Kini di depan mata Ghiffa adalah rumahnya,rumah yang selama dua hari ini dia rindukan.Yah,hari ini Ghiffa sudah di perbolehkan pulang itupun karena dirinya memaksa ingin cepat pulang sedangkan orang tuanya dan kakaknya menginginkan agar Ghiffa bisa istirahat total di rumah sakit.
Levin dan Leon sendiri juga memilih tidak masuk sekolah demi menjemput Ghiffa dirumah sakit padahal Ghiffa sudah bilang kalau dia bisa pulang nanti saat siang atau sorenya namun kedua lelaki itu kekeh membawa pulang Ghiffa saat pagi harinya.
Saat Levin membukaka pintu rumah,Ghiffa tersenyum lebar.Jujur selama Ghiffa berada di rumah sakit,dia merasa tidak nyaman terlebih bau obat-obatan yang sangat khas dari rumah sakit.
Setelah Ghiffa,Levin dan Leon masuk,mereka disambut oleh pelayan dan penjaga di rumah ini.
"Langsung istirahat sana".Perintah Leon kepada adiknya itu.
Ghiffa tak menjawab dia menatap Levin yang kini berada di sampingnya."Kamu istirahat aja dikamar".
"Kamu sendiri?".Tanya Ghiffa.
"Aku masih ada urusan sama Leon,jadi aku balum akan pulang".Jelas Levin.
Ghiffa menatap kedua lelaki itu dengan bingung,pasalnya dia merasa bahwa ada yang mereka sembunyikam darinya."Urusan apa?".
Levin sudah ingin menjawab,namun Leon lebih cepat menjawabnya."Masalah laki Ghiffa,udah sana kekamar terus istirahat".
Mendengar jawaban kakaknya,Ghiffa hanya bisa mencibirnya.Sebenarnya Ghiffa benar-benar penasaran kali ini,namun bagaimana lagi kedua lelaki itu tidak ingin memberi tahunya sedikitpun.
"Tapi mamah sama papah dimana?Mereka gak jemput aku dan aku kira mereka ada di rumah tapi kok gak ada?".
Leon tersenyum,dia menagacak-acak rambut Ghiffa."Mereka ada urusan di luar Iffa".
"Dan lebih penting urusan itu gitu?".Tanya Ghiffa dengan acuh,kemudian melangkahkan kaki menuju kamarnya.
Leon yang melihat Ghiffa kesal menatap Levin yang juga bingung harus berbicara apa masalah ini kepada Ghiffa.
Leon menghembuskan napsnya kasar."Ini juga demi lo Iffa,asal lo tau dan asal gue mau ngomong masalah ini sama lo".Batin Leon.
"Gue susul Ghiffa boleh atau gak?".
Mata Leon melirik kearah Levin lagi dan dia langsung mengagukan kepalanya."Hibur dia,dan jangan kasih tau apa-apa masalah ini sama dia".
Levin mengangguk dan segera menyusul Ghiffa menuju kamarnya.
Tangan Levin membuka pintu kamar Ghiffa yang sudah terbuka sedikit.Dilihatnya Ghiffa sudah merebahkan tubuhnya dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.
Levin mulai mendekat dengan hati-hati.Dia menyibak selimut yang menutupi wajah Ghiffa secara perlahan.
"Apa_".Belum sempat Ghiffa mengomel,namun dia langsung diam karena yerlejut seseorang yang kini ada dihadapannya adalah Levin.
"Levin".Ucapnya lirih.
"Iya ini aku,kamu kira siapa hem?".
Ghiffa segera mengambil posisi duduk pada kepala ranjang."Aku kira kak Leon".
Levin tersenyum,tangannya terulur untuk mengusap rambut Ghiffa."Kamu marah?".
Ghiffa diam,sebenarnya dia mengerti kemana arah pembicaraan Levin namun dirinya tetap memilih diam saja.
"Ghiff".Panggil Levin lembut karena tidak mendapat jawaban apapun dari Ghiffa.
Ghiffa menatap mata Levin,mata teduh yang sangat disukainya."Itu gak sepenuhnya bener dan gak sepenuhnya salah".
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghiffanya Levin [ SELESAI ]
Novela JuvenilJudul lama : "CINTA dalam PERSEGI" [ BELUM PERNAH REVISI ] Aku tidak menyukai posisi ini, dimana aku mencintai kamu sedangkan kamu mencintai dia, dan dia justru mencintainya. Disini aku merasa menjadi orang bodoh •~°~•Ghiffanya Laurin Genova Kesalah...