Aku masih cinta dengan dia yang telah sakiti aku namun aku gak bisa terjebak dalam cinta itu selamanya, aku harus maju dan inilah cintaku
-Mawar Fitaloka
•••
Tere memasuki gerbang sekolah pagi itu. Rambutnya seperti biasa Ia kucir kuda. Semuanya rapih dan lengkap hingga satu yang menjadi penghalang dari semua itu, Hati.
Berantakan? Jangan tanya lagi, hatinya lebih-lebih berantakan dari yang pernah Ia alami, semua rasa bercampur aduk. Awalnya Ia tidak akan sekolah untuk hari ini bahkan Mira memperbolehkannya untuk tidak masuk hari ini namun bukan Tere namanya jika tidak menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu, Ia ingin semua masalah yang Ia lakukan dapat selesai walaupun Ia tahu akibatnya akan fatal
Dengan berat hati Tere kakinya terus melangkah, selama beberapa hari ini dia tidak masuk ke sekolah bukan karena Ia lari dari masalah yang dihadapinya namun karena Ia sakit, demam tinggi yang membuatnya terpaksa beristirahat di rumah. Hanya Karin dan Reno yang menjenguk Tere saat Ia sakit. Sedih? Sakit hati? Pasti Tere rasakan. Ia berharap minimal Dea datang menjenguknya namun alhasil harapannya itu pupus karena tidak jadi kenyataan.
Satu persatu anak tangga Ia lewati dengan siswa-siswi yang sedang ramai disekelilingnya dan banyak cabe-cabean yang teriak-teriak gak jelas disana biasanya Tere selalu menegor mereka yang teriak-teriak gak jelas namun kini Ia tak ada kekuatan untuk melakukan itu, Ia tidak selera untuk melakukan itu sehingga Ia hanya melihat sekilas kepada mereka dan kembali melanjutkan perjalanannya menuju kelasnya
Tere masuk ke ruang kelas itu dan hanya tersenyum pada Dea. Ia canggung berat pada Dea, yang biasanya jika bertemu dengan Dea, Dea langsung memeluknya atau Tere yang memukul jidatnya Dea namun sekarang Tere hanya tersenyum, Ia jelas mengaku bersalah sedalam-dalamnya terhadap Dea
Dea berjalan ke arah Tere dan seketika itu pun Tere menunduk namun tiba-tiba tangan Dea tapi terjulur tepat dibawah muka Tere yang menunduk. Tere pun mendongkakkan mukanya ke atas dan terlihat Dea tersenyum penuh arti padanya dengan tangan yang tetap terjulur lantas Tere pun menerima uluran tangan itu dan tersenyum kecil padanya. "Maafin gue ya Re, maafin gue yang gak ngejenguk lo waktu lo sakit, yang gak ada saat lo tertekan kaya gini, maafin gue ya Re" Air mata Dea jatuh dengan sendirinya
Tere tersenyum dan air matanya ikut jatuh "Harusnya gue yang minta maaf sama lo Dea. Gue yang banyak salah hingga kepercayaan lo terhadap gue hilang karna ulah gue yang berantakan ini, maafin gue juga Dea, gue gak bisa jadi sahabat yang baik terhadap lo, gue gak bisa jadi saudara lo yang baik terhadap lo"
Dea membuka kedua tangannya lebar dan tersenyum, Tere langsung memeluknya dengan erat dan tangisan Tere pecah "Maafin gue Dea"
Dea melepaskan pelukannya dan mengusap air mata Tere "Udah Re, gue udah maafin lo. Jadi Teresia Rikanta lo harus maju hadepin masalah lo. Jangan nangis lagi karna semua orang yang ada di kelas ini ngeliatin kita" mata Dea dan Tere melihat sekelilingnya. Siswa-siswi di kelasnya itu bingung apa yang terjadi dengan mereka berdua, hanya Reno dan Karin yang mengerti sehingga mereka berdua tepuk tangan bahagia
"Gue jadi terharu" ucap Karin pada Reno
Reno membalas dengan tatapan malas pada Karin
"Ieu teh aya naon sih? Aing lieur siah (Ini ada apa sih? Aku bingung tau) " ucap Rizky dengan menggaruk kepalanya yang tak gatal itu karena bingung apa yang terjadi. Begitupun dengan murid-murid lainnya
"Alahsiah, maneh kunaon Tere? Maneh dimusuhan ku si Dea? Dieu meh ku aing hajar (Ya ampun, kamu kenapa Tere? Kamu dimusuhin sama si Dea? Sini biar aku hajar)" ucap Putri yang sok tahu pada Tere hingga membuat Tere dan Dea tertawa dengan kencang
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Prom
Teen FictionKetika perempuan SMA yang tomboy bertemu dengan laki-laki famous yang menjadi dambaan siswi-siswi di sekolah dan ketika perempuan itu dihadapi dengan sebuah acara PROM yang mengharuskannya untuk berubah 360 derajat. Apakah Ia mau melakukannya? Atau...