Hancur

21 3 0
                                    

Dinginnya malam tidak membuat api dalam diri Alan padam. Setibanya di mall tempat Hisya berada, Alan segera mencoba menelepon Hisya. Namun, telepon tersebut tidak diangkatnya. Alan mencari Hisya ke sekeliling mall. Tidak Ada hasil. Karena lelah, Alan mencoba beristirahat sebentar di depan sebuah cafe. Ia mencoba menghubungi Hisya kembali. Tidak diduga. Terdengar suara ponsel Hisya yang tidak jauh dari tempat Alan. Namun sang pemilik ponsel tidak mengangkat sambungan telepon Alan. Setelah Alan mendengarkan baik - baik asal suara ponsel tersebut, ia langsung berbalik dan benar saja Hisya tepat berada di depannya dengan seorang laki - laki. Tanpa pikir panjang, Alan menghampiri keduanya dengan kesal.

"Hisya." Panggil Alan.

Di depannya, terlihat Hisya yang memunggungi Alan sangat terkejut. Tapi laki - laki yang bersamanya berbalik.

"Maaf, ada apa?" Tanya laki - laki itu.

Alan menatapnya dengan tajam. Kemudian menatap punggung Hisya dengan tatapan yang memancarkan kekesalan.

"Gue manggil yang namanya Hisya. Bukan lo."

"Gue temennya Hisya. Jadi lo bisa bilang ke gue apa masalah lo."

Alan kembali menatap laki - laki itu. Tapi dengan tatapan yang lebih tajam dan meremehkan.

"Oh. Jadi lo sejenis perantaranya gitu?  Wow. Yaudah, lo bilangin tuh sama cewek yang namanya Hisya. Kalau dia mau ngejelasin ini semua, temuin gue di parkiran sekarang. Tapi kalau gak, lupain semua hubungan diantara gue dan dia."

Setelah Alan mengatakannya, ia menatap sekilas punggung Hisya lalu meninggalkannya tanpa menunggu reaksi dari Hisya dan jawaban dari laki - laki yang bersamanya.

•••

Setelah sampai di tempat acara, Bella segera melepas sabuk pengamannya. Lalu diikuti oleh Dafa.

"Eh tunggu Bel. Bunganya kok gak dibawa?" Tanya Dafa.

"Lah itu bukannya buat aku? Ngapain dibawa?" Tanya Bella bingung.

Dafa tertawa mendengar pertanyaan Bella. Ia merasa bersalah sudah membuat Bella mengira bunga itu untuknya.

"Kak Dafa ngapain ketawa?" Tanya Bella dengan polosnya.

Dafa menepuk bahu Bella sambil menahan tawanya.

"Bel, sorry. Tapi itu buat mama gue. Kapan - kapan gue beliin deh buat lo."

Bella tidak tahu harus menjawab apa. Dia sangat malu. Ingin rasanya Bella menghilang detik itu juga. Ia menggigit bagian basah bibirnya dan memalingkan wajahnya.

"Ahh... Oke. Kurasa kita harus segera masuk kak." Kata Bella sambil mengambil bunga yang akan diberikan untuk mama Dafa.

"Oke deh." Jawab Dafa.

Mereka berdua pun turun dari Mobil dan memasuki tempat acara tersebut. Yah, tempatnya sangat ramai, terasa begitu baru untuk Bella. Namun tidak dengan Dafa yang sudah terbiasa menghadiri acara seperti ini. Raut gelisah Bella terlihat oleh Dafa. Dafa mendekatkan tubuhnya, kemudian berbisik, "santai aja."

Bella melirik Dafa yang kini sudah berjalan meninggalkannya. Sontak Bella ingin mengejarnya, namun tertahan oleh panggilan seorang wanita. Bella menghentikan langkahnya dan beralih kepada wanita yang baru saja memanggilnya.

"Hi cantik. Dafanya mana?"

"Kayaknya lagi ngambil minum tante." Sahut Bella sambil tersenyum.

"Aduh. Dasar ya Dafa malah ditinggal kamunya sendirian."

"Eh. Gak apa tante. Oiya, ini ada bunga buat tante."

Bella menyerahkan bunga yang tadinya ia kira untuk dirinya.

Love In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang