Afrizal Alan Glezensky, bukannya dia cowok yang sering dibicarain?
Batin Bella."Cieee.. Dea sering nonton film itu karna ada unsur nama cowo itu kan?" Ejek Sinta sambil menepuk pundak Tasya.
"Widdihh... Dea akhirnya punya perasaan sama cowo tuh. Hahaha."
Tasya menimpali."Apaan sih! Gak ada yang kayak gitu tau!" Pekik Dea yang wajahnya sudah memerah karna kesal.
"Udah ih. Kasian Dea tuh." Bella akhirnya ikut bicara setelah menghabiskan kripik yang ia bawa."Emang siapa sih yang kalian bicarain?" Lanjut Bella.
"Ada itu teman les. Namanya Alan. Dia tuh pinter, ganteng pula." Sahut Sinta.
"Lah? Trus apa hubungannya sama film yang ditonton Dea?" Bella tak puas dengan jawaban Sinta.
"Gini, film yang ditonton Dea judulnya kan The Blue Sky, nah namanya cowo yang tadi itu Alan Glezensky. Jadi, sama-sama isi kata 'sky'nya." Jelas Tasya sembari memakan kentang yang ia beli.
"Oh..." Bella tak ingin melanjutkan pembicaraannya lagi.
Mengingat kejadian itu, Bella pun segera mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah lelaki itu.
"Ih, apanya yang ganteng coba? Biasa aja tuh." Bella bersbisik pada dirinya. Lalu mengembalikan posisinya.
•••
"Oi Yas!" Teriak Bella kepada seorang gadis yang berbadan agak besar. Gadis yang bernama Yasmin itu pun menghampiri Bella yang berada di belakang gerombolan murid-murid yang ingin melihat penguman pembagian kelas.
"Kenapa?"
"Kamu dapat kelas apa?" Tanya Bella tanpa basa basi.
"Kita bareng kelas kok. Dapet kelas C." Yasmin tersenyum senang.
"Wah!" Bella langsung memeluk Yasmin sambil loncat-loncat.
Sementara Christi ingin menerobos gerombolan yang ingin melihat pengumuman, dia melihat Bella sedang berbicara dengan Yasmin. Sontak Christi berlari ke arahnya berharap mendapat informasi tentang kelas yang ia dapatkan.
"Bel. Gimana?" Tanya Christi dengan napas ngos-ngosan.
"Aku dapet kelas C Chris. Kamu gimana?"
"Aku belum tau nih."
Tiba-tiba ada seseorang yang melambaikan tangannya kepada Christi. Dia adalah teman lama Christi. Christi pun pamit kepada Bella dan Yasmin.
"Apa?"
"Kamu dapet kelas F. Tadi aku gak sengaja liatin namamu." Jelas gadis yang bernama Friska itu.
Christi menarik napas berat. Ia merasa sedih karena tidak mendapat kelas yang sama dengan Bella.
•••
Setelah bel berdering memasuki setiap ruang yang ada di sekolah itu, para siswa siswi baru langsung memasuki kelas masing-masing yang dipandu oleh anggota osis kala itu.
Bella memasuki kelas bersama teman olimpiadenya dulu yang ia temui saat berbaris sebelum memasuki kelas. Ia bernama Sheryl. Mereka mempercepat langkahnya menuju kelasnya agar mendapat tempat duduk paling depan. Setelah mereka mendapat tempat duduk, satu persatu murid memenuhi kelasnya. Disana mereka berkenalan satu sama lain. Terutama Sheryl yang sangat cepat beradaptasi dengan keadaan baru. Berbeda dengan Bella, dia hanya memikirkan pelajaran yang akan ia dapatkan hari ini.
"Apaan sih lo! Entar gue cium baru tau rasa!" Sheryl berteriak kepada salah beberapa pria yang duduk di sebelahnya.
Bella yang sedang sibuk menyiapkan peralatan tulisnya menoleh ke arah Sheryl begitu mendengar dia berkata seperti itu. Setahu Bella, Sheryl adalah gadis cantik yang polos dan tidak kasar.
Saat Bella memerhatikan para pria yang sedang bercanda dengan Sheryl sampai membuat keributan di kelas itu, Bella tak sengaja melihat sesosok pria yang dulu sering dibicarakan oleh sahabatnya. Bella pun mengernyitkan dahinya.
Kenapa dia jadi sekelas sama aku sih! Ish!
Bella merasa risih dengan keberadaan Alan di kelas itu. Walaupun Bella tidak mengenalnya dengan baik, tapi Bella merasa tidak suka melihat Alan yang sering dipuji-puji oleh sahabat-sahabatnya. Pasalnya, menurut Bella apa yang dikatakan sahabat-sahabatnya tentang Alan salah besar.Setelah sekitar 15 menit, akhirnya seorang guru muncul dari balik pintu. Guru itu memberi beberapa perkenalan terhadap SMP Kusuma Bangsa kepada Bella dan teman-teman sekelasnya.
Saat perkenalan tentang lingkungan sekolah, Bella tiba-tiba penasaran dengan pria yang ia kira Alan tadi. Apakah dia benar Alan? Itu yang masih menjadi pertanyaan dihati Bella. Tanpa berpikir, Bella memberanikan diri untuk bertanya kepada Sheryl.
"Eh," Bella menyiku lengan Sheryl. Sheryl menoleh dan Bella pun langsung bertanya tanpa membiarkan Sheryl berbicara.
"Cowo itu namanya Alan?"
"Yang mana?" Sheryl mengalihkan pandangannya mencari-cari pria yang dimaksud Bella.
"Itu.." Bella menunjuk pria yang duduk di barisan nomor 2 dari deret di sebelah Sheryl.
"Ohh.. cowo itu. Iya, namanya Alan." Sheryl memalingkan wajahnya ke Bella. Dia memperhatikan Bella dengan seksama.
"Oohh" Bella mengangguk dan kembali fokus dengan guru di depan.
"Kenapa emangnya? Kok tumben nanyain gituan?" Tanya Sheryl dengan nada sedikit menggoda.
Bella melirik Sheryl dengan alis terangkat dan memasang wajah bingung.
"Apa? Ngapain ngeliatinnya kayak gitu?" Bella mulai gelisah dengan tatapan Sheryl.
"Aku tanya kenapa kamu nanya gitu?" Ulang Sheryl.
"Oh itu. Nggak kenapa kok."
"Yaudah." Sheryl memasang wajah masa bodo.
"Eh, eemm..." Bella mulai gatal dengan pertanyaan yang masih ada di hatinya. "Coba tanyain ke dia dong. Dia kenal sama Tasya gak?" Tanpa mengalihkan pandangannya ke samping, Bella akhirnya berhasil menanyakan itu ke Sheryl.
Tanpa pikir panjang, Sheryl menoleh ke Alan untuk memanggilnya.
"Woi!" Panggil Sheryl sedikit berbisik.
Alan tak mendengar. Dia sedang fokus mendengarkan guru yang ada di depan.
"Eh, lo panggilin Alan dong." Suruh Sheryl kepada pria yang ada di sampingnya.
Pria itu langsung memanggil Alan dan memberitahu Alan bahwa ia dipanggil Sheryl. Saat Alan menoleh, dia menaikkan dagunya tanda ia bertanya pada Sheryl.
"Lo kenal Tasya gak?"
"Tasya?" Alan berusaha mengingat nama itu walau akhirnya dia tak mengingatnya. "Gak. Gue gak kenal." Jawabnya dingin lalu kembali fokus ke depan.
Sheryl membalikkan badannya kehadapan Bella.
"Dia bilang, dia gak kenal Tasya."
Bella yang sedaritadi menguping kesal dengan jawaban Alan. Dia yakin bahwa nama lengkap Alan sama dengan nama pria yang sering dibicarakan sahabatnya dulu. Bella semakin risih dengan kehadiran Alan yang dalam waktu singkat dapat membuat otaknya penuh dengan Alan.
Bella tak ingin memikirkan orang yang tak penting baginya dan dia kembali menghadap ke depan melihat penjelasan guru. Lagipula, apa gunanya dia memikirkan Alan? Dia harus ingat tujuannya kemari hanya untuk mendapat pendidikan yang lebih baik.
Bersambung
#bagian2

KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence
Fiksi RemajaBagi beberapa orang cinta bukanlah hal yang mudah. Tak hanya menyukai, tapi harus diungkapkan. Seperti halnya Bella seorang gadis yang sedang duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Ia tak pernah merasakan bagaimana rasanya pacaran dan mengungkapka...