Setelah melakukan persiapan selama dua bulan ke belakang, baik dari sisi Alan dan Bella sudah melakukan dengan sungguh - sungguh. Selama itu pula, Bella selalu mendapat pesan dari nomor tidak dikenal itu. Tapi Bella tidak menghiraukannya. Saking kesalnya, dia mengganti nomor ponselnya setelah hampir satu bulan berturut - turut mendapat gangguan dari nomor itu.
Pagi ini Bella sudah menunggu Dafa di depan rumahnya. Ya, hari ini adalah hari pertama dimulainya lomba. Sambil menunggu Dafa, Bella ditemani mamanya, mengeluarkan barang yang sudah dikemasnya. Tidak lama kemudian, Dafa datang dan langsung keluar untuk membantu.
"Pagi tante,"sapa Dafa.
"Pagi, Daf. Udah siap semua barangmu?"
"Udah tante," sahut Dafa. "Ah, sini saya bantu bawa ke mobil," tambahnya.
"Iya - iya. Hati - hati. Yaudah sana Bella masuk," ucap Mama Bella.
"Bella pamit dulu," pamit Bella sambil salim ke mamanya.
"Jaga diri kamu ya. Semoga sukses lombanya."
Mama Bella mengelus rambut putrinya itu dan mencium keningnya. Kemudian Bella masuk ke mobil yang di dalamnya sudah ada Dafa yang sedang menunggu. Mereka berdua segera berangkat untuk menjemput Dicky sebelum ke tempat perlombaan. Sementara itu, guru pendamping mereka sudah menunggu di tempat perlombaan.
•••
Gerald, Alan, dan Fino sudah sampai di tempat lomba. Yah, mereka sudah sampai kemarin malam di Jogja dan menginap di salah satu hotel.
Saat mereka berjalan menuju kamarnya, mereka bertiga melihat gedung itu ramai dipadati siswa siswi dari berbagai sekolah. Tapi, mereka bingung karena jumlahnya seperti saat babak penyisihan.
"Buset. Kok banyak gini? Ini kita gak salah gedung?" Tanya Fino mulai khawatir.
Alan memperhatikan sekitarnya. Dia melihat adanya siswa yang berkelompok tapi malah membawa buku - buku yang banyak. Tidak membawa perlengkapan musik.
"Apa ini bukan cuma tempat buat lomba kita?" Tebak Alan.
Gerald dan Fino pun mencoba ikut memperhatikan sekelilingnya.
"Iya, tempat ini selain buat lomba kita, juga dijadikan tempat untuk lomba semacam olimpiade gitu," sahut guru pendamping mereka tiba - tiba.
Gerald dan Fino ber'oh ria. Sedangkan Alan tiba - tiba mengingat sesuatu.
"Lomba yang waktu ini diadain di gedung sebelah itunya pak?" Tanya Alan.
"Iya," sahut guru pendampingnya.
Gerald dan Fino menatap Alan bingung. Gerald pun bertanya, "kok lo tau?"
"Lo kapan ngecek itu gedung?" Tanya Fino ikut - ikutan.
"Gue waktu belanja ketemu Bella," sahut Alan seadanya.
"Lah? Trus? Hubungannya? Dia ikutan itu lomba, trus tanpa lo tanyain dia langsung cerita atau lo yang-" Fino mengeluarkan segala kemungkinan yang dia pikirkan. Namun, terputus oleh Alan yang tidak mau mendengar omongan yang banyak dari mulutnya.
"Iya gue yang nanya duluan," sahut Alan.
"Ah, buset itu anak ngikut mulu lomba gituan," ucap Gerald.
Fino dan Gerald sangat kaget dengan jawaban Alan. Pasalnya, semua orang pun tahu bahwa Alan dan Bella memiliki hubungan yang tidak begitu baik. Bahkan keduanya enggan untuk bicara jika tidak ada masalah yang begitu penting, terutama Alan. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan Alan saat bertemu Bella beberapa waktu lalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence
Novela JuvenilBagi beberapa orang cinta bukanlah hal yang mudah. Tak hanya menyukai, tapi harus diungkapkan. Seperti halnya Bella seorang gadis yang sedang duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Ia tak pernah merasakan bagaimana rasanya pacaran dan mengungkapka...