Bunga - 15

9.6K 1.1K 49
                                    

Berhubung udah memasuki bulan puasa, gua sebagai author mau minta maaf kalau suka bikin kesel atau ada salah kata
Atau kalau gua tengil atau gimana hehehe
Maapin ya yorobun

oiyaa bagi yang besok mulai UAS semangat yaa!! jangan lupa berdoa dulu sebelum kerjain soal.

kalo kata Lucas

FIGHTING HAEYADWAE!!

FIGHTING HAEYADWAE!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DISCLAIMER:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DISCLAIMER:

Semua yang ada pada cerita ini adalah fiksi, murni dari imajinasi author sendiri. Reader dimohon untuk tidak mengaitkan kejadian yang ada di cerita ini dengan dunia nyata. trims.

---

Flashback

Jaemin pergi setelah ia benar-benar memastikan aku masuk ke rumah dengan aman. Lalu kini aku jadi bertanya-tanya tentang maksud dari ucapannya barusan. Hati-hati sama abang, katanya? Memangnya abang kenapa? Aku tahu dia tak menyukaiku tapi dia tak akan tega melakukan sesuatu hal jahat padaku kan? Aku adiknya, dia tak akan setega itu. 

"Neng, ngapain di depan pintu?" Tanya Bi Nani, pembantu rumah tangga keluargaku. 

"Eh, gak ngapa-ngapain bi." 

Bi Nani, dia salah satu orang yang kuanggap sebagai malaikatku selain mamah. Dia wanita paruh baya pada umumnya yang hobi memakai daster bahkan saat ke pasar. Beliau ini asli Garut. Berperawakan agak gemuk berisi dengan tahi lalat cukup besar di pipi kanannya. Matanya tajam, bibirnya melengkung kebawah dan kulitnya berwarna sawo matang cerah. Orang mungkin akan menganggapnya sebagai ibu-ibu judes karena wajahnya tapi Bi Nani ini sungguh orang yang sangat lembut. Aku tak pernah sekalipun melihatnya marah bahkan pada anaknya. Beliau ini yang mengurusku sejak bayi karena orang tuaku sibuk bekerja. 

Bi Nani menuntunku ke dapur, lalu memberiku segelas air, "Eneng udah makan? Ibi masak sop iga kesukaan eneng." 

"Waah beneran bi?!" Kataku dengan semangat.

Segera ia menghampiri panci berukuran sedang di atas kompor lalu membukanya. Seketika aroma sop iga yang nikmat itu menyeruak ke seluruh ruangan dapur. Aku langsung bergegas mencuci tangan lalu memakan semangkuk sop iga itu dengan lahap. Tak ada yang menandingi sop iga buatan Bi Nani.

Brother: Jeong Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang