Teett Tett
Bel tanda istirahat sudah berbunyi. Masih di hari yang sama.
"Baiklah anak - anak, kita lanjutkan pada pertemuan berikutnya," kata guru perempuan yang mengajar pertama di kelas Bella.
"Iya Bu," jawab para siswa serempak.
Guru itu pun meninggalkan kelas dan diikuti oleh siswa - siswa yang perutnya sudah ingin mencari surganya.
"Bel, gue ikut dong," kata Hisya yang masih merapikan buku pelajarannya tadi.
"Ikut kemana?" tanya Bella tak mengerti sambil mengambil buku tebal dengan sampul berwarna merah muda dan satu buah pulpen.
"Ya ke kantinlah Bel," sahut Hisya sambil berdiri.
"Oo... Tapi gue gak ke kantin Hisya. Mau ke perpus aja," kata Bella.
"Kalo lo mau ke kantin sini ikut gue," ajak Kesya.
"Hhmm... Gue sama Bella aja deh Kesya. Gue juga mau liat koleksi buku sekolah baru kita," sahut Hisya.
"Yaudah deh. Bye gue ke kantin dulu," Kesya berjalan menggalkan Bella dan Hisya di kelas dan menuju ke kantin.
Di kelas, hanya tersisa mereka berdua.
"Yuk," ajak Bella sambil berjalan mendahului Hisya.
"Bel, gue sebenernya mau ngomong sesuatu sama lo," kata Hisya sambil kembali duduk di kursinya.
Bella pun menghentikan langkahnga dan berbalik ke arah Hisya dengan memasang wajah tidak mengerti.
"Ada apa emangnya? Kayaknya lo serius," ucap Bella sambil ikut duduk di samping Hisya.
"Yah, gak tau sih ini penting atau nggak. Tapi gue rasa gue harus ngasi tau ke lo,"
"Yaudah, lo mau ngomong apa?" tanya Bella dengan halus.
"Gini Bel, lo tau kan dulu hubungan gue sama Alan kayak gimana? Nah, mungkin itu akan terjadi lagi," jelas Hisya.
Bella yang mendengarnya masih kurang bisa menangkap maksud dari perkataan Hisya. Apakah mereka akan balik ke masa itu? Atau bagaimana?
"Maksud lo?"
"Gue sama dia sekarang lagi deket,"
Jleb, rasanya saat ini seluruh dunia kosong dan hanya tersisa Bella di dalamnya. Tak tahu bagaimana perasaan Bella saat mendengarnya. Mungkin sudah hancur berkeping - keping. Bagaimana bisa Hisya dan Alan bisa dengan mudahnya dekat?Sedangkan dia dan Alan yang tidak sampai berstatus pacaran saja sudah seperti orang tak mengenal. Hubungan Alan dengan Sinta yang hanya pernah berstatus pacaran sehari saja tidak sampai seperti hubungab Bella dan Alan sekarang. JAUH.
Namun Bella tak ingin Hisya mengetahui bagaimana perasaan Bella saat ini.
"Oohh... Duh, kayaknya ada yang aroma - aroma bakal balikan nih," goda Bella.
"Ah, ngaco lo. Gak tau juga sih ya bakal gimana nanti,"
"Tenang aja, kalian pasti bakal balik lagi kayak dulu," kata Bella sambil mengelus punggung Hisya.
Hisya hanya tersenyum.
Pantesan aja tadi dia ngeliatin lo sampe segitunya. Ternyata... Batin Bella sambil memperhatikan Hisya lekat - lekat.
"Eh, yaudah yuk kita ke perpus," ajak Hisya sambil berdiri dari kursinya dan diikuti oleh Bella.
Di perpustakaan mereka segera mencari buku yang mereka inginkan secara terpisah. Tak sengaja saat itu Bella menabrak Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence
Teen FictionBagi beberapa orang cinta bukanlah hal yang mudah. Tak hanya menyukai, tapi harus diungkapkan. Seperti halnya Bella seorang gadis yang sedang duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Ia tak pernah merasakan bagaimana rasanya pacaran dan mengungkapka...