DISCLAIMER:
Semua yang ada pada cerita ini adalah fiksi, murni dari imajinasi author sendiri. Reader dimohon untuk tidak mengaitkan kejadian yang ada di cerita ini dengan dunia nyata. trims.
---
Jaemin's side
Jung Yoona
Yoon, lu yakin mau masuk sekolah sekarang?
Iya, Jaem
Aku harus ketemu kak MarkNgapain lagi sih Yoon?
Belum cukup kemaren dia ngelakuin itu?Justru aku pengen minta penjelasan dia..
Aku yakin bukan dia yang ngelakuin iniAku menghela napas.
Yoona itu.. sangat keras kepala.
Yaudah. Terserah.
Tapi harus gue temenin.Iya.. gak akan lama kok
Gue udah di depan rumah.
Ayo kita berangkat.Beberapa saat kemudian gadis itu muncul dengan tertatih. Aku memandang kaki dan tangannya, bercak memar masih belum sepenuhnya hilang walaupun sudah hampir seminggu kejadian itu berlalu. Kemudian aku beralih memandang wajahnya.
Pernahkah aku mengatakan kalau aku sangat benci melihat tatapan sendu di matanya itu? Dia tersenyum, tapi aku dapat melihat matanya itu sama sekali tak tersenyum. Aku menghampirinya dan mengambil ransel di pundaknya.
"Hai.." katanya. Dia melambaikan tangan kanannya dengan canggung.
Aku membalas senyumnya dengan setengah hati, "Udah baikan kan? Beneran?"
Dia mengangguk, "Iya, bener."
Aku menuntunnya masuk ke mobilku, kemudian aku duduk bersamanya di kursi belakang. Pak Ucup, supirku, melirik dari kaca spion.
"Mamah lu kapan pulang?"
Dia menyampirkan rambut ke belakang telinganya, "Ada masalah sama proyek penelitiannya, jadi.. Mamah baru pulang tiga bulan lagi."
Aku menghela napas lagi, "Jadi lu di rumah cuma sama Bi Nani aja?"
Dia mengangguk, "iya.. tapi kadang abang pulang kok.."
Aku memutar bola mataku.
Orang itu, si Jaehyun, mana peduli dengan Yoona.
Setelah menemukan Yoona di gudang (aku harus menghajar Mark dan memaksanya mengatakan di mana Yoona) dan membawanya ke rumah sakit, aku langsung pergi menghampiri para bedebah itu di apartemen Mark.
Aku tak peduli kalau aku harus masuk rumah sakit lagi karena dikeroyok mereka. Amarahku mengalahkan segalanya.
Aku memencet bel. Tak lama kemudian, bajingan yang baru aku hajar muncul. Sudut bibirnya masih mengeluarkan darah segar, hasil karyaku.
"Jaemin," dia menatapku dengan tatapan yang tak bisa aku jelaskan, yang jelas aku membencinya. Lebih baik dia balas menghajarku, memakiku, apapun yang membuatku mempunyai alasan untuk terus menghajarnya sampai sekarat.
"Mau nonjok gue lagi?" Katanya dengan pelan. Tak ada nada menantang dari suaranya.
Aku menatapnya sengit, "Minggir. Bang Jaehyun di dalem kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother: Jeong Jaehyun ✔
Fanfiction[before: Abangku Jung Jaehyun] "Abang emang pengen aku mati ya kayaknya?" #4