About to Say Goodbye

57 10 4
                                    

Sudah sekian lama sekolah di semester pertama kelas 10 berjalan. Untuk penilaian akhir semester juga sudah selesai dilaksanakan. Kini semua siswa sudah menantikan hasil belajarnya selama satu semester terakhir.

Hari ini sekolah masih berjalan seperti biasa. Masih ada satu minggu untuk penerimaan rapot. Bella berdiri di halte bus untuk menunggu hujan reda. Pagi ini serasa sangat sial untuknya. Baru bangun tadi dia sudah terjatuh dari tempat tidur karena terlambat bangun. Lalu saat ingin sarapan ia hanya menemukan 1 lapis roti yang tersisa dan ia menjatuhkannya saat mengoleskan selai kacang di atas roti itu. Akhirnya ia tidak sarapan. Dan sekarang saat sudah setengah berjalan ke sekolah malah tiba - tiba hujan. Jika dilanjutkan pasti akan basah sampai di sekolah dan juga sekolahnya masih cukup jauh. Bella pun memutuskan untuk berteduh saja dahulu. Siapa tahu nanti kebetulan ada temannya yang lewat.

"Astaga, ini kapan berhentinya?" ucap Bella sambil menghela nafas berat. Ia sesekali melirik jam tangannya. Sudah jam 7 lewat 10 menit. Bella mulai gelisah karena bel masuk akan berbunyi pukul 07.30.

"Woi!" Panggil seseorang kepada Bella.

Bella merasa mengenal suara tersebut dan ia langsung berbalik mencari sumber suara tadi.

"Ngapain lo? Gak bawa payung juga?" tanya Bella kepada pemilik suara itu yang tidak lain adalah Gilang.

"Gue bawa kok. Gue ke sini mau nawarin payung ke lo. Kasihan ntar telat," jawabnya sambil membuka payung yang ia bawa.

"Tumben baik," sinis Bella.

Gilang berjalan terlebih dulu dan mengisyaratkan Bella untuk mengikutinya.

Saat di jalan, Bella tak sengaja melihat Alan dan seseorang menggunakan payung bersama.

"Eh, itu Hisya kah?" Bella bertanya kepada Gilang sambil menunjuk Alan dan orang yang bersamanya.

"Bukan, itu Quena. Anak kelas 10 IIS 3."

"Lah kok lo tau?" tanya Bella bingung dengan Gilang yang bisa menjelaskan dengan lumayan jelas.

"Dia itu saudara gue."

"Pantesan."

Bella mulai bertanya - tanya tentang sosok baru itu. Kenapa bisa Alan mengenalnya? Mungkin itu salah satu pertanyaannya.

•••

Alan tersenyum kepada Quena yang baru saja ia tumpangi payung karena hujan di luar sangat deras. Padahal Alan tidak mengenal Quena. Belum.

Tak lama berselang Hisya datang dan membawakan Alan handuk untuk mengelap bagian tubuhnya yang basah.

"Tadi itu siapa?" tanya Hisya yang bingung karena tidak pernah melihat perempuan itu sebelumnya.

"Gak tau. Tadi aku cuman liat dia di parkiran. Jadi aku numpang sama dia deh." Jelas Alan agar Hisya tidak salah paham dengannya.

"Ohh... Cantik. Kamu gak berminat?" tanya Hisya sedikit bercanda.

"Ih gak. Dia bukan tipeku." jawab Alan dengan santainya.

Bella tidak sengaja samar - samar mendengar pembicaraan Alan dan Hisya tadi. Setidaknya rasa penasarannya sudah hilang karena panjelasan Alan yang ia dengar.

•••

Waktu berjalan sangat cepat. Sepulang sekolah tadi Bella sempat mampir membeli es krim bersama Kesya di dekat sekolahnya. Setelah beranjak dari sana, Bella dan Kesya berpisah karena Kesya ingin mampir ke toko buku dengan Gisel. Yah, untuk membeli buku tentang member BTS tentunya.

Mood Bella hari ini sangat buruk. Sebelum sampai di rumahnya Bella mampir dahulu di mini market dekat rumahnya. Bella mencari sesuatu yang akan membantu moodnya membaik. Saat menyusuri satu persatu lorong mini market akhirnya ia menemukan cokelat kesukaannya. Tangannya sedikit lagi meraih cokelat itu tapi tiba - tiba ada seseorang yang mengambilnya lebih dulu. Bella seketika melihat orang yang kini berada di sampingnya itu.

Love In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang