Ghiffa memasuki rumah Levin dengan Levin yang telah berjalan mendahuluinya. Rumah Levin ternyata masih sama dari sebelumnya, yakni sepi membuat Ghiffa membayangkan jika berada diposisi Levin pasti sangat tidak menyenangkan.
Ghiffa gelagapan karena disaat dirinya sedang memperhatikan isi rumah Levin namun ada sebuah tangan yang dengan tiba-tiba menggenggam tangannya.
Ghiffa menatap Levin yang ternyata tengah menggenggam tangannya,tapi arah mata lelaki itu ternyata mengarah kedepan seperti melihat sesuatu didepan sana.
Levin juga tidak mengalami pergerakan, dia tetap diam di tempat dengan tangan Ghiffa di genggamannya. Dahi Ghiffa berkerut saat melihat di atas tangga sana ada seorang lelaki paruh baya yang tidak dikenalnya.
Orang itu semakin mendekat dan tersenyum kearah Levin dan Ghiffa yang segera dibalas senyum kecil dari Ghiffa, sedangkan Levin hanya menatapnya datar.
"Gadis disamping kamu siapa Vin?"
Ghiffa menatap Levin yang masih diam seakan enggan untuk berbicara membuat Ghiffa bertindak.
"Kenalin om, saya Ghiffa." Ucap Ghiffa sambil mencium tangan orang tersebut.
Orang itu tersenyum lembut dengan menganggukan kepalanya. "Saya ayahnya Levin dan kamu bisa panggil om, om Haris."
"Kamu pacarnya Levin yah?" Lanjut Haris.
Kini Ghiffa mengerti kenapa Levin sejak tadi diam saja ternyata pria dihadapannya ini adalah papahnya Levin.
Ghiffa melirik Levin saat lelaki itu menjawab dengan berdehem saja. Haris yang menyadari putranya masih menjaga jarak dengannya hanya bisa menghela napasnya dengan harapan hari esok Levin akan mengerti keadannya dan juga mantan istrinya.
"Aku keatas dulu." Ujar Levin dengan datarnya.
Ghiffa tak menjawabnya sama sekali, dia membiarkan Levin pergi menuju kamarnya tanpa ingin mencegah lelaki itu.
"Ayok duduk dulu sambil nunggu Levin nya." Ghiffa mengangguk dan menerima ajakan Haris untuk duduk di sofa ruang tamu.
"Sudah lama hubungan kamu sama Levin?" Tanya Haris ketika telah selesai menyuruh seorang pelayan membuatkan minuman untuknya dan Ghiffa.
"Baru beberapa bulan kok om."
Haris menganggukan kepalanya paham, tatapannya seperti menerawang kedepan membuat Ghiffa yang melihatnya merasa heran.
"Mungkin kamu sudah tau apa yang terjadi dengan keluarga om ini."
Tubuh Ghiffa segera dia tegakan setelah mendengar ucapan Haris. "Emm, sedikit om." Jawabnya ragu-ragu.
Haris menghela napasnya, ditatapnya Ghiffa yang duduk di sofa sebelahnya. "Sebenarnya om tidak mengharapkan ini semua, tapi ternyata ini jalan terakhir yang om sama tante punya."
Dan setelah itulah Ghiffa hanya diam mendengarkan setiap ucapan-ucapan dari Haris tanpa ingin menyelanya.
•~°~•∆∆∆•~°~•
"Anjir, ngalah dong Le." Protes Fathar dengan mendorong tubuh Leon kesamping.
Leon berdecak, dia memukul kepala Fathar dengan pandangan yang masih tertuju pada layar pipih di depannya. "Enak aja kalo ngomong, usaha dong."
"Iya usaha kaya dapetin doi gitu hah?" Teriak Fathar yang membuat mereka tertawa.
Mereka yang terdiri dari Leon, Fathar, Levin, dan Alex sedang bermain PS sedangkan Ghiffa, Keizha, Vanessa, dan Marsya hanya memperhatika mereka bermain sesekali tertawa melihat para lelaki itu terbawa emosi saat kalah dari lawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghiffanya Levin [ SELESAI ]
Novela JuvenilJudul lama : "CINTA dalam PERSEGI" [ BELUM PERNAH REVISI ] Aku tidak menyukai posisi ini, dimana aku mencintai kamu sedangkan kamu mencintai dia, dan dia justru mencintainya. Disini aku merasa menjadi orang bodoh •~°~•Ghiffanya Laurin Genova Kesalah...