Perhatian
Chapter ini mengandung unsur kekerasan. Bagi yang masih di bawah umur harap bijak memilih bacaan.
DISCLAIMER:
Semua yang ada pada cerita ini adalah fiksi, murni dari imajinasi author sendiri. Reader dimohon untuk tidak mengaitkan kejadian yang ada di cerita ini dengan dunia nyata. trims.
---
"Yoon, mulai besok berangkat sekolah sama aku ya?" Kata kak Mark pada suatu hari. Aku yang sedang asyik memakan es krim, tak sengaja menjatuhkan es krimku karena terkejut.
"Yaah.." gumamku kecewa sambil menatap es krimku yang mulai mencair tergeletak naas di trotoar.
Kak Mark sama terkejutnya, "Ya ampun! Yoon aku beliin lagi deh ya. Tunggu sebentar."
"Eeh gak usah kak." Aku menarik tangannya.
Tunggu. Apa aku baru saja menyentuh tangannya?
Kami bertatapan beberapa saat, tak lama kemudian aku tersadar lalu menyingkirkan tanganku, "eh maaf kak."
Saat ini kami berdua sedang berada di depan gerbang sekolah. Kak Mark membelikan aku es krim stik dan memintaku untuk pulang bersamanya. Sebenarnya dia agak sedikit memaksa sih..
"Emm.." Kak Mark menyentuh tengkuknya, canggung.
"Soal tawaran kakak tadi.. Gak usah kak, aku gak enak.."
"Gak apa apa Yoon. Mamah kamu belum nemu supir juga kan?" Aku menggeleng.
Seminggu yang lalu kang asep, supirku, mengundurkan diri karena ibunya sakit. Akhirnya mau tak mau aku berangkat sendirian ke sekolah.
"Belum, kak." Jawabku.
"Terus si bang Jahe juga tetep gamau berangkat sama kamu kan?" Aku mengangguk.
"Yaudah bareng aku aja. Rumah aku gak terlalu jauh kok dari rumah kamu."
Kak Mark menuntunku ke tempat motornya diparkir, "Lagian bahaya lho Yoon. Kamu gak mau kan kejadian kemarin lusa terjadi lagi?"
"Nggak kak." Aku menggeleng keras sambil berusaha mengenyahkan ingatan tentang kejadian buruk kemarin lusa.
Pada saat itu aku berangkat dan pulang sekolah sendirian. Awalnya saat berangkat naik bus tidak terjadi apapun dan aku selamat sampai ke sekolah. Masalah terjadi saat aku pulang sekolah.
Aku baru selesai les sekitar jam setengah 8 malam. Kemudian aku memutuskan untuk naik bus sampai ke rumah. Sesampainya aku di halte dekat rumah, aku mulai merasa takut.
Malam itu jalan komplek ku sangat sepi dan gelap. Lampu jalan banyak yang mati dan hanya sesekali saja kendaraan berlalu lalang menerangi jalan. Terpaksa aku harus menggunakan ponselku sebagai senter.Aku baru berjalan beberapa puluh meter saat tiba-tiba seseorang mencengkram tangan kiriku, membekapku, lalu menodongkan pisau ke arah leherku. Dia seolah memelukku dari belakang. Refleks aku menjatuhkan ponselku.
Orang itu pria.
Badannya bau tak sedap. Saat ia bicara bau alkohol menyeruak dari mulutnya.
"Neng hehe.. Mau kemana neng?"
Ingin aku menoleh dan menjauhkan wajahku dari mulutnya. Tapi orang ini menempelkan pisaunya di leherku. Aku tak bisa bergerak.
"Hapenya bagus tuh neng.. eh tapi ikut abang aja yok. Hehe.. kita senang-senang." Katanya meracau.
Pikiranku berpacu. Apa yang harus kulakukan? Jalanan masih sepi, tak ada seorang pun disini. Saking sepinya, aku sampai bisa mendengar detak jantungku sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/133432403-288-k388986.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother: Jeong Jaehyun ✔
Fanfiction[before: Abangku Jung Jaehyun] "Abang emang pengen aku mati ya kayaknya?" #4