Concern - 34

9.2K 1.1K 85
                                    


Haii guys sorry baru up hehe


Saran: baca ulang chapter Jeno - 22 sebelum baca ini.

DISCLAIMER:

Semua yang ada pada cerita ini adalah fiksi, murni dari imajinasi author sendiri. Reader dimohon untuk tidak mengaitkan kejadian yang ada di cerita ini dengan dunia nyata. trims.

---

"Jaehyun-ie !! Kamu mau kemana?" Seulgi mengejarku dengan langkah kaki kecilnya. Aku mempercepat langkahku.

"Hey.. kamu mau kemana sih?" Katanya sambil terengah-engah setelah ia berhasil mengejarku. Dia mencengkram pundakku.

Aku menatapnya dari kaki hingga kepala. Pakaian dan sepatunya penuh lumpur. Wajahnya coreng-moreng. Dia seperti baru saja pulang dari sawah.

"Aku mau pergi." Jawabku.

"Kemana? Kenapa kamu bawa tas besar? Apa aku boleh ikut?"

Aku menggeleng, "Nggak, Seulgi. Kamu gak boleh ikut. Aku.. mau pergi dari rumah."

Dia terdiam sambil menatapku selama beberapa saat. Tak lama kemudian aku melihat matanya mulai berkaca-kaca.

Aku kebingungan harus melakukan apa. Dengan canggung, aku menyentuh bahunya, "Aku.."

"Jangan pergi.." katanya sambil menyeka cairan di hidungnya, "Jangan bikin aku tambah kesepian,"

Aku menghela napas, kemudian mengajaknya ke taman perumahan kami. Seulgi duduk di ayunan sementara aku mengeluarkan beberapa perbekalanku untuknya.

"Nih," aku memberikan sebuah biskuit padanya.

Dia menerima biskuitku, "Kamu.. gak jadi pergi kan?"

Aku tersenyum, "Nggak, berkat kamu."

Dia memamerkan gigi depannya yang ompong, "Yeayyy!!!" katanya dengan senang, "Terima kasih!!"

"Sama-sama," kataku. Aku duduk di ayunan sebelahnya sambil menatapnya yang sedang lahap memakan biskuit.

Alasanku tak bisa meninggalkannya adalah, aku teringat kisah hidupnya. Seulgi hanya tinggal bersama neneknya yang sudah renta. Dia tak pernah melihat wajah orang tuanya selama hidupnya. Hal itu membuatku.. merasa sedikit bersyukur atas keadaanku sendiri. Meskipun kadang aku benci orang tuaku –karena mereka tidak peduli padaku. Tapi setidaknya aku masih punya kenangan indah bersama mereka. Sedangkan Seulgi, dia.. sama sekali tak punya itu.

Dengan mulut yang masih penuh dengan biskuit, dia berkata, "Kenapa kamu mau pergi?"

Aku menunduk sambil sedikit menendang kerikil, "Aku.. kesel sama semuanya."

"Kamu boleh cerita sama aku."

Kemudian aku menceritakan semuanya. Tentang mereka yang berjanji datang dan mendukungku saat lomba, juga tentang Yoona yang membuatku kesal setengah mati.
Seulgi mendengarkan ceritaku dengan seksama. Sesekali dia menggumam dan berkomentar. Lalu dia berkata, "Kamu lucu." Katanya sambil terkekeh.

"Kenapa?"

"Habisnya harusnya kamu gak marah dengan alasan itu."

Brother: Jeong Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang