Gais komen kalian moodbooster banget wkwkkw Kocak kocak semua
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DISCLAIMER:
Semua yang ada pada cerita ini adalah fiksi, murni dari imajinasi author sendiri. Reader dimohon untuk tidak mengaitkan kejadian yang ada di cerita ini dengan dunia nyata. trims.
---
"Yoona kamu kenapa? Siapa yang telepon?!"
Aku tak sengaja melempar ponselku dan langsung menengok ke arah Jaemin. Ekspresinya khawatir, dia langsung menghampiriku.
"Kamu kenapa nangis?" Aku menatapnya, tapi tak bisa mengucapkan satu patah kata pun.
Jaemin beralih menatap ponselku yang terjatuh, kemudian memungutnya. Wajahnya berubah saat melihat panggilan terakhir di ponselku.
"Siapa ini?" Katanya, "Nomernya dari luar negeri. Kanada?"
Sedetik kemudian dia langsung mengumpat.
"Anjing bener ini orang." Katanya.
Aku masih berdiri di tempatku, bingung dengan apa pun yang baru saja terjadi. Aku merasa sekujur tubuhku bergetar, kakiku terasa sangat lemas.
Jaemin menuntunku untuk berbaring di ranjang. Dia kemudian membawakanku segelas air putih, lalu dia berjalan mendekati jendela kamarku. Berdirilah ia di sana sambil menatap keluar. Dia menggumamkan sesuatu, aku tak bisa mendengarnya dengan jelas.
Kepalaku terasa sakit sehabis menangis. Aku langsung menenguk habis air putih itu dengan beberapa tegukan saja.
"Yoon," dia berbalik menatapku, "Mulai sekarang, kalo dia telepon lagi kamu harus kasih tau aku ya?"
Aku mengangguk pelan.
"Dia ngomong apa aja?"
"Di- dia.. dia.." aku menggigit jemari tanganku yang bergetar, "Dia.. dia-"
Jaemin menghampiriku, dengan satu gerakan dia membawaku ke pelukannya, "Gak apa-apa. Kamu gak usah paksa cerita." Dia mengelus punggungku.
Aku menenggelamkan wajahku di ceruk lehernya. Tubuhku masih bergetar hebat. Jaemin menarik tanganku agar aku tak menggigiti jariku sendiri.
Jaemin menepuk punggungku lembut sambil menyenandungkan sebuah lagu anak-anak yang sudah lama sekali tak aku dengar. Aku ingat persis lagu ini. Dahulu sekali, mamah selalu menyanyikannya sebagai lagu pengantar tidurku dan abang.
Hei kawan, jangan takut jangan resah Bila lampu kamar mulai dipadamkan Aku kan slalu menyanyikan lagu ini Agar nanti kau tidur berselimut mimpi
Aku tersenyum mengingat salah satu memori paling indah di hidupku.
Jangan takut akan gelap Karena gelap melindungi diri kita Dari kelelahan