Part 23•~°~•Kenyataan

8.8K 401 0
                                    

Semakin hari hubungan Ghiffa dengan Levin selalu baik,mereka sama-sama merasa bahagia disaat bersama.

Seperti biasa,hari ini Ghiffa akan pulang bersama Levin lagi bukan bersama kakaknya,Leon.

Para sahabat Ghiffa dan Leon masih belum ada yang tau apa sebenarnya hubungan antara Ghiffa dan Leon,begitupun dengan Levin.

Sebenarnya sudah beberapa hari ini Ghiffa memikirkan untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Levin.Yah meskipun hanya kepada Levin saja karena menurut Ghiffa,Levin berhak tau yang sebenarnya.

Tapi rasa ragu dalam hati Ghiffa masih ada.Ghiffa takut Levin akan marah kepadanya jika mengetahui bahwa dari pertama saling mengenal,Ghiffa sudah menyembunyikan sesuatu kepada Levin,Ghiffa takut Levin akan kecewa dengan dirinya.

Ghiffa sendiri juga belum membicarakan masalah ini kepada Leon,karna menurut Ghiffa ini adalah masalah yang dibuat Ghiffa sendiri sehingga dirinyalah yang harus menyelesaikannya.

Karena terlalu bimbang,sedari mobil Levin ke luar dari sekolahan,mata Ghiffa masih terus menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong.

Ghiffa benar-benar bingung harus berbuat apa.

Levin yang menyadari tingkah kekasihnya,dia segera melirik Ghiffa dan mengusap rambut Ghiffa lembut agar fokus Ghiffa teralih kepadanya saja.

"Kamu kenapa hem?".

Ghiffa menatap Levin,tangannya menggengam tangan Levin yang tidak memegang stir mobil.

"Lev".Panggilnya lembut.

Levin menatap sekilas kearah Ghiffa dan segera menautkan jari-jari mereka.

"Ada apa hem?Kamu ada masalah?".

"Aku pengin mengatakan sesuatu sama kamu Lev".

"Apa sayang?Kalo mau ngomong,ngomong aja".

Ghiffa terus menatap ciptaan Tuhan ini,yang ternyata Levin juga ikut menatapnya dengan tatapan teduh yang dimilikinya.

"Hem,nanti yah kalo udah sampai di rumah".Jawab Ghiffa dengan tersenyum manis.

Levin yang mendengarnya menaikan sebelah alisnya bingung,setelahnya dia mengangguk saja mencoba mengerti kekasihnya yang mungkin tidak ingin membahas di dalam mobil seperti ini.

Ghiffa memosisikan tubuhnya agar bisa melihat Levin,matanya memandang genggaman tangan antara dirinya dan Levin.

"Sayang".

Levin tersenyum mendengar Ghiffa memanggilnya dengan kata 'sayang'.

"Hemm".

Ghiffa menghembuskan napasnya kasar."Aku takut,kamu akan marah atau kecewa sama aku Lev ketika kamu nanti tau apa yang pengin aku omongin sama kamu".

Lampu merah menyala,kini mobil Levin berhenti dan itu dimanfaatkan oleh Levin untuk menatap manik mata Ghiffa dan mengusap lembut pipi kekasihnya itu.

"Selagi kamu jujur kenapa aku harus marah?".

"Aku percaya sama kamu,entah apa yang nanti kamu mau bicarakan,tapi aku yakin pasti ada sebab dan akibat".Lanjut Levin.

"Maafin aku Lev".

Ghiffa mencoba tersenyum,dan percaya akan perkataan Levin yang sedikit menenagkan pikirannya.

Sementara Levin bingung kemana arah pembicaraan Ghiffa sebenarnya,namun dia mencoba menahan penasarannya sampai dirumah gadis itu karena Levin yakin Ghiffaakan mengatakannya.

•~°~•∆∆∆•~°~•

Setelah pengawal membukakan pintu rumah Ghiffa dan mengucapkan salam,Ghiffa beserta Levin segera masuk kedalam rumah megah itu.

Ghiffanya Levin [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang