27

957 65 8
                                    

Aldi duduk di single sofa yang berada dibalkon kamarnya. Menatap kosong pemandangan di halaman belakang rumah. Cowo bertubuh jakung itu masih menyalahkan dirinya atas kecelakaan yang menimpa ayah dan adiknya, dua bulan lalu. Terlebih lagi saat menyaksikan adiknya terjatuh karena belum terbiasa menggunakan tongkat yang membantunya berjalan.

Krreekk...

Suara pintu kamar Aldi tanda seseorang telah membuka pintu kamarnya. Terdengar bunyi tongkat yang mengetuk-ngetuk lantai yang dingin.

  "Bang Aldi??" Suara pelan Aldo yang membuat Aldi menatapnya.

Setiap melihat adiknya itu Aldi selalu merasa jika dialah penyebab adiknya harus mengalami kebutaan.

  "Bang? Bang Aldi dimana?" Ulang Aldo yang kini mulai menggarakkan tangannya mencari letak Aldi.

  "Kenapa Al? Abang tadi pake earphonejadi gak begitu kedengeran" Dusta Aldi.

  "Disuruh siap-siap sama mama buat jemput kak Alda dibandara" Kata Aldo sambil duduk dipinggir ranjang Aldi.

  "Iya lima menit lagi abang turun" Jawab Aldi sambil mengedarkan pandangannya menatap keluar jendela. Cowo itu tidak kuat jika harus melihat adiknya seperti ini.

  "Bang Aldi? Bang Aldi marah ya sama Aldo? Gara-gara Aldo, abang gak bisa jadi fotografer. Bang Aldi pasti dipaksa sama papah lagi buat nerusin perusahaannya yah bang? Padahal kan bang Aldi gak suka di kantornya papa. Gara-gara Aldo juga, kameranya bang Aldi pecah ya? Maaf ya bang, waktu itu kamera abang Aldo mainin terus katanya pecah ya bang? Bang Aldi marah sama Aldo?" Tanya Aldo dengan nada rendah membuat Aldi menjatuhkan air matanya.

  "Bang? Apa bener kalo Allah marah sama Aldo? Gara-gara Aldo bandel? Aldo udah minta maaf sama mamah dan papah, tapi setiap Aldo minta maaf, mamah malah nangis bang. Jadi Aldo takut kalo mamah marah sama Aldo. Bang Aldi juga marah sama Aldo ya?Bang Aldi jadi sering di dalem kamar, padahal Aldo pengen main sama abang. Bang Aldi boleh kok main PS nya Aldo. Aldo udah seneng kalo denger suara game nya. Tapia bang jangan marah terus sama Aldo ya, Aldo minta maaf nih" Kata Aldo sambil menjulurkan tangan kearah depan, dia tidak tau jika Aldi berada disampingnya dan kini sedang menangis.

Aldi menangis lagi, dia kembali menyalahkan dirinya sendiri. Bukan, ini bukan salah adiknya. Tetapi salah dirinya, salah keegoisannya. Benar, semua salahnya, kecelakaan itu, kebutaan adiknya, semua salah dirinya. Jadi tak seharusnya adiknya itu menyalahkan dirinya sendiri.

Aldi memandang lengan adiknya yang menjulur kedepan. Aldi mendekati Aldo dan berjongkok untuk mensejajarkan tinggi mereka. Sedetik kemudian, Aldi memeluk Aldo dengan erat sambil menangis.

  "Ini bukan salah lo Al, ini salah Bang Aldi. Bang Aldi gak pernah marah sama lo Al, malah seharusnya bang Aldi yang minta maaf ke lo. Lo gak boleh nyalahin diri sendiri Al, mulai sekarang Bang Aldi bakal bantuin papah nyari donor mata buat lo, supaya kita bisa main PS bareng lagi, supaya lo bisa nerusin perusahaan papah kelak, supaya lo bisa liat Kak Alda waktu dia wisuda nant. Jadi sekarang Bang Aldi mohon, lo gak boleh nyalahin diri sendiri." Kata Aldi sambil menetralkan suara baritone nya agar tidak terdengar seperti orang yang sedang menangis.

Tak lama kemudian terdengar suara Bu Auliya yang memanggil kedua anaknya itu.

  "Aldi? Aldo ayo cepetan turun, udah ditunnguin sama Kak Alda."

  "Iya ma" Sahut Aldo, sedangkan Aldi hanya diam saja.

🍁🍁🍁

Dhila memandang iPhone berwarna rose gold nya itu, sudah dua hari dia mencoba untuk menghubungi kekasinya itu. Namun, tak pernah ada tanggapan darinya. Dhila sering melihat Aldi melamun ketika berjalan dan kadang tak pernah terlihat dikantin. Gadis itu merindukan Aldi yang dulu, yang memiliki semangat untuk mewujudkan mimpi-mimpinya.

Al & La [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang