Prolog

100K 4.2K 75
                                    

Hari berlalu seiringnya waktu berjalan. Seorang gadis bernama Thania sudah merencanakan rencananya matang-matang. Bersorak yakin jika sekarang rencananya gak bakalan gagal untuk ketiga kalinya.

Ia menghela napasnya pelan dengan membawa setangkai bunga mawar. Thania sudah melihat targetnya di depan mata dengan posisi membelakanginya.

Tanpa aba aba lagi, Thania mendekati cowok berpostur tubuh lebih tinggi darinya. Jika dibandingkan dengan tinggi tubuhnya hanya berkisar leher cowok itu saja.

Langkahnya semakin mendekat. Dan sekarang dia tepat berada di belakang tubuh tegap itu.

"Kak." panggilnya setengah gugup. Mencoba menetralkan detak jantung yang tidak bisa diajak kompromi.

Merasa dipanggil cowok itu membalikkan tubuhnya, melihat seorang cewek bertubuh mungil di depannya. Wajahnya begitu datar, menatap tanpa ekspresi. Mengerjap pelan melihat setangkai mawar yang tersodor ditangan gadis itu.

'Ternyata dia.' batin cowok itu dengan hati tersenyum.

Thania menundukkan kepalanya, tak berani melihat karna terlalu gugup. Gadis itu kembali menghirup napas lalu menghembuskannya.

"Kak, sebenarnya gue udah lama suka sama kakak. Gue selama ini hanya diam-diam suka sama kakak. Dan sek-sekarang ..." Kepala Thania menggeleng singkat sembari memejamkan mata. Mengumpat dia segugup ini. 

"Sekarang baru berani nyatakan perasaan gue yang sebenarnya."

Keadaan hening. Thania menggigit bibir bawahnya untuk menghilangkan nervous. Seluruh tubuhnya semakin panas-dingin.

"Kakak mau gak jadi pacar aku?"

Demi apa! Semua yang menyaksikan melongo tak percaya. Pemandangan yang benar-benar langka, seorang cewek menembak cowok?

Hanya demi cowok yang sudah lama ia suka. Thania bahkan harus rela menanggung malu dengan sorakan yang semakin riuh.

Thania mengulas senyum, tangannya bergerak maju menyodorkan setangkai bunga tanpa menatap cowok jangkung di depannya. Cewek itu kembali menggigit bibir bawahnya, semakin gugup karna belum ada jawaban dari cowok itu. Ia pasti malu jika di tolak.

'Ck, ayo dong ayo. Gue gregetan nunggunya.' batin Thania. Tak terasa juga tangannya mulai gemetaran.

Semua mendekat untuk mendengar lebih jelas hal yang mengejutkan ini, bahkan sudah membentuk sebuah lingkaran besar mengelilingi mereka berdua. Berbagai macam teriakan mengisi kerumunan itu.

Lawan bicara Thania tetap menatapnya datar. Bahkan beberapa murid tidak bisa menebak ekspresi senior itu. Setidaknya, 99% semua yakin jika senior dingin itu akan menolak pernyataan cinta gadis mungil ini.

Siapa yang tidak kenal dengannya?

Senior dengan 1 raut wajah datar dan jarang sekali menunjukkan sisi ramahnya. Kecuali di depan para guru, itupun hanya bersikap ramah bukan tersenyum apalagi tertawa.

Bahkan dikabarkan tak pernah berurusan dengan seorang cewek. Senior itu cukup aktif di ekstrakulikuler, tak heran namanya melunjak naik setelah ia menjabat sebagai Ketua Basket di SMA Jayawijaya ini. Ia memiliki fans yang sangat banyak, tapi tak pernah satupun ia pedulikan.

Thania mendongak ketika merasa aneh sekaligus kesal. Thania terlonjat melihat raut wajah cowok di depannya. Seketika senyum malunya luntur melihat siapa cowok di depannya. Bukan seperti rencananya, ia salah orang untuk kesekian kalinya.

'Bego'  umpat Thania menepuk jidat. Selalu gagal untuk menyatakan perasaan pada Gilang.

Cowok itu menatap tanpa ekspresi, Thania sampai meringis melihat raut menyeramkan pria didepannya. Ia tak pernah mengenal cowok ini.

Mata setajam elang itu membuat Thania mundur beberapa langkah, ia sunguh tak mengenalnya.

Thania menggeleng pelan, berbalik badan untuk menjauhi kerumunan itu. Ia sungguh malu saat ini. Namun terhenti dengan suara seseorang dari belakang terdengar.

"Gue terima!"

Perkataan itu membuat Thania memutar kembali tubuhnya. Rahangnya menjatuh dengan mata mengerjap banyak.

Cowok itu bergerak maju beberapa langkah untuk mengambil bunga mawar ditangan Thania. Alih-alih diambil, Thania malah menarik tangannya lagi, menyembunyikan bunga mawar itu tepat di belakang tubuhnya.

"Lo siapa? Kok bukan Kak Gilang? Kak Gilang mana?" timpal Thania dengan pertanyaan beruntun.

Cowok itu mensejajarkan wajahnya pada wajah Thania. Tubuhnya sedikit membungkuk untuk sejajar dan menatap netra Thania. "Mana dulu yang mesti gue jawab?"

Thania mengerjap. "Lo siapa asal nerima pernyataan gue?"

"Gue?" tunjuknya. Ia bergerak memiringkan kepala. "Pacar lo dari 5 detik yang lalu."

Cowok itu mendengus sinis sembari menjauhkan tubuhnya. Telunjuknya langsung menempel di jidat Thania pelan sembari berkata, "Dan asal lo tahu, gue gak kenal yang namanya Gilang."

"Ha? Apa? Bu-bukan gi--" Thania menggeleng gugup.

"Lo resmi jadi Pa-car gu-e!"

Ia mengangkat satu jari. "Gak ada penolakan dalam bentuk apapun!"

"Dan gak ada protes!" lanjutnya. Kedua mata itu tak luput memandangi gadis di depannya.

"Oh iya, satu lagi. Lupain yang namanya Gilang."

Thania dibuat menggeleng tidak mengerti. Biasanya jika Thania menyatakan perasaannya dengan orang yang salah seperti kemaren, orang itu memaklumi dan pergi meninggalkan Thania tanpa harus meluruskan keadaan. Tapi sekarang, apa yang dibuat cowok itu diluar ekspetasi! Dengan menerima cintanya yang jelas-jelas orang asing.

"Sorry? Keknya lo salah orang deh." heran Thania dengan wajah meringis.

"Mine!"

Senior itu mengambil bunga di tangan Thania. Lalu berjalan meninggalkannya. Thania beralih memandangi kerumunan di hadapannya. Ia ak tahu harus bagaimana menggambarkan perasaannya saat ini. Bahkan diantara kerumunan itu sama bingungnya dengan dirinya.

Oh Ya Tuhan, ada apa sekarang?

Kebanyakan cewek di kerumunan itu mengumpat. Thania termasuk cewek yang beruntung memiliki Senior seperti Rioga, tapi tidak untuk Thania.

Itu bencana.

'Mampus gue mampus!'

'Gue dalam masalah, Arghssss. Kenapa juga gue bisa keceplosan untuk ketiga kalinya. Dan siapa lagi tu Senior. Gue gak kenal main terima aja.'







Bersambung

PART 1, GIMANA? AUTHOR MINTA COMENT AND VOTENYA YA. BUAT KEMAJUAN CERITA PB INI😊. BAGI YANG UDAH VOTE MAKASIH YA, AUTHOR BERJASA KEPADA KALIAN, HEHEHE.

SALAM,

Annisa_dita

Possesive Boyfriend [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang