian dirinya putus dengan Aldi, kini dia harus fokus pada masa depannya. Sebenarnya dia sulit melupakan laki-laki itu. Terkadang, saat ada acara sekolah atau ada rapat antara ekskul teather dan jurnalistik, dia masih sering memperhatikan cowo itu diam-diam. Baginya, melihat Aldi baik-baik saja sudah cukup untuknya.

  Dhila kembali memutar otak saat menemukan soal permutasi. UN matematika benar-benar menguras tenaga dan pikirannya pagi ini. Gadis itu merapihkan poni yang kini sudah memanjang sehingga menusuk matanya. Dia harus fokus, hanya 30 menit waktu sersisa. Dia tidak boleh membuang-buang waktu agar usaha belajarnya selama ini tidak sia-sia.

🍁🍁🍁

KRINGG!!

   " WAKTU MENGERJAKAN SOAL TELAH SELESAI" Ujar pengawas.

  Terdengar hembusan nafas kasar dari laki-laki bertubuh jakung. Cowo itu merapihkan rambutnya yang acak-acakan, efek dari berpikir keras.

  "Akhirnya selesai juga ini UN" Kata cowo itu sambil melihat kanan- kirinya.

  "Tinggal nunggu hasil, hmm" Lanjutnya sambil berjalan keluar ruangan.

  Aldi melangkahkan kakinya memutari sekolah tempat ia menimba ilmu selama ini. Terlihat kamera menggantung di lehernya, mungkin cowo itu ingin mengabadikan setiap momen dari setiap ruangan disekolahnya itu. Aldi memulainya dari halaman depan. Terpampang logo besar SMA Indonesia Bersatu, cowo itu mulai membidikkan gambar.

  Saat Aldi sampai di aula, dia menangkap sosok perempuan yang sedang memandang teduh kearahnya. Seperti biasa, hatinya kembali bergetar dan dia harus pura-pura tidak melihat cewe itu. Sejujurnya, Aldi merindukan gadis itu. Tapi entah kenapa setiap ingin mengobrol atau hanya sekedar bertegur sapa, rasa penyesalan dan marah muncul didalam dirinya. Dia juga tidak tau harus berbuat apa.

  Aldi kembali memotret setiap hal yang menarik dan memiliki momen baginya. Benar, cowo itu kembali memegang kamera dan berhasil menghilangkan traumanya akibat kecelakaan ayah dan adiknya itu. Aldi melirik gazebo tempat Dhila tadi duduk dan memandangnya. Aldi mengarahkan kameranya ke punggung gadis itu. Entah sudah berapa banyak foto punggung milik Dhila yang berada di kamera milik Aldi.

  Aldi tidak sadar jika ada sepasang mata indah yang mengamatinya sambil tersenyum. Cowo itu hanya fokus dengan hasil gambarnya itu, dia tidak berpikir dan terlalu ambil pusing jika ada yang melihatnya dan beranggapan jika dia adalah seorang paparazzi. Aldi kembali mengatur fokus pada kameranya, hingga tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dan mengejutkan cowo itu.

  "Dasar paparazzi, pake acara foto dari belakang. Sinih kameranya. Biar gue foto itu cewe dari depan." Ujar seorang gadis yang tadi menepuk pundaknya.

  "Siapa juga yang lagi jadi paparazzi, orang gue lagi ngambil gambar gazebo." Dusta Aldi.

  "Halah, pake boong segala. Denger ya abang ganteng, lo itu gak bisa bohongin seorang Aurum." Sahut Aurum sambil berusaha merebut kamera Aldi.

  "Sinih kameranya, biar gue fotoin dari depan" Lanjut Aurum, masih keukeuh hendak merebut kamera Aldi.

Akhirnya terjadilah rebut-rebutan kamera di koridor dekat sekolah.

  "Apaan sih lo Rum? Minggir sanah. Dasar cewe suka maksa" Kata Aldi sambil menjulurkan lidahnya, mengejek Aurum.

  "Oh lo nantangin gue" Sahut Aurum lagi.

Al & La [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang