Part 58•~°~•Hubungan Yang Merenggang

6.6K 257 1
                                    

Part ini panjang guys 😊

Happy reading dan jangan lupa vommetnya yah 😆

•~°~•∆∆∆•~°~•

Ghiffa membantu Nadia yang hendak mengubah posisinya menjadi duduk, sementara Levin hanya duduk diam disofa yang tak jauh dari brangkar yang ditempati oleh Nadia.

Haris yang duduk dikursi dekat brangkar berdehem sedikit keras membuat perhatian ketiga orang lainnya terfokus kepadanya.

Jujur, kali ini debaran jantung Ghiffa semakin cepat dengan keadaan kali ini. Ghiffa takut Levin akan semakin tidak terkendali dengan kebenaran yang akan dikatakan oleh kedua orang tuanya. Tapi Ghiffa terus berharap semoga Levin dapat mengerti kedua orang tuanya dan mau menganggap Nadia dan Haris sebagai orang tuanya lagi.

Haris menatap Levin yang masih tak bergeming sama sekali. Dirinya juga sempat menarik napasnya dalam-dalam. "Sebelumnya papah sama mamah mau minta maaf ke kamu Vin karena selama ini kami menjadi orang tua yang tidak baik untuk kamu."

Ghiffa yang masih berdiri disamping Nadia, matanya menatap Levin untuk melihat perubahan wajah Levin sementara tangannya menggengam salah satu tangan Nadia yang dingin ini.

"Dulu papah dan mamah dijodohin oleh kakek kamu."

Levin sempat terkejut dan dia segera menatap datar kepada Haris yang kembali berucap dengan perasaan yang tiba-tiba tidak menentu setelah mendengar itu. "Terus saya ini anak yang tidak diinginkan gitu?"

Ghiffa meringis mendengar pertanyaan Levin yang terlewat datar itu. Tangan yang bergenggaman dengan tangan Nadia juga terasa semakin mengerat saja.

"Bukan gitu, Vin." Ujar Nadia lemah. Nadia tau, setelah mendengar alasan pertama pernikahan mereka pasti ini respon pertama dari Levin.

Levin diam, dia menundukan kepalanya dengan kedua tangan yang mengait satu sama lain dan siku yang bertumpu pada kedua lututnya. Kini dirinya memikirkan banyak hal lainnya.

"Dengerin papah. Memang papah dan mamah dijodohkan, tapi masalah adanya kamu itu memang diinginkan oleh kami berdua."

"Terus apa kalo bukan karena tidak diinginkan yang membuat kalian seperti ini? Atau saya ada karena kesalahan?"

"Levin." Nadia sedikit meninggikan suaranya dengan mata yang mulai memanas, sementara Haris menutup matanya rapat-rapat.

Ghiffa yang melihat Levin berdiri dari duduknya segera menghampiri Levin dengan cepat. "Lev, dengerin mereka dulu!"

"Dan kamu mau aku semakin tersiksa saat dengerin mereka?"

Ghiffa menggeleng kuat, dan tangannya masih menyentuh lengan Levin untuk menahan lelaki itu. "Kamu akan lebih tersiksa kalo seumur hidup kamu gak pernah tau kebenarannya, Vin."

Levin menatap dalam mata Ghiffa, dengan tubuh lemasnya Levin kembali terduduk dengan Ghiffa yang menemaninya duduk disofa itu.

Nadia menghela napasnya, dia merasa beruntung akan kehadiran Ghiffa diantara mereka saat ini. "Dulu kami mencoba membangun rumah tangga seperti orang lain Vin, dengan harapan dan berusaha agar kamu segera hadir diantara kita."

"Setelah kamu hadir, jujur mamah dan papah bahagia. Tapi kami tersadar hubungan kita tidak ada perubahan juga walaupun kamu telah hadir." Nadia melanjutkan ucapannya dengan kepala menunduk. Bayang-bayang masa sulit itu terus terlintas didalam pikirannya membuat kepalanya sedikit sakit.

Haris sendiri, dia menatap Levin yang masih saja terdiam. Sakit memang membahas masalah yang jelas-jelas membuat rasa sakit itu hadir kembali. "Meskipun demikian, kami terus bertahan sampai kamu sebesar ini Levin. Tapi papah waktu itu memutuskan untuk bercerai karena papah gak mau lihat mamah kamu tersiksa terus dengan hubungan ini."

Ghiffanya Levin [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang