Ghiffa tersenyum melihat pantulan dirinya di cermin meja riasnya. Sesekali gadis dengan dress selutut berwarna coklat itu juga menata kembali rambut panjangnya agar terlihat lebih rapih. Setelah dirasa cukup, Ghiffa bergerak mengambil tas miliknya yang tergeletak di meja rias dan berlalu pergi untuk meninggalkan kamarnya.
"Mau kemana malem-malem gini?"
Ghiffa terlonjak kaget mendengar pertanyaan itu. Lalu gadis itu segera memutar badannya setelah pintu kamarnya tertutup rapat. "Ngagetin aja, sih." Gerutu Ghiffa yang nampak kesal.
Leon terkekeh pelan melihat raut wajah Ghiffa. "Emang mau kemana?" Tanyanya sekali lagi.
"Mau jalan sama Levin." Katanya sambil tersenyum senang. Memang baru kali ini Levin mengajaknya jalan setelah kemarin Ghiffa memberikan kejutan untuk Levin.
Leon hanya menganggukkan kepalanya singkat. "Ya udah, sana pergi!" Usir Leon sambil mendorong Ghiffa yang membuat Ghiffa mengerucutkan bibirnya.
"Gue tinggal bukannya berubah malah makin parah aja lo, yah." Kata Ghiffa yang dibalas kekehan oleh Leon.
"Udah sana pergi, sebelum Levin nungguin lo!" Kata Leon sambil kembali mendorong Ghiffa. "Itu pintunya ada dibawah." Lanjut Leon sambil menunjukan dimana arah pintu keluar.
Ghiffa mendengus sambil menghentakkan tangan Leon secara kasar. "Ngusir banget, sih, lo." Katanya tidak terima. " Mamah sama papah mana, gue belum izin sama mereka." Lanjutnya yang hendak berjalan menuju kamar orang tuanya.
Leon dengan sigap menahan lengan Ghiffa membuat Ghiffa menatapnya dengan kesal. "Apaan, sih?" Tanya Ghiffa.
"Gak usah izin, biar gue yang izinin lo nanti!" Kata Leon meyakinkan. "Darimana Levin nungguin lo, kan?" Lanjutnya saat melihat raut tidak percaya dari wajah Ghiffa.
Ghiffa mengehela napasnya pelan. "Ya udah. Izinin yang bener, awas kalo bohongin gue." Ancam Ghiffa.
"Iya, udah sana pergi!" Kata Leon yang membuat Ghiffa segera pergi dari hadapan kakaknya tersebut.
Leon bernapas lega melihat Ghiffa yang sudah berjalan menuruni anak tangga. Kemudian lelaki dengan kaos oblongnya tersebut berjalan menuju kamarnya yang terletak disamping kamar Ghiffa.
Ceklek
Leon menyembulkan kepalanya diambang pintu kamarnya, kemudian lelaki itu tersenyum kecil saat menatap isi kamarnya. "Misi pertama sukses." Ucapnya semakin melebarkan senyumnya.
•~°~•∆∆∆•~°~•
Tangan kanan Ghiffa menopang dagunya dengan tatapan yang menyeluruh kesetiap sudut restoran yang menjadi tempat janji dengan Levin. Sementara jari tangan kirinya mengetuk-ngetuk meja untuk menghilangkan rasa bosan yang tiba-tiba saja datang.
Ghiffa melirik jam tangan yang ada dipergelangan tangan kirinya. Saat melihat waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, Ghiffa menghela napasnya kasar. "Levin dimana, sih?" Tanyanya kepada dirinya sendiri.
Sudah satu jam lamanya Ghiffa menunggu Levin di restoran ini, namun Levin tidak kunjung datang. Hal ini tentu membuat Ghiffa merasa cemas dan juga kesal secara bersamaan.
"Gue harus coba nelpon dia lagi." Katanya sambil meraih ponsel yang tergeletak di meja.
"Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Cobalah sesaat lagi!"
Ghiffa berdecak kesal mendapati suara operator. Akhirnya dia mematikan sambungan telepon dan memilih meletakan ponselnya kembali keatas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghiffanya Levin [ SELESAI ]
Teen FictionJudul lama : "CINTA dalam PERSEGI" [ BELUM PERNAH REVISI ] Aku tidak menyukai posisi ini, dimana aku mencintai kamu sedangkan kamu mencintai dia, dan dia justru mencintainya. Disini aku merasa menjadi orang bodoh •~°~•Ghiffanya Laurin Genova Kesalah...