Hari ini Ghiffa berada disalah satu mall sendirian lebih tepatnya disebuah caffe. Hembusan napasnya terdengar dengan tangan yang mengaduk jus buah mangga didepannya.
Leon tidak tau dia ada disini begitupun dengan Levin, karena dia hanya ingin menyendiri untuk sesaat.
Dia kini mengingat persahabatannya dulu bersama Michell yang dipenuhi dengan suka cita. Michell adalah gadis asli Indonesia yang bersekolah di Amerika karena mengikuti orang tuanya yang berkerja disana sama halnya dengan Ghiffa, jadi tidak salah jika gadis itu masih mengerti bahasa Indonesia meskipun jika dia berucap itu akan terasa sedikit sulit.
Dulu hubungannya dengan Michell tidak serumit ini, tapi lihatlah sekarang mereka sudah seperti musuh saja.
"Kamu sendirian disini?" Ghiffa menengok ke sumber suara dan betapa terkejutnya dia saat melihat sosok wanita paruh baya yang ternyata adalah mamahnya Levin.
Ghiffa dengan reflekpun berdiri dari duduknya dan mencium tangan wanita itu dengan sopan. "Iya tante. Tante sendiri?"
Nadia tersenyum dan mendudukan tubuhnya disalah satu kursi tersebut. "Tadi tante sama rekan kerja, tapi dia sudah pulang. Gak papa kan kalo tante nemenin kamu?"
"Gak papa kok tante, Ghiffa malah seneng."
"Kamu gak sama Levin?"
"Engga tante."
"Apa kalian sedang ada masalah?"
Ghiffa tersenyum dan menggelengkan kepalanya singkat. Beberapa kali bertemu dengan Nadia membuat Ghiffa telah mengenalnya baik yang bertemu dirumah Levin maupun yang tidak disengaja seperti sekarang ini.
"Tante seneng kamu hadir dikehidupan Levin, menjadi salah satu alasan Levin bahagia."
"Tante." Ghiffa meraih tangan Nadia yang berada di meja disaat melihat raut wajah Nadia yang berubah seketika.
Memang Ghiffa tidak tau apa yang menyebabkan keluarga Levin menjadi seperti ini dengan pasti, tapi Ghiffa bisa merasakan bagaimana perasaan seorang ibu yang harus mendapatkan kebencian dari anaknya .
Nadia tersenyum, mencoba meyakinkan kepada Ghiffa bahwa dia baik-baik saja meskipun pada kenyataannya itu semua berbanding terbalik dengan kenyataannya.
Nadia juga menggenggam tangan Ghiffa yang berada diatas tangannya. "Ini semua kesalahan tante dan om sampai Levin menjadi seperti itu sayang, dan tante harap kamu akan menjadi alasan kebahagiannya selamanya tidak seperti om dan tante yang justru menjadi sumber kesedihannya selama ini."
"Tante gak boleh ngomong kaya gitu. Ghiffa yakin dibalik sikapnya Levin dia pasti juga menyanyangi tante dan om kok."
Nadia menghembuskan napasnya pelan dengan mata terpejam untuk beberapa saat. "Tante ingin sekali menjelaskan semuanya kepada Levin mengapa semua ini terjadi, tapi om sama tante udah kehabisan cara agar bisa berbicara dengannya."
"Kalo Ghiffa boleh tau, memangnya apa yang terjadi tante?"
•~°~•∆∆∆•~°~•
Ghiffa membalikan posisinya menjadi tengkurap setalah tadi dalam posisi terlentang dengan sebuah boneka beruang besar yang menjadi bantalannya.
Gadis itu menghela napasnya dengan tangan yang sibuk memainkan mata boneka tersebut. Pikirannya berkelana entah kemana saja.
Tadi Nadia telah menceritakan sesuatu kepadanya saat di caffe, dan jujur cerita itu masih saja terngiang-ngiang ditelinganya sampai sekarang dan itu sedikit mengganggu pikirannya. Belum lagi Ghiffa memikirkan masalahnya dengan Michell yang belum usai, lengkap sudah jadinya beban pikirannya kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghiffanya Levin [ SELESAI ]
Fiksi RemajaJudul lama : "CINTA dalam PERSEGI" [ BELUM PERNAH REVISI ] Aku tidak menyukai posisi ini, dimana aku mencintai kamu sedangkan kamu mencintai dia, dan dia justru mencintainya. Disini aku merasa menjadi orang bodoh •~°~•Ghiffanya Laurin Genova Kesalah...