Sepanjang koridor yang sepi ini Ghiffa menghela napasnya pelan dengan tangan yang beberapa kali dia gerakan perlahan saat rasa pegal itu datang. Dia memang harus hati-hati dalam menggerakan tangan mungilnya itu jika tidak ingin buku yang menumpuk didepan dadanya itu terjatuh berserakan dilantai.
Tadi saat dikoridor dia melihat bu Arum selaku guru biologi kelas dua belas yang tengah kesulitan membawa buku cetak sebanyak lima buah sedangkan guru itu juga harus membawa sebuah laptop ditangannya. Melihat hal itu membuat Ghiffa tergerak untuk membantunya. Awalnya bu Arum menolaknya dengan mentah, sepertinya dia ingat jika yang sedang menawari bantuan itu adalah anak dari pemilik Genova's School ini, meskipun demikian Ghiffa terus membujuk guru tersebut sampai akhirnya bu Arum memilih mengalah dan membiarkan Ghiffa membantunya.
Beberapa menit yang lalu mereka sempat berjalan bersama, tapi sekarang Ghiffa sendirian setelah bu Arum harus kembali lagi ke kantor untuk mengambil sesuatu yang tertinggal. Jadilah seperti ini, Ghiffa harus berjalan sendiri menuju kelas Levin, iya kelas Levin karena jadwal bu Arum pagi ini adalah di kelas Levin.
Lagi-lagi Ghiffa menghembuskan napasnya, jika dia tau bu Arum akan mengajar di kelas kekasihnya itu sudah pasti Ghiffa tidak akan membantunya, eh?
Tibalah kini Ghiffa yang sudah harus melewati ambang pintu kelas Levin dan juga kakaknya. Untuk sekali lagi Ghiffa menengok kearah belakangnya, siapa tau bu Arum sudah berada dibelakangnya sehingga dia tidak perlu masuk sendiri ke dalam kelas itu tapi ternyata kenyatakan berkata lain karena koridor dibelakangnya tidak ada orang sama sekali.
Didengarnya suara gaduh yang berasal dari kelas ini, entah siapa biang dari keributan ini tapi sungguh ini lebih gaduh dari kelasnya yang menurutnya sendiri sudah sangat berisik.
"Permisi." Ghiffa mulai melangkah masuk kedalam kelas itu dan seketika semua pandangan terarah kepadanya.
"Gue cuma disuruh nganter ini sama bu Arum, dan beliau akan menyusul." Ujarnya dengan meletakan buku-buku itu dimeja guru.
"Gak mau cari Levin sekalian, tapi sayangnya Levin nya gak ada?"
Tubuh Ghiffa segera memutar menghadap mereka, lebih tepatnya menghadap kesumber suara yang sangat dihapalnya.
Gadis itu melotot sangar kepada orang itu yang tak lain adalah Leon terlebih saat melihat apa yang membuatnya sedikit terkejut. "Eh kak, lo apa-apaan itu?" Ujarnya tajam dengan menunjuk Leon yang kini tengah bertingkah tidak paham dengan apa yang dikatakan Ghiffa.
"Lo playboy apa buaya sih?" Ujarnya lagi karena melihat seorang gadis tengah duduk di atas meja Leon dan ada juga yang duduk di samping lelaki itu.
Setau Ghiffa, Leon adalah type lelaki yang tidak bisa dekat dengan gadis karena dia sangat cuek kepada kaum itu terkecuali kepada keluarga dan orang terdekatnya.
"Tau nih Fa, rakus bener kan nih anak?" Kompor Fathar kepada Ghiffa.
"Tai lo emang. Siapa yang buat gue dalam posisi kaya gini hah?" Ujar Leon cepat dengan menoyor kepala Fathar.
Fathar nyengir saja karena memang dia yang menggoda dua teman kelasnya yang ngefans dengan Leon dengan mengatasnamakan Leon sehingga kedua gadis itu bersamaan menghampiri Leon untuk memperebutkan lelaki itu.
Kedua gadis yang tengah diperbincangkan itu hanya tersenyum, senyum yang menurut Ghiffa gak banget karena sepertinya mereka berdua adalah jelmaan cabe-cabeaan yang nyasar.
"Mau amat rebutin lelaki macam dia yang belum sempet gue rukiyah." Ujarnya dengan segera lari keluar kelas bersamaan dengan suara tawanya yang menggema di koridor itu.
"IFFA."
•~°~•∆∆∆•~°~•
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghiffanya Levin [ SELESAI ]
Teen FictionJudul lama : "CINTA dalam PERSEGI" [ BELUM PERNAH REVISI ] Aku tidak menyukai posisi ini, dimana aku mencintai kamu sedangkan kamu mencintai dia, dan dia justru mencintainya. Disini aku merasa menjadi orang bodoh •~°~•Ghiffanya Laurin Genova Kesalah...