Move on

17 3 0
                                    

Hampir satu bulan sudah berlalu. Tapi hubungan Dafa dan Bella belum juga pulih. Bella masih tidak mau bicara banyak dengan Dafa. Mereka seperti dua orang yang baru saja saling mengenal. Canggung dan berjarak. Dafa sudah mencoba berbagai cara agar hubungan mereka kembali seperti dulu. Bahkan Bella entah kenapa masih belum memperbaiki moodnya. Dia tidak seceria dulu. Tidak ada yang tahu alasannya kecuali Kesya. Beberapa hari yang lalu Dafa mendengar Bella sedang curhat pada Kesya lewat telepon. Selain itu Bella juga sering mendapat pesan dari Kesya. Yah, tentu saja Dafa mengetahui hal itu. Walaupun kini hubungan mereka tidak begitu baik, tapi mereka masih tetap berangkat dan pulang bersama. Ini semua dilakukan agar tidak membuat khawatir keluarga keduanya.

Pagi tadi Dafa tidak sengaja membaca pesan dari Kesya karena Bella meninggalkan ponselnya di mobil. Sebelum memberikannya kepada Bella, Dafa tidak sengaja membaca isi pesan tersebut. Sore ini Kesya akan datang dan mengajak Bella bertemu. Dan di sinilah Dafa, dia sedang memperhatikan Kesya dan Bella yang duduk di luar kafe. Dafa tidak mengantar Bella, bahkan Bella tidak memberitahunya bahwa Kesya akan datang ke Jogja hari ini. Entah mengapa perasaan Dafa menyuruhnya untuk mengikuti Bella. Sedangkan Bella tiak tahu bahwa Dafa saat ini sedang mengawasinya dari dalam mobil. Dia terlihat senang dengan kedatangan Kesya.

"Lo ada apa dateng ke sini Sya?" Bella sedikit bingung. Pasalnya ini masih masa sekolah dan masih perlu beberapa bulan lagi untuk kelas 12 ujian.

"Mama gue ada urusan kantornya. Lo tau sendirilah mama gue mana pernah berani pergi sendiri. Jadi ya gue ikut sekalian mau ketemu lo. Terakhir kali kita kan ga sempet say goodbye." Kesya memutar bola matanya.

Bella tersenyum. Dia tahu sahabatnya ini masih sedikit kesal dengannya karena tidak bilang - bilang akan pindah ke Jogja. Dari raut wajahnya saja sudah bisa ditebak.

"Ya maaf. Gue kan udah jelasin ke lo."

"Udah - udah. Gue ke sini ga mau ngungkit masalah itu. Mending ngomongin yang lain deh. Ah, misalnya sekarang kehidupan sekolah lo gimana?" Kesya mencoba mencari topik agar Bella mau bercerita tentang dirinya. Pasalnya dia selalu bertanya tentang kehidupan Kesya saja atau mungkin bertanya tentang pelajaran.

"Biasa aja. Gue gak banyak punya temen di sini. Yah, lo tau lah gue gimana." Jawab Bella sederhana.

"Masa gak ada yang mengejutkan atau gimana - gimana gitu? Hidup lo flat banget sih." Kesya mulai prihatin dengan hidup Bella yang menurutnya selalu begitu - begitu saja.

Bella mengaduk minumannya sambil menatap minuman itu. Lalu dia mengehela nafas, "ya emang gini. Lo maunya gimana?"

Kesya mendekatkan tubuhnya ke meja.
"Aduh. Masa gak ada sih Bel. Temen baru yang kayak gue deh. Lo ga ketemu ga?" Kesya mencoba membuat Bella bercerita.

Bella menggeleng, "nggak. Gue gak nemu."

"Yang buat lo ngelupain Alan deh."

Bella menatap Kesya gemas. Kenapa masih saja mengungkit orang itu. Padahal selama sebulan ini Bella berusaha mengusir orang itu agar tidak bersemayam lagi di pikirannya. Kesya menatap Bella tidak percaya. Dia mengira Bella sudah tidak memiliki perasaan apapun pada Alan. Bahkan dia tidak pernah bercerita atau bertanya tentang Alan.

"Jangan bilang lo masih-"

"Iya masih. Jadi jangan dilanjutin. Sebulan lalu gue ketemu dia. Entah kenapa dia yang mulai ngomong duluan ke gue. Padahal gue udah ngehindar." Bella memotong ucapan Kesya dengan cepat.

Kesya tak habis pikir sahabatnya ini masih saja menyimpan perasaan untuk Alan yang jelas - jelas sudah melupakannya.

"Itu hati kuat banget Bel. Lo masih aja suka sama itu anak. Udah berapa tahun Bel? Lupain dia deh. Gue kasian sama lo."

Love In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang