DISCLAIMER:
Semua yang ada pada cerita ini adalah fiksi, murni dari imajinasi author sendiri. Reader dimohon untuk tidak mengaitkan kejadian yang ada di cerita ini dengan dunia nyata. trims.
---
Aku sedang menatap Jaemin yang asyik mengupas apel ketika mamah datang. Beliau tak berani menatapku dan berjalan mendekatiku tanpa mengatakan apapun. Aku tebak saat ini pasti mamah sedang kalut sekali setelah aku mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Kenyataan yang selama ini beliau sembunyikan bertahun-tahun dariku.
Saat Jaemin melihat mamah, dia langsung berdiri dan mempersilahkan mamah duduk di dekatku. Mamah berterima kasih padanya, kemudian kami tak mengucapkan apapun. Aku mendengar beberapa kali beliau menghela napas berat. Ini pasti sulit untuknya.
"Maafin mamah nya, neng," suaranya bergetar. Mamah menyeka air matanya.
"Aku ingin denger ceritanya dari mamah," kemudian beliau menceritakan semuanya. Versinya.
Jaemin awalnya ingin keluar ruangan, memberi kami privasi untuk berbicara empat mata, tapi aku melarangnya. Akhirnya dia duduk di sofa dan memakai in-ear agar dia tak mendengar pembicaraanku dan mamah.
"Jadi, semuanya berawal dari harabeoji?" kataku setelah mamah selesai dengan ceritanya.
"Ya.." mamah mengangguk lesu.
Aku menghela napas dan menatapnya, "Aku gak marah sama mamah," ujarku.
Mamah menatapku dengan matanya yang basah, kemudian beliau memelukku, erat sekali.
"Mamah takut setengah mati kalo eneng gak mau liat mamah lagi.." aku balas memeluknya.
"Nggak mah, mamah yang rawat aku dari kecil, mamah juga selalu belain aku dari harabeoji. Mamah beliin aku ini itu.. aku bahkan gak tau gimana aku balesnya, mah," mamah terisak.
"Tapi aku sedikit kecewa aja. Kenapa mamah gak cerita.."
"Maafin mamah neng,"
Melihat mamah menangis, mau tak mau aku ikut menitikkan air mataku. Sekuat apapun aku menahannya, aku merasa sangat bersalah karena membuat mamah menangis.
Kemudian aku teringat. Seumur hidupku, belum pernah aku mengucapkan terima kasih padanya karena telah merawatku. Aku juga belum pernah mengatakan aku menyayanginya karena.. aku terlalu malu.
Aku menarik napas, berusaha menenangkan diri, kemudian aku mulai berbicara.
"Makasih ya mah, udah rawat aku dari kecil. Meskipun mamah gak lahirin aku tapi aku tetap berterima kasih karena mamah selama ini rawat aku."
Aku menahan napas karena mulai merasa dadaku sesak akibat menangis, "Aku sayang mamah,"
"Sama-sama neng,"
Mamah melepaskan pelukannya, "Mamah sayang eneng juga," katanya sambil tersenyum.
"kamu gak akan ikut ayah kamu kan? Eneng tetep di sini kan?"
Aku menggeleng pelan, "Aku belum tau mah,"
"Mamah.. gak akan larang kamu lagi, tapi kalo kamu ikut ke sana, janji ya neng, kamu harus tiap hari telpon mamah,"
Aku mengangguk lalu menatap wajahnya. Aku melihat bahwa kini muncul beberapa kerutan di samping mata mamah. Pipinya juga bertambah tirus, bahkan kantung mata mamah pun lumayan parah.
Aku merasa sangat menyesal karena pernah kesal pada mamah. Aku kesal karena mamah terlalu sering pergi dan meninggalkan aku.
Mungkin mamah gak sayang aku, pikirku saat itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/133432403-288-k388986.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother: Jeong Jaehyun ✔
Fanfiction[before: Abangku Jung Jaehyun] "Abang emang pengen aku mati ya kayaknya?" #4