Bersama

90 20 0
                                    

"Maaf gue lama ya,"

"Iya gak apa. Emang lo ngapain tadi?" tanya Kesya sambil berjalan di sebelah Bella.

"Ngambil buku catetan," jawab Bella sambil memasukan buku catatannya ke dalam tas.

"Ohh"

"Kesya, gue duluan ya, bye" pamit Bella yang melanjutkan perjalanan pulangnya meninggalkan Kesya yang menunggu jemputan di depan sekolah.

"Hati - hati," sahut Kesya.

•••

Hari ini adalah hari pertama Ujian Nasional dilaksanakan. Para siswa dipersilahkan memasuki ruang ujian masing - masing.

"Semangat buat kitaa.." kata Kesya sambil menepuk pundak Bella.

Bella tersenyum dan memeluk Kesya.

"Eh ada Nisa," Bella melepas pelukannya, "semangat buat lo juga ya," kata Bella sambil melakukan tos dengan Nisa diikuti oleh Kesya.

"Iya Bel, makasi ya," jawab Nisa.

Nisa adalah salah satu sahabat Bella. Dia adalah siswi yang baik dan juga pintar serta tidak sungkan membagi ilmunya kepada teman - teman lainnya.

"Yaudah yuk masuk Bel, Nisa kita duluan ya," ajak Kesya.

Ruang ujian Kesya dan Bella sama sedangkan ruang ujian Nisa ada di sebelahnya.

"Yuk, bye Nisa,"

"Bye,"

•••

Bella mengambil tempat duduk yang telah ditentukan. Ia menyiapkan perlengkapan untuk Ujiannya.

"Bella!" panggil Kesya dengan sedikit berteriak.

Bella yang mendengarnya mencari arah datangnya suara itu. Bukannya menemukan arah datangnya suara itu, Bella malah menemukan sosok Alan yang saat ini sedang duduk di sampingnya.

Hah?! Teriak Bella dalam hati.

Bella berusaha tidak peduli dengan adanya Alan di samping Bella. Tapi, Ia ingin mengobrol dengan Alan seperti dulu. Namun tak ada keberanian untuk bertanya atau pun menyapanya. Jadi, Bella memutuskan mengobrol dengan Galang yang duduk di sebelah kanannya.

"Lah, kok lo duduk deket gue sih? Dunia ini kejam," gurau Galang.

"Iya, kejam banget sampe buat dunia ini kecil," kata Bella dengan muka datarnya.

"Hhhmm.. Gue tau kok maksud lo apa Bel," kata Galang sambil memainkan pulpennya.

"Gak usah sok tau,"

"Belum juga bilang,"

"Yaudah bilang,"

"Gak ah, biarin aja lo gak tau apa yang gue mau bilang,"

"Emang gue peduli sama kata - kata dari monyet rawa kayak lo?"

"Lah, lah, lo rayap ngatain gue monyet rawa. Awas aja lo minta diajarin matem ya,"

"Idihh.. Gue bisa nanya ke mbah gue kali,"

"Eh, kalian kalo mau ribut jangan ikut Ujian sana,"

Tiba - tiba Alan masuk ke dalam percakapan Bella dan Galang. Seketika itu, suasanan kembali hening dan guru pengawas pun datang. Ujian dimulai.

•••

Setelah bel tanda berakhirnya Ujian berbunyi, Bella dan Kesya pergi ke kantin dan duduk di kebun belakang sekolah.

"Oiya, tadi lo duduk dimana Sya?" tanya Bella sambil memakan roti yang dibelinya.

"Lah? Berarti tadi lo gak denger panggilang gue?"

"Denger kok. Tapi gue gak ngeliat lo, soalnya-"

"Ada Alan di samping lo kan?" potong Kesya,"Pas lo mau nyari sumber suara gue... Lo malah ngeliat Alan di samping lo. Terus lo jadi males nyari suara gue. Ya kan?"

"Yaa... Gitulah"

"Eh, maaf ganggu obrolan kalian, Bella disuruh ke ruang OSIS sekarang," kata seorang siswi yang datang entah darimana.

"Mau ngapain?" tanya Kesya.

"Gak tau, gue cuman disuruh nyampein aja,"

"Iya, makasi ya," kata Bella.

"Mau gue temenin?" tanya Kesya.

"Nggak usah deh, gue sendiri aja. Bye,"

•••

Tok tok tok

Bella sudah sampai beberapa detik yang lalu. Ia sudah mengetuk pintu berulang kali. Tapi tidak ada jawaban dari dalam. Bella juga tidak mendengar suara apa pun.

Kayaknya sepi deh. Gue balik ke kelas aja kali ya.

Bella membalikan badannya dan menemukan sesosok pria berdiri di hadapannya.

"Ngapain?" tanya pria itu.

"Tadi ada yang nyuruh gue ke sini, tapi gue gak tau siapa yang manggil dan mau ngapain,"

"Yaudah, masuk aja sana,"

Orang ini -_-

"Sepi gini, ntar gue ngapain di dalem?"

"Nunggulah,"

"Mending gue ke kelas deh,"

Belum sempat Bella melangkah untuk yang kedua kalianya, sudah ada yang menahannya pergi. Suaranya terdengar familiar bagi Bella.

"Bentar dulu," cegah pria itu.

Bella membalikan badannya.

"Apaan?" tanya Bella.

"Gue disuruh ke sini ngasi piagam lo waktu kelas 8 dulu," kata pria itu sambil membuka pintu ruang OSIS.

"Ayo masuk," sambungnya.

"Gue aja atau Gilang juga?" tanya Bella yang masih berdiri di tempatnya tadi.

Yah, nama pria tadi adalah Gilang. Siswa kelas 9B yang merupakan salah satu anggota OSIS, teman Galang dan Bella juga. Dia juga teman masa kecil Kesya.

"Lo ajalah. Gue mau ada urusan lain," sahut Gilang.

Bella menghela nafasnya dan masuk ke ruang OSIS.

"Mana piagamnya?" tanya Bella yang duduk di sofa ruang OSIS.

"Sabar. Gue lagi nyariin nih,"

"Mana OSIS yang lain?"

"Lagi ngurus tugas lain,"

Berarti sekarang gue sama Alan berdua aja disini?! Mimpi apa gue semalem. Tadi duduk Ujian bareng dia, sekarang berdua aja di ruang OSIS. Batin Bella.

Sangat menyebalkan bagi Bella jika sudah berurusan dengan Alan karena hanya mengingatkannya dengan hari - hari yang mengerikan itu.

Sekitar 15 menit setelah masuk ke dalam ruang OSIS, akhirnya Alan menemukan piagam Bella yang sempat hilang.

"Nih, tadi Bu Ratna nyuruh gue nyari piagam lo di lemari ini. Bu Ratna minta maaf gak bisa ngasi ini ke lo langsung karena anaknya lagi sakit,"

"Gak apa kok. Makasi ya,"

"Hm,"

"Gue pergi dulu,"

Bella beranjak dari ruang OSIS dan berjalan menuju kelasnya. Bella baru ingat,ternyata ini sudah jam pulang. Lalu ia berbalik dan berjalan pulang.

"Bel, gue boleh pinjem telpon gak?" tanya Alan yang tiba - tiba berada di sebelahnya.

"Boleh,"

Alan dan Bella pun berjalan bersama menuju rumah Bella yang tidak jauh dari sekolah. Memang sudah peraturan di sekolah mereka tidak boleh membawa ponsel saat hari efektif pembelajaran kecuali ada acara tertentu.

Selama perjalanan tadi, Bella dan Alan sama - sama diam. Tidak ada yang mau membuka pembicaraan terlebih dahulu. Seakan tak pernah terjadi sesuatu antara mereka berdua.

Andai selalu seperti ini, bersama. Walau gak berkata apa pun. Batin Bella.








Love In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang